Kisah Boy Thohir, Bos Adaro Berharta Rp 23,4 T yang Pernah Jadi Calo Tanah

Konten dari Pengguna
22 Oktober 2020 12:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Profil Orang Sukses tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Garibaldi atau Boy Thohir (Foto: Dok. Forbes)
zoom-in-whitePerbesar
Garibaldi atau Boy Thohir (Foto: Dok. Forbes)
ADVERTISEMENT
Garibaldi Thohir atau yang akrab disapa Boy Thohir merupakan salah satu konglomerat paling tersohor di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Bos perusahaan tambang batu bara PT. Adaro Energy Tbk. itu pernah dilaporkan memiliki kekayaan sebesar 1,6 miliar dolar AS, setara dengan Rp 23,4 triliun (kurs: 14.600).
Jumlah itu membawa Boy masuk dalam urutan ke-17 orang terkaya Indonesia versi Forbes pada 2019 lalu. Namun, tidak ada kesuksesan yang dihasilkan dalam semalam. Tak terkecuali untuk Boy. Ia harus menelan pil pahit kegagalan sebelum dapat menikmati hasilnya.
Boy tidak lahir dengan keluarga kaya raya. Saat masih sekolah, Boy menaiki metromini dan becak, seperti pada umumnya. Ayahnya, Teddy adalah seorang karyawan Astra yang berhasil meraih kesuksesannya sendiri dengan menjadi direktur perusahaan tersebut.
Kegigihan sang ayah kemudian ditularkan kepada anaknya. Setelah meraih gelar MBA dari Northop University di Amerika Serikat, Boy menginginkan untuk bekerja di perusahaan beken seperti Citibank, American Express, atau IBM.
ADVERTISEMENT
Salah satu tawaran berasal dari Citibank. Boy dijanjikan akan mendapat gaji sebesar Rp 4 juta jika mau bekerja di sana. Anehnya, sang ayah tidak mengijinkan. Lalu, Boy meminta izin untuk bekerja di Astra saja yang hanya akan digaji Rp 2 juta saja jika memulai dari bawah.
Ayahnya lagi-lagi tidak merestui. Boy ingat sekali ayahnya mengatakan sesuatu yang menjadi salah satu motivasinya untuk berbisnis. “Kalau kamu mulai dari nol dengan gaji hanya Rp 2 juta, bagaimana kamu bisa mengembalikan modal yang saya habiskan untuk membesarkan kamu yang hampir Rp 1 miliar itu?”
Meski tidak sungguh-sungguh menagih anaknya, kalimat itu benar-benar membuat Boy tertohok. Boy kemudian ingin menjalankan bisnis properti.
Namun sayang, rencana membangun gedung untuk disewakan gagal lantaran ia hanya mampu membebaskan 3.000 meter persegi tanah, sementara minimum pembebasan lahan adalah 1 hektar. Lalu, Boy dibawa ayahnya bertemu petinggi Astra untuk mempresentasikan ide bisnisnya.
ADVERTISEMENT
Ia diberi kesempatan untuk membebaskan 20 hektar tanah untuk Astra. Sayang, Boy gagal lagi karena ia hanya mendapat 3 hektar. Pada akhirnya, ia hanya menjadi calo tanah untuk Astra. Namun, justru itulah yang dijadikan Boy pengalaman untuk berbisnis selanjutnya.
Pada 1992, Boy mencoba peruntungan yaitu bergabung dengan PT Allied Indo Coal, perusahaan tambang di Sawah Lunto, Sumatera Barat. Namun, Boy harus menderita kerugian karena harga batu bara saat itu terlampau rendah.
Lima tahun kemudian, Boy mencoba memulai bisnis di pembiayaan kredit motor bernama PT. WOM Finance dengan modal tabungan sendiri sebesar Rp 5 miliar dan pinjaman bank Rp 50 miliar. Meski sempat terkena krisis moneter 1998, Boy tetap bekerja keras untuk mempertahankan perusahaan ini.
ADVERTISEMENT
Saat itu, perusahaan nyaris bangkrut. Boy memutar otak dengan menarik kembali kredit motor milik nasabah. Motor-motor itu dijual kembali dan untungnya memiliki harga tinggi seiring devaluasi kurs rupiah.
Boy akhirnya bisa sedikit bernapas lega lantaran WOM Finance yang mendapat Rp 1,5 triliun saat pertama kali go public. Sebagai pebisnis andal, Boy lantas tak ingin berfoya-foya.
Ia memanfaatkan uang tersebut untuk mendirikan sebuah konsorsium bersama Theodore Permadi Rachmat, Sandiaga Uno, dan Benny Subianto untuk membeli saham Adaro dari perusahaan Australia, New Hope.
Pada 2008, Adaro sukses di bursa saham dengan produk andalannya, batu bara ramah lingkungan. Sepuluh tahun kemudian, Forbes mencatat Adaro sebagai salah satu dari 50 perusahaan batu bara terbaik di dunia.
ADVERTISEMENT
Pada 2016 lalu, Adaro berhasil mengambil alih 100% kepemilikan saham IndoMet Coal dari BHP Biliton Pty. Ltd. Australia.
IndoMet Coal sendiri merupakan proyek tujuh kontrak karya batu bara yang terletak di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur. Langkah ini membuat Boy bangga lantaran bisa membawa kepemilikan asing menjadi nasional.