Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Kisah Elidawati Pendiri Elzatta, Rintis Usaha Hijab dari Tabu jadi Laku
29 Desember 2022 10:18 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Profil Orang Sukses tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Ia lahir di Kediri, 6 Juni 1964 dengan keturunan Minangkabau dari kedua orangtuanya. Ayahnya merupakan seorang guru agama yang dikirim ke Kediri oleh pemerintah untuk mengajar di sana.
Pada sekitar tahun 1965, Elidawati kembali ke kampung halaman. Beberapa tahun kemudian, ibu dari Elidawati meninggal dunia. Sehingga ia harus tinggal bersama nenek yang memiliki usaha lapau atau kedai.
Pada akhirnya, jiwa wirausaha Elidawati terbentuk kala melihat perjuangan sang nenek dalam membiayai kehidupan anak-anaknya dengan berjualan.
Elidawati pindah ke Bandung setelah lulus SD dan tinggal di sana hingga masuk kuliah di jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Padjadjaran, Bandung. Pada tahun 1988, Elidawati sempat menjadi asisten dosen sebelum akhirnya ditawari oleh Feny Mustafa, temannya selama organisasi Keluarga Remaja Islam Salman (Karisma) pada saat SMP untuk mengembangkan label fesyen hijab miliknya.
ADVERTISEMENT
Perjalanan Elidawati dalam mengembangkan usaha hijab tersebut sering menghadapi tantangan yang sulit. Saat itu, hijab masih dipandang sebelah mata oleh masyarakat di Indonesia, meski pemerintah telah memperbolehkan mengenakan hijab.
Perjuangan Elidawati untuk memasarkan fashion hijab terus digencarnya hingga akhirnya ia memutuskan untuk mengontrak di Jakarta sekaligus untuk membuka toko. Berbagai cara ia lakukan untuk memasarkan hijab mulai dari naik-turun bus kota hingga datang ke berbagai pengajian maupun bazaar.
Titik terang Elidawati mulai terlihat saat produknya diterima di Mal Sarinah, Thamrin. Saat itu Ketua Majelis Ulama Indonesia periode 1990-2000, K.H. Ali Yafie, membeli produk hijabnya untuk dikenakan oleh sang istri dalam acara kenegaraan.
Momen penting lainnya dialami Elidawati saat Poppy Dharsono membuat Asosiasi Pengusaha Perancang Mode Indonesia pada 1995. Sejak itu, Elidawati selalu menggelar fesyen show setiap tahunnya.
ADVERTISEMENT
Selama Elidawati memasarkan produk brand milik temannya, beberapa posisi telah dijalaninya, mulai dari sales manager, direktur utama hingga sales marketing director. Pada 2012, Elidawati pun mendirikan brand miliknya sendiri bernama Zatta.
Nama "Zatta" terinspirasi dari nama anaknya. Namun, ia mendapat gugatan dari brand pakaian asal Spanyol, ZARA. Ia pun menambahkan nama panggilannya "El" menjadi Elzatta.
Pada awal perintisannya, Elidawati melihat bahwa peluang pasar hijab masih kurang kuat di pasaran. Padahal banyak perempuan yang gemar mengoleksi kerudung. Ia pun memfokuskan hijab dan aksesorisnya sebagai produk utama.
Pada saat yang sama, fenomena fesyen muslimah terus mengalami peningkatan tren. Elzatta pun turut berkembang dari yang hanya 5 toko menjadi 63 toko (23 toko resmi dan 40 toko jaringan).
ADVERTISEMENT
Elzatta juga memanfaatkan kolaborasi promosi dengan menjadi sponsor sinetron Tukang Bubur Naik Haji. Citra Kirana dipilih sebagai ikon pemasaran produknya.
Pada 2014, Elzatta menghadirkan brand terbaru bernama DAUKY sebagai salah satu pilihan untuk memenuhi kebutuhan fashion hijab remaja serta Zatta Men untuk busana pria berkonsep casual.
Elzatta merambah ke sektor kuliner dengan melahirkan brand El n' Bread pada 2016 dan Two Element Cafe pada 2017. Kedua brand tersebut hadir untuk mengakomodir kebutuhan makanan halal bagi masyarakat Muslim.
Prestasi Elzatta terus meningkat saat melakukan kolaborasi dengan menghadirkan brand hijab olahraga, Noore sebagai official sport hijab Tim Nasional Indonesia di Asian Games 2018 untuk cabang olahraga taekwondo, pencak silat, skateboard, bola tangan dan panjat tebing.
ADVERTISEMENT
Dengan hadirnya berbagai anak perusahaan dan brand yang semakin bervariasi, sebanyak delapan brand kini dinaungi oleh grup perusahaan Elcorps. Toko yang dimiliki Elcorps berjumlah 200 toko yang tersebar di 100 kota di Indonesia dengan total karyawan mencapai 1.100 orang.
Sosok Elidawati Ali Oemar merupakan seorang pebisnis yang menerapkan prinsip kebaikan dengan berbagi terhadap sesama. Elidawati meyakini bahwa semakin banyak memberi, maka akan semakin berkah rezeki yang diterimanya.