Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.1
Konten dari Pengguna
Keluarga Manangsang, Pendiri Taman Safari yang Berawal dari Sirkus Keliling
12 Juni 2020 14:18 WIB
Tulisan dari Profil Orang Sukses tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT

Siapa yang tak pernah mendengar Taman Safari Indonesia. TSI adalah suaka margasatwa terkenal di ASEAN. Letaknya di ketinggian Kabupaten Bogor membuat mengisi waktu liburan di sana terasa sejuk dan menyenangkan. Di sini, pengunjung dapat berkeliling dan mendekati semua binatang menggunakan mobil pribadi atau bus yang telah disediakan. Selain itu, Taman Safari juga terkenal sukses dalam mengembang-biakkan hewan-hewan. Kesuksesan Taman Safari dalam pelestarian satwa tidak luput dari usaha Jansen Manangsang yang kini menjadi direktur Taman Safari Indonesia.
ADVERTISEMENT
Jansen bersama ayah dan dua saudaranya-Frans Manangsang dan Tony Sumapau berhasil mendirikan Taman Safari. Sebelum sukses seperti sekarang, keluarga itu melalui perjalanan yang panjang. Keluarga Manangsang pernah menjadi pemain akrobat keliling. Mereka mempertontonkan akrobat dan mengamen keliling di pinggir jalan. Sejak berumur 7 tahun, Jansen dan kedua adiknya selalu ikut keliling rombongan sirkus.
Disaat anak-anak kecil lain seusianya bermain, Jansen dan kedua saudaranya harus latihan akrobat. Mereka setiap hari harus berlatih handstand selama minimal 45 menit. Ayahnya- Hadi Manangsang, memberi nama akrobatnya dengan nama Bintang Akrobat dan Gadis Plastik. Mereka selalu berinovasi agar pertunjukan mereka disukai penonton, termasuk menghadirkan artis papan atas hingga menghadirkan hewan sirkus. Akrobat tersebut kemudian berganti nama menjadi Oriental Circus Indonesia.
ADVERTISEMENT
Saking cintanya terhadap satwa, keluarga itu memanggil ketiga anaknya dengan julukan macan. Macan Satu untuk Jansen, Macan Dua untuk Frans, dan Macan Tiga untuk Tony. Hadi Manangsang sendiri memiliki nama lahir Cai Ling Sian. Dilahirkan di Shanghai, Tiongkok, Hadi pernah berkeja di toko beras sebelum kemudian bergabung dalam show sirkus keliling dunia. Setelah Perang Dunia, Hadi sampai di Indonesia dan kemudian menikah dengan Tuti Manangsang. Dirinya kemudian berganti nama menjadi Hadi Manangsang.
Jansen Manangsang dan kedua saudaranya rajin membatu ayahnya. Segala keperluan sirkus dan akrobat mereka siapkan sendiri. Seperti pemain sirkus, melatih satwa, menyediakan konsumsi, menjahit tenda, mengangkat peralatan, dan mengurus perizinan. Sirkus dan akrobatnya berjalan lancar. Dari sirkus mengamen, keluarga ini kemudian memiliki sirkus bertenda berkat kerja kerasnya.
ADVERTISEMENT
Namun, hal ini hanya berlangsung tak lama. Di tahun 1970, krisis melanda. Terutama bagi para pengelola kebun binatang di Indonesia. Saat itu adalah masa-masa sulit dalam pengelolaan dan pendanaan untuk menghidupi ratusan ekor satwa. Hal inilah yang membuat Hadi Manangsang terpikirkan untuk membuat kebun binatang. Dengan demikian, bila sedang musim hujan dan sirkus tidak berjalan, Hadi dan ketiga anaknya dapat mengembangbiakkan satwa mereka dan para karyawan tetap memiliki pekerjaan. Dengan banyaknya kebun binatang, Hadi Managsang berharap pengunjung dapat melihat dan lebih peduli terhadap lingkungan hidup.
Mimpi keluarga kecil ini masih dijaga, hingga suatu saat Tony tergigit harimau sehingga perlu pengobatan. Keluarga Manangsang pergi berobat ke Australia. Di sana keluarga ini melihat sebuah safari dan terpikirkan untuk membuat Taman Safari di Indonesia. Keluarga Manangsang ingin para satwa bisa hidup di lingkungan alami. Sepulangnya di Indonesia, mereka langsung mencari tempat dan ditemukanlah Cisarua. Tanah ini dulunya adalah lahan teh yang sudah tidak produktif lagi. Idenya kemudian mereka sodorkan kepada pemerintah. Pemerintah kemudian mendukung penuh usaha mereka untuk mendirikan tempat perlindungan satwa liar.
ADVERTISEMENT
Taman Safari Indonesia kemudian dibuka di lahan seluas 60 hektar dan mengundang beberapa orang ahli dalam pembangunannya. Ketiga macan itu, konsisten di bidang pelestarian hewan. Setelah lebih dari 50 tahun, kini TSI memiliki lebih dari 7500 ekor satwa, telah berhasil menanam 50 ribu pohon dan mengembangkan unit lain seperi Taman Safari Indonesia II di Prigen, Bali Safari & Marine Park di Gianyar, Batang Dolphin Center, dan Jakarta Aquarium.