Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Jago Komputer Sejak Usia 14 Tahun, Pria Muda Ini Jadi Miliarder di Usia Muda
21 September 2022 8:54 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Profil Orang Sukses tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Menjadi miliarder di usia muda tentu menjadi dambaan setiap orang. Namun, untuk mencapai hal tersebut membutuhkan usaha dan waktu yang panjang. Henrique Dubugras menjadi contoh orang yang berhasil raup miliaran di usia muda.
ADVERTISEMENT
Menjadi miliarder di usia 22 tahun, Henrique Dubugras adalah co-CEO Brex, sebuah startup fintech yang bertujuan untuk merombak kartu kredit perusahaan.
Brex yang berbasis di San Francisco memberi para pendiri startup akses ke kartu kredit perusahaan tanpa jaminan atau setoran pribadi. Aplikasi ini juga didukung oleh pengusaha teknologi sukses seperti pendiri PayPal Peter Thiel dan Max Levchin, mantan CEO Visa Carl Pascarella dan beberapa perusahaan modal ventura terkemuka.
Pembiayaan tersebut menjadikan mereka sebagai salah satu pendiri unicorn termuda dalam sejarah dan menempatkan mereka dalam kelas startup langka yang telah melesat menjadi unicorn. Brex didirikan pada musim dingin 2017 dan diluncurkan secara publik pada Juni 2018.
Dubugras memang sudah hobi bermain komputer sejak remaja. Pada usia 14 tahun ia telah membangun game online yang sukses tetapi terpaksa menutupnya setelah menerima pemberitahuan pelanggaran paten tersebut.
ADVERTISEMENT
Namun ia tak langsung menyerah, ia bahkan menggunakan uang pribadinya untuk memulai sebuah perusahaan. Ia mendirikan startup pendidikan yang dimaksudkan untuk membantu siswa Brasil mendaftar ke sekolah-sekolah Amerika. Dia sendiri berharap untuk masuk ke Stanford dan telah belajar dengan cepat karena betapa sedikit siswa Brasil yang memahami proses aplikasi perguruan tinggi AS.
Startup itu pun sukses dan berhasil mengumpulkan 800.000 pengguna tetapi gagal menghasilkan uang. Kekayaannya yang kecil tidak cukup untuk menskalakan bisnisnya.
Tak lama setelah aplikasi itu terhenti, ia bertemu Franceschi, seorang remaja Brasil dari Rio yang memahami seleranya akan inovasi dan juga haus akan kesuksesan. Akhirnya mereka memulai Pagar.me, "Stripe of Brazil," sebuah aplikasi pembayaran.
Pagar.me mengumpulkan USD 30 juta serta mengumpulkan 100 staf dan memproses hingga USD 1,5 miliar transaksi saat dijual.
ADVERTISEMENT
Sejak itu mereka datang ke Silicon Valley dan pasangan ini mendaftar di Stanford pada musim gugur 2016. Tak lama setelah itu, mereka memasuki Y Combinator dengan mimpi besar untuk sebuah startup virtual reality bernama Beyond.
Sebagai pengusaha teknologi, Dubugras dan Franceschi sangat sadar akan masalah besar yang dihadapi pengusaha terhadap akses ke kredit. Bank besar melihat usaha kecil sebagai risiko yang tidak mau mereka ambil, sehingga para pendiri sering kali menemui jalan buntu.
Dubugras dan Franceschi tidak hanya memiliki jaringan besar pengusaha pemula di Rolodex mereka, tetapi mereka juga memiliki kecerdasan fintech yang diperlukan untuk membangun bisnis kartu kredit yang dirancang khusus untuk para pendiri.
Mereka pun membatalkan Beyond dan pada April 2017, kemudian lahirlah aplikasi Brex. Startup itu berhasil mengambil momentum dengan cepat, sehingga pasangan itu memutuskan untuk keluar dari Stanford dan mengejar bisnis penuh waktu.
ADVERTISEMENT
Dengan ketangkasan dan ketekunan, mereka pun menjadi miliarder pada Januari 2022, ketika Brex, yang berbasis di California berhasil mengumpulkan uang dari investor swasta yang menghargai Brex sebesar USD 12,3 miliar. Bahkan. Henrique Dubugras masuk dalam daftar miliarder dunia oleh Forbes yang meraup kekayaan USD 1,2 miliar.