Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Kisah Alumni ITS yang Pilih Resign Buat Bisnis, Kini Raup Miliaran dari Jual Kue
18 Maret 2021 14:16 WIB
Tulisan dari Profil Orang Sukses tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Jika berkunjung ke Kota Bogor, tidak pas rasanya jika tidak mampir ke toko oleh-oleh. Di kota ini, terkenal sebuah oleh-oleh kuliner berupa kue lapis talas. Kuliner berbahan dasar talas tersebut biasa dikenal dengan sebutan lapis Bogor.
ADVERTISEMENT
Bicara lapis Bogor, maka tidak bisa lepas dari pelopor lahirnya kuliner manis ini, yakni Lapis Bogor Sangkuriang yang legendaris. Produk ini merupakan yang pertama dan terbesar di Bogor perihal Lapis Bogor.
Didirikan pada 2011 silam oleh wanita asal Surabaya bernama Rizka Romadhona bersama suaminya Anggara Jati, Lapis Bogor Sangkuriang berhasil menjadi primadona di kota hujan tersebut dalam urusan lapis Bogor.
Namun, kesuksesannya tersebut bukan tanpa hambatan, Rizka dan Suaminya harus melalui berbagai rintangan berat sebelum sesukses saat ini. Kegagalan demi kegagalan mereka lewati hingga berhasil sampai ke titik ini.
Berawal dari Rizka yang pada dekade 2000an merupakan pegawai kantor, sekaligus berjualan bakso bersama suaminya. Ia rutin menjajakan baksonya tersebut ke tetangga dan teman-teman kantornya. Dari penjualan dari satu ruangan ke ruangan lain di kantor, Rizka berhasil memperoleh profit hingga melebihi gaji yang ia dapatkan di kantornya.
ADVERTISEMENT
Merasa bisnis bakso lebih menjanjikan dalam menghasilkan untung, akhirnya mereka berpikir untuk fokus berwirausaha. Sekitar 2010, mereka keluar dari kantornya untuk bersama-sama menjalankan bisnis baksonya. Awalnya, bisnisnya cukup berjalan mulus, namun sayangnya tak berlangsung lama.
Setelah hampir 3 tahun berjalan bisnis tersebut tak mengalami kemajuan sama sekali. Tak ada peningkatan penjualan sama sekali, bahkan terkadang mengalami kerugian. Justru akibat buruknya manajemen mereka saat itu, bisnis bakso itu berakhir bangkrut.
Rizka dan suaminya yang mengalami krisis finansial saat itu sampai harus menjual sebagian harta bendanya demi melunasi utang-utang dan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. 4 bulan tidak bisa membayar cicilan rumah, ia sampai mengalami penyitaan.
Belajar dari kesalahan, akhirnya mereka mulai memikirkan kembali untuk merintis usaha baru. Suatu saat, Rizka terpikir ramainya pengunjung Kota Bogor bisa menjadi sumber penghasilan. Ia terpikir untuk menjual oleh-oleh untuk para pengunjung tersebut.
ADVERTISEMENT
Bogor yang terkenal akan talasnya menjadi inspirasi Rizka untuk membuat kuliner berbahan dasar talas, hingga lahirlah lapis talas Bogor. Di kampung halaman Rizka sendiri ada lapis Surabaya, hal ini juga menjadi sumber ide Rizka untuk menciptakan lapis Bogor.
Dengan bermodal Rp 500 ribu serta pinjaman alat mixer dari mertuanya, Rizka bersama Suaminya mulai merintis usaha lapis Bogor. Lahirlah Lapis Bogor Sangkuriang yang langsung direspon baik. Karena memang saat itu lapis Bogor merupakan suatu hal baru dan unik.
Bermula dari pemasaran kecil ke orang sekitar hingga ke pameran-pameran dari pemerintahan, kini Lapis Bogor Sangkuriang sudah menjadi sangat besar. Rizka dan suaminya bahkan berhasil mendirikan pabriknya sendiri.
Uniknya, pelistrikan dan pengaturan daya di pabriknya dirancang oleh dirinya sendiri. Hal ini berkaitan dengan latat belakangnya yang merupakan lulusan Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh November (ITS). Ia juga pernah bekerja di industri telekomunikasi dan mnjabat sebagai Electrical Engineering.
ADVERTISEMENT
Belajar dari pengalaman saat bisnis bakso, Rizka dan Suaminya menerapkan SOP, matriks kompetensi, dan KPI untuk karyawannya yang banyak. Saat ini karyawan Lapis Bogor sudah mencapai 1000 orang. Per harinya, mereka bisa memproduksi sekitar 3 ribu loyang lapis Bogor.
Sejak Lapis Bogor Sangkuriang berdiri, Lapis Bogor sudah menjadi ikon bagi kota tersebut. Setiap pelancong yang datang ke Bogor seringkali menjadikan kue berbahan talas ini sebagai oleh-oleh. Tak heran jika banyak lahir brand-brand lain yang menjadi kompetitor Lapis Bogor Sangkuriang.
Namun, bukannya justru menurunkan penjualan, tapi malah meningkat. Hal ini berbekal kualitas Lapis Bogor Sangkuriang sebagai pelopor dan menjadi yang terbesar di Bogor, sehingga paling diincar oleh para pengunjung.
Pada 2020, Omzetnya mencapai Rp 46 miliar. Hal ini belum ditambah dengan produk diferensiasi lainnya seperti Lapis Kukus Surabaya di Surabaya yang berdiri pada 2015, serta Bakpia Tugu Kukus di Yogyakarta dan Bolu Susu Lembang di Bandung yang berdiri pada 2017.
ADVERTISEMENT
Begitulah Rizka, meski sempat gagal, bukannya menyerah melainkan belajar dari kesalahan. Dengan menerapkan konsep ATM (amati, tiru, modifikasi), serta memanfaatkan pengalaman semaksimal mungkin, Rizka dan Suami berhasil menuai kesuksesan bisnisnya.