Konten dari Pengguna

Kisah Bos Mayapada: Dulu Hidup Ngontrak, Kini Berharta Rp 63 T

16 Agustus 2021 13:55 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Profil Orang Sukses tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dato Sri Tahir/voi.id
zoom-in-whitePerbesar
Dato Sri Tahir/voi.id
ADVERTISEMENT
Sudah banyak pengusaha sukses dunia yang bergerak di bidang amal untuk membangun dunia menjadi lebih baik melalui usahanya dengan menjadi filantropis. Namun, di Indonesia sendiri masih dibilang belum banyak.
ADVERTISEMENT
Dato Sri Tahir adalah salah satu orang terkaya di Indonesia dan dikenal memiliki hati yang dermawan.
Ia disebut sebagai salah satu filantropis asal Indonesia yang juga masuk dalam organisasi Bill & Melinda Gates Foundation – organisasi nirlaba buatan miliarder terkaya sejagad Bill Gates.
Dato Sri Tahir masuk ke dalam salah satu orang terkaya Indonesia versi majalah Forbes tahun 2018. Pria kelahiran Surabaya ini merupakan pengusaha, investor, sekaligus pendiri Mayapada Group.
Mayapada Group merupakan holding company yang memiliki beberapa unit bidang usaha seperti perbankan, TV berbayar, media cetak, property, sampai rumah sakit.
Tahir berkata bahwa dirinya hidup dari keluarga yang tidak mampu. Tinggal di rumah kontrakan yang berada di Surabaya.
Ia terlahir di rumah yang ngontrak, hingga umur 20 tahun rumahnya masih kontrak di Surabaya. Orang tuanya pun bekerja sebagai penyewa becak kala itu.
ADVERTISEMENT
Tahir memiliki rasa minder namun ia mengaku tidak pernah menyerah untuk berusaha. Ia percaya agar bisa merubah nasib menjadi sukses. Dalam kurun waktu yang lama, Tahir pun sempat jatuh bangun menjalani usaha.
Sang pemilik Mayapada Group ini mengaku sering memberikan sumbangan dalam bentuk uang. Sebagai bentuk kemanusiaan tanpa mengenal situasi.
Ia malah seringkali tertangkap oleh mata publik dalam setiap gerakan sosial yang digalakkan melalui dunia pendidikan, pembangunan, dan pengembangan masyarakat serta kesehatan.
Berbagai pemberian amal pria kelahiran Surabaya, 26 Maret 1952 ini diantaranya sokongan dana sebesar Rp 1 Triliun untuk pendidikan dan pelatihan calon tenaga kerja wanita (TKW) dan juga pengobatan gratis untuk anak-anak penderita kanker.
Lalu juga saat Tahir sedang jalan di kawasan Sisingamaraja. Ia melihat sosok anak perempuan bernama Ayu yang sedang berjualan ketika hujan.
ADVERTISEMENT
"Saya bilang sama dia, besok karyawan saya datang kesini mengurus kamu. Kita lihat oh rumahnya disini. Kita bayarin rumahnya," tuturnya.
Tahir juga kerap memberikan bantuan pada korban bencana. Seperti korban gempa Yogyakarta, gempa Padang, banjir di Jawa Tengah. Tak hanya bantuan uang, ia menyempatkan diri untuk datang.
Saat remaja ia memiliki mimpi untuk kuliah di bidang kedokteran. Oleh sebab itu ia berusaha untuk menjadi siswa yang berprestasi dengan berhasil menamatkan pendidikan SMA-nya di tahun 1971 di SMA Kristen Petra Kalianyar Surabaya pada usianya yang saat itu menginjak 19 tahun.
Namun setelah menamatkan bangku SMA-nya, cita-cita Dato Sri Tahir itu ternyata sirna setelah sang ayah jatuh sakit dan tidak dapat lagi untuk membiayai perekonomian keluarga.
ADVERTISEMENT
Itulah yang membuat Tahir harus fokus untuk melanjutkan usaha sang ayah dan tidak melanjutkan pendidikan kuliahnya.
Titik terang muncul ketika di usianya yang ke-20 tahun, Dato Sri Tahir mendapatkan beasiswa untuk sekolah bisnis di Nanyang Technological University, Singapura.
Sambil menimba ilmu, ia juga melihat peluang untuk menambah penghasilan guna pembiayaan studinya dengan menjual barang yang ia beli di Singapura dan dijual kembali di Surabaya.
Beberapa produk yang ia beli dan jual kembali diantaranya seperti pakaian wanita dan juga sepeda yang ia dapatkan dari pusat perbelanjaan di Singapura dan ia jual kembali di Tanah Air.
Setelah lulus dari kuliahnya, ia mencoba peruntungannya dengan memulai bisnis garmen.
Tak merasa puas dengan pendidikan yang telah ia dapatkan, di usia yang ke-35 tahun Dato Sri Tahir menimba ilmu di Golden Gates University, Amerika Serikat dan menyelesaikan pendidikan di bidang keuangan.
ADVERTISEMENT
Bisnis garmen yang ia bangun dengan ketekunan akhirnya membuahkan hasil dengan keberaniannya untuk masuk dalam bisnis di bidang lainnya.
Dato Sri Tahir membangun Mayapada Group yang ia dirikan pada tahun 1986 dan merambah ke berbagai bisnis lainnya seperti dealer mobil, perbankan, hingga kesehatan.
Berbagai bisnis tersebut diantaranya adalah Zurich, RS Mayapada, Mayapada Tower, Resor Fairmont Sanur Bali, Topas TV, Forbes Indonesia, Elle Indonesia, hingga Rajawali Televisi (RTV).
Pada krisis moneter di tahun 1998, bisnis perbankan Dato Sri Tahir tetap berdiri teguh dan mengembangkan sayap bisnis perbankan-nya dengan investasi asing seperti US, UAE, dan Singapura hingga memiliki lebih dari 100 cabang di seluruh wilayah Indonesia.
Karena kredibilitasnya, Bank Mayapada melalui majalah InfoBank sempat mendapatkan penghargaan sebagai bank umum terbaik nomor 2 selain bank miliki negara.
ADVERTISEMENT
Kini, ia berhasil menempati posisi sebagai salah satu pebisnis terkaya Indonesia dengan kekayaan sebesar Rp 63 triliun.
Tercatat juga di tahun 2014 di mana Dato Sri Tahir tertangkap mata media saat membantu para nelayan dan petambak yang kala itu sedang merugi akibat banjir dengan menggelontorkan dana sebesar Rp 100 miliar.
Sosok Dato Sri Tahir membuktikan bahwa semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk meraih kesuksesan.
Namun, semua itu bisa terwujud hanya jika kita mau berusaha.