Konten dari Pengguna

Kisah Alumni UGM yang Memilih Jualan Panci, Kini Omsetnya Miliaran

22 Februari 2021 13:05 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Profil Orang Sukses tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Yoyok Rubiantono. Foto: Instagram/yoyokrubiantono
zoom-in-whitePerbesar
Yoyok Rubiantono. Foto: Instagram/yoyokrubiantono
ADVERTISEMENT
Kesuksesan dalam hidup tidak ada yang instan, dibutuhkan perjuangan dan proses yang panjang guna meraih kesuksesan tersebut. Terkadang makanan yang kita anggap instan pun harus dimasak terlebih dahulu sebelum dikonsumsi.
ADVERTISEMENT
Seperti yang dialami oleh salah satu profil orang sukses Indonesia, Yoyok Rubiantono. Pria yang akrab dipanggil Yoyok ini adalah seorang lulusan Teknik Elektro Universitas Gadjah Mada.
Yoyok sempat mengalami pasang surut dalam menjalani bisnis, kini dia sukses menjadi seorang pengusaha. Dengan bisnis peralatan rumah tangganya, kini dia berhasil menghasilkan Rp 2, 5 miliar rupiah dalam satu hari.

Masa Kecil Yoyok

Yoyok Rubiantono merupakan pemuda asal Cepu, Jawa Tengah. Ayahnya merupakan pemilik bengkel kecil, dan Ibunya merupakan Ibu rumah tangga.
Sejak kecil Yoyok sering membantu ayahnya bekerja di bengkel. Dari sanalah, dia belajar bagaimana caranya untuk memperbaiki sesuatu.
Usai lulus SMA, Yoyok memiliki mimpi untuk melanjutkan kuliah di Yogyakarta hingga akhirnya dia diterima di Universitas Gadjah Mada. Namun, kondisi ekonomi orang tuanya saat itu tidak memungkinkan untuk membayar uang kuliah.
ADVERTISEMENT
Yoyok pun tidak kehabisan akal, dia kemudian bekerja sebagai teknisi mesin cuci dan servis AC sebelum masuk kuliah di Yogyakarta. Sedikit demi sedikit uangnya terkumpul, hingga akhirnya tujuan utama Yoyok tercapai yaitu agar dia mampu membayar biaya masuk di UGM sebesar Rp 2 juta.
Setelah diterima, Yoyok pun kuliah sambil bekerja freelance sebagai teknisi. Hingga akhirnya, di tahun 2006, dia lulus dari jurusan Teknik Elektro di Universitas Gadjah Mada.
Setelah menyelesaikan pendidikannya di bangku kuliah, Yoyok sempat bekerja di beberapa perusahaan internasional. Beberapa diantaranya ialah Panasonic, General Electric, hingga Danone.
Setelah pindah ke beberapa perusahaan, dia merasa sepertinya susah untuk bisa jadi direktur di usia muda. Lalu, Yoyok memutuskan untuk banting setir menjadi pengusaha.
ADVERTISEMENT
Mulanya, Yoyok mendirikan perusahan konsultan migas bersama beberapa temannya. Bisnisnya moncer, bahkan berhasil mendapatkan klien besar seperti Pertamina.
Yoyok merasa jenuh usai beberapa tahun menjalani bisnis ini. Dia ingin bisa bekerja dari rumah agar dekat dengan istri dan anaknya. Di saat itulah, Yoyok memutuskan untuk berjualan panci.

Gunakan Kartu Kredit Istri secara Diam-Diam

Keputusannya untuk meninggalkan bisnis awalnya ini terbilang nekat. Maka ketika ia kurang modal di masa awal berdirinya perusahaan, Yoyok nekat menggunakan kartu kredit istri secara diam-diam.
“Untung sukses. Kalau nggak, bisa di-PHK jadi suaminya!” ujar Yoyok sembari tertawa.
Dengan suntikan modal tersebut, Yoyok mulai berjualan secara online dengan mempromosikan produknya di Facebook. Keputusannya untuk berjualan online alih-alih membuka toko seperti kebanyakan orang di tahun 2006, tentu bukan tanpa alasan. Yoyok ingin go international—dan Facebook adalah jawabannya.
ADVERTISEMENT
Yoyok bisa menjangkau orang di seluruh dunia dengan Facebook. Efeknya, profit yang didapat jauh lebih besar dibanding berjualan secara offline dengan toko fisik.
Sebelum menjual produknya di Facebook, Yoyok telah melakukan riset riset pasar mengenai target audiens dan apa yang mereka butuhkan terlebih dahulu.
Selain itu, dengan riset pasar Yoyok juga mendapatkan banyak informasi yang bermanfaat. Mulai dari budget awal yang harus ia keluarkan, cara mengatasi persaingan, hingga cara komunikasi yang efektif dengan calon pelanggannya.
Usai melakukan riset yang mendalam, munculah ide cemerlang di otak encer Yoyok. Ia memutuskan untuk menjual panci dengan target pasar lokal dan luar negeri.
“Di setiap dapur pasti butuh panci,” ungkapnya.
Sesuatu yang simpel dan sederhana yang mungkin tak terpikirkan oleh orang lain. Inilah awal mula perjalanan Yoyok sebagai panci internasional.
ADVERTISEMENT

Perluas Target Pasar dengan Facebook Ads

Di tahun 2006, Yoyok memutuskan untuk beriklan di Facebook. Yoyok berpendapat, jika beriklan di Facebook Ads bisa dilihat orang di seluruh dunia tanpa perlu biaya mahal. Sementara, memasang iklan panci secara tradisional seperti di televisi, radio, atau baliho, akan memakan biaya yang cukup besar dan hanya akan dilihat oleh orang Indonesia.
Mulanya, Yoyok mengeluarkan sekitar Rp 100 ribu guna beriklan di Facebook Ads. Tak disangka, iklannya tersebut berdampak pada meningkatnya penjualan panci. Perlahan namun pasti, budget iklan dinaikkan menjadi Rp 200 ribu hingga Rp 1 juta.
Respon baik kembali berdatangan, sehingga menghasilkan profit penjualan panci yang fantastis. Akhirnya, Yoyok percaya diri untuk beriklan di Facebook Ads dengan budget yang sangat besar.
ADVERTISEMENT

Berhasil Memaksimalkan Profit dengan Website

Bisnisnya semakin moncer, namun Yoyok masih belum puas. Ia ingin memaksimalkan profit. Ia ingin bisnisnya bisa menyentuh profit milyaran.
Yoyok memutuskan untuk membuat website toko online. Ia yakin bahwa kombinasi website dan Facebook Ads bisa menjadi gerbang menuju profit milyaran yang ia impikan.
Setelah memiliki website, Yoyok mulai mengeluarkan uang Rp 1 milyar untuk beriklan di Facebook Ads. Bahkan, saat Black Friday, ia bisa mengeluarkan hingga Rp 1,8 miliar per harinya hanya untuk beriklan.
Pucuk dicinta ulam tiba, kenekatannya tersebut ternyata berbuah manis. Website yang ia manfaatkan untuk menarik konsumen mampu meraup omzet Rp 2,5 miliar per harinya.

Mampu Lunasi Utang Rp 1,4 Miliar dalam 6 Bulan

Walaupun kini telah menjadi pengusaha yang sukses, namun siapa sangka pada tahun 2014 lalu pria asal Cepu, Jawa Tengah itu punya utang sebesar Rp1,4 Miliar. Namun ia mampu melunasi hutangnya itu dalam waktu 6 bulan.
ADVERTISEMENT
Kesuksesan yang dirasakan Yoyok membuatnya dilirik oleh Pemda DIY. Kedua belah pihak rencananya akan melakukan proyek bersama dengan menjadikan Yogyakarta sebagai Pusat Pendidikan Digital dan terbaik se-Asia pada tahun 2025.
Salah satu konsep yang sedang dirancang Yoyok untuk proyek itu adalah School Of Happiness dan School Of Champion.Kedua sekolah itu bersifat gratis alias tidak dipungut biaya.
Selain lembaga pemerintah, lembaga pendidikan tinggi juga mengajak Yoyok untuk berkolaborasi. Institusi Sepuluh November (ITS) memintanya mengisi pelatihan kewirausahaan pada mahasiswa bersama komisaris PT Santara, Satria Pradana.
"Targetnya nggak muluk-muluk. Tahun ini saya ingin mencetak 450 pengusaha beromzet miliaran berbasis digital yang berasal dari kampus," ungkap Yoyok.
(AAG)