Kisah Al Naimi: Office Boy yang Jadi Menteri Arab Saudi, Gajinya Capai Rp 194,4

Konten dari Pengguna
9 November 2020 13:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Profil Orang Sukses tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ali Ibrahim Al-Naimi (Foto: Al Attiyah Foundation)
zoom-in-whitePerbesar
Ali Ibrahim Al-Naimi (Foto: Al Attiyah Foundation)
ADVERTISEMENT
Nasib adalah misteri. Tak ada yang tahu bagaimana masa depan seseorang. Kerja keras dan proses yang panjang yang dapat menentukan kesuksesan seseorang. Sedangkan, keadaan sekarang tak bisa menjadi acuan.
ADVERTISEMENT
Seperti halnya Ali Ibrahim Al-Naimi, seorang insinyur pakar perminyakan paling penting milik Arab Saudi. Al-Naimi sempat pula menjabat sebagai Menteri Perminyakan dan Mineral negeri pusat keagamaan Islam itu.
Pengangkatannya sebagai menteri pada 2 Agustus 1995 silam tak terlepas dari jejak rekamnya sebagai Presiden dan CEO perusahaan minyak dalam negeri, Saudi Aramco.
Di Saudi Aramco, Al-Naimi juga dikenal sebagai pimpinan perusahaan pertama yang memiliki darah Arab asli. Pasalnya, meski Saudi Aramco adalah "BUMN"-nya Arab Saudi, tampuk kekuasaan perusahaan selalu disandang oleh orang-orang Amerika Serikat.
Prestasi itu membuat Raja Fahd, yang kala itu menjadi penguasa Saudi, tertarik untuk menggunakan kemampuan Al-Naimi guna memimpin urusan perminyakan dan mineral negerinya.
Tak ada sumber yang tahu pasti berapa besar kekayaan yang dimiliki oleh Al-Naimi hingga saat ini. Namun, sebelum lengser dari kursi menteri pada 7 Mei 2016 silam, beberapa sumber dapat memprediksi berapa penghasilan Al-Naimi.
ADVERTISEMENT
Disebutkan bahwa rata-rata gaji menteri di Arab Saudi adalah sebesar 51.750 riyal atau senilai Rp 194,4 juta (kurs: Rp 3.757). Itu baru gajinya saja di pemerintahan. Belum lagi gaji sebagai presdir di Aramco dahulu juga harta benda lainnya.
Karena pengaruh besarnya itu, Al-Naimi sampai masuk dalam daftar Orang Paling Berkuasa pada 2015 versi Forbes urutan ke-53. Pasalnya, tak hanya berdampak pada Arab Saudi, kebijakannya baik sebagai presdir maupun sebagai menteri juga memengaruhi ekonomi negara-negara lainnya.
Berawal dari Profesi Office Boy
Al-Naimi lahir dari pasangan orang tua yang bercerai. Ayahnya berpisah dengan ibunda saat Al-Naimi masih berada di dalam kandungan. Karena itulah, ia tumbuh bersama ayah tiri dan tak punya kediaman tetap.
ADVERTISEMENT
Karena tertuntut keadaan, saat berusia 11 tahun, Al-Naimi mengawali karirnya sebagai seorang office boy di perusahaan yang kelak akan dipimpinnya, Aramco. Ia menggantikan posisi kakaknya yang meninggal dunia.
Tanpa rasa gengsi, Al-Naimi mau menerima pekerjaan tersebut dan fokus menjalani profesinya dengan tulus. Meski bekerja sebagai seorang OB, ia pandai mengambil kesempatan untuk mempelajari dunia perminyakan.
Seiring berjalannya waktu, Al-Naimi lambat laun memahami dunia minyak dan mineral. Karena Aramco adalah perusahaan yang punya basis kekeluargaan, akhirnya ia mendapatkan beasiswa dari perusahaan yang menaunginya untuk bersekolah ke AS.
Singkat cerita, Al-Naimi lulus dan menyandang gelar insinyur. Sekembalinya ke Arab Saudi, ia naik pangkat. Ia tak lagi bertugas menjadi tukang bersih-bersih belaka, melainkan dipercaya untuk membantu memperluas distribusi minyak mentah ke luar negeri.
ADVERTISEMENT
Karena hasil kerja yang baik, tahap demi tahap Al-Naimi terus naik pangkat hingga sampai di kursi pucuk pimpinan, yakni sebagai Presiden dan CEO Aramco. Ia diangkat oleh perusahaannya pada 1984. Sebelas tahun kemudian, pemerintah Arab Saudi mengangkatnya menjadi menteri.