Konten dari Pengguna

John Paul DeJoria, Mantan Gelandangan yang Jadi Miliarder Perawatan Rambut

5 Juni 2020 12:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Profil Orang Sukses tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
John Paul DeJoria. Foto : businessinsider.com
zoom-in-whitePerbesar
John Paul DeJoria. Foto : businessinsider.com
ADVERTISEMENT
Membalikkan nasib tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Diperlukan ide kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah. Seperti halnya John Paul DeJoria. Sebelum memiliki kekayaan USD 3 miliar atau setara dengan Rp 42 triliun, DeJoria sempat menjadi gelandangan. Ia tak memiliki sepeser harta sekalipun. Ia rela mengerjakan apapun mulai dari memulung botol bekas hingga menjadi sales untuk sesuap nasi.
ADVERTISEMENT
Kemiskinan telah menjadi bagian darinya. DeJoria yang memiliki darah Yunani-Italia-Amerika ini terlahir dari keluarga miskin. Di usia 9 tahun, DeJoria sudah harus bekerja dengan menjual koran dan kartu natal. Ia menjual produknya dengan mendatangi rumah ke rumah. Sedangkan, masa mudanya ia juga masih harus hidup susah.
Diusia 20 tahunan, DeJoria sempat menjadi gelandangan dan tidur di mobil untuk beberapa tahun. Ia bahkan harus meminta makanan ke restauran. Ia sempat menikah dan memiliki satu orang anak, tetapi pernikahannya kandas. DeJoria harus memenuhi kebutuhan anaknya. Banyak temannya yang merasa iba dan memberikan DeJoria pekerjaan. Ia pun melakoninya. Berkerja dari satu tempat ke tempat yang lain. Pekerjaan tak tetap yang mendatangkan uang walau sedikit. Meski demikian, DeJoria tetap tak mampu membeli rumah.
ADVERTISEMENT
Kemiskinan DeJoria diketahui oleh temannya yang berprofesi menjadi artis. Joana Pettet merasa iba dengan DeJoria. Pettet kemudian menawarakan DeJoria untuk tinggal di rumahnya. Pria kelahiran 1944 itu tak menyia-nyiakan kesempatannya. Ia menata ulang hidup dan perekonomiannya. Hingga di tahun 1978, DeJoria memutuskan untuk mendirikan kantor konsultan.
John Paul DeJoria mempromosikan badan amalnya Peace Love Happiness foundation. Foto : peacelovehappinessfoundation.org
Berbekal pengalamannya menjadi salesman, DeJoria mampu membangun kepercayaan pelanggannya. Meski telah mendatangkan laba yang cukup untuk memenuhi hidupnya, DeJoria tak puas dengan usahanya. Ia merasa perlu untuk melakukan ekspansi. Akhirnya ia bersama temannya, Paul Mitchell, mendirikan usaha pembuatan shampoo dan produk perawatan rambut. Paul Mitchell merupakan seorang penata rambut, namun menurut DeJoria, Paul tak memiliki naluri untuk melakukan manajemen bisnis.
Di tahun 1980, DeJoria dan Paul Mitchell mendidrikan perusahaan John Paul Mitchell System dengan modal pinjaman sebesar US$ 700. Saat ini perusahaannya merupakan salah stau produsen shampoo dan kesehatan rambut kenamaan Amerika Serikat. Paul Mitchell juga merupakan salah satu pelopor perusahaan ramah terhadap hewan. Paul Mitchell tidak menggunakan binatang untuk percobaan produk mereka atau yang biasa disebut sebagai free cruelty. Perusahaan ini berkembang pesat, Forbes bahkan menyebutkan bila pemasukan dari bisnis ini mencapai US$ 1 miliar atau setara dengan Rp 14 triliun di tahun 2017.
ADVERTISEMENT
Masih belum puas dengan bisnis perawatan rambutnya, DeJoria mencoba bisnis tequila. Bersama seorang temannya, Martin Crowley, DeJoria membeli pabrik penyulingan di tahun 1989. Produk tequila nya dijual dengan harga US$ 37, padahal saat itu tequila dijual dengan harga rata-rata US$ 5. Patron Spirits Company menjanjikan tequila berkualitas tinggi dengan beberapa kali tahap penyulingan. Pada produksi pertamanya sebanyak 12.000 botol laku terjual.
Meski saat ini tajir melintir, DeJoria tak lupa darimana ia berasal. Ia ingat betul bagaimana pahitnya kehidupan jalanan. DeJoria mendirikan badan amal Peace Love Happiness Foundation. Ia tak ingin hal yang menimpanya terjadi pada orang lain. Di tahun 2005, ia memangkas rambut gondrong legendarisnya untuk menghimpun kegiatan amal. Sebanyak US$50,000 donasi terkumpul. Donasi ini kemudian ia berikan untuk korban sunami pada tahun 2004, termasuk di Indonesia. Hingga kini, profil orang sukses ini masih sering mendatangi restaurant tempat ia meminta makanan saat masih miskin. Ia kerap memberikan tips sebagai ucapan terima kasihnya.
ADVERTISEMENT