Kisah Gordon Ramsay, Koki Kelas Dunia yang Dulunya Pemain Bola

Konten dari Pengguna
30 Juni 2020 11:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Profil Orang Sukses tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gordon Ramsay, koki terkenal dunia yang dulu pernah menjadi pemain bola. Foto: kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Gordon Ramsay, koki terkenal dunia yang dulu pernah menjadi pemain bola. Foto: kumparan
ADVERTISEMENT
Bagi para penikmat reality show, nama pria satu ini tentu tak asing. Gordon Ramsay, pria itu, ialah seorang chef yang telah malang melintang di banyak stasiun televisi, terutama di Amerika Serikat dan Inggris. MasterChef dan Hell’s Kitchen ialah dua acara televisi yang melambungkan namanya, di mana di dalamnya, Ramsay menjalani peran sebagai juri. Dalam versi Indonesia, ia menjadi juri yang berperingai sebagaimana Chef Juna: galak dan menyebalkan.
ADVERTISEMENT
Sebagai seorang chef terkenal, Ramsay tentu tak mendapat semua kemapanan profesinya begitu saja. Di balik ketenarannya, ia telah menjalani hidup yang membuat nasibnya terombang-ambing.
Lahir di Glasgow, Skotlandia, Ramsay keranjingan bermain bola sejak kecil. Bahkan ketika berumur 15 tahun, ia bergabung dengan sebuah klub bola profesional Glasgow Rangers di negaranya.
Namun, nahas, pada tahun 1985, kedekatan pria kelahiran 8 November 1966 itu dengan dunia si kulit bundar harus berhenti. Di tahun itu, ia mengalami cedera lutut yang cukup parah, membuatnya tak bisa lagi melanjutkan karier sebagai pemain sepak bola.
Mengatasi hal itu, Ramsay lantas mencari cara untuk bisa tetap melanjutkan hidupnya. Maka, ia memutuskan kembali ke sekolah, mendapatkan gelar, dan akhirnya diterima bekerja dalam bagian manajemen sebuah hotel pada tahun 1987.
ADVERTISEMENT
Memasuki dunia hotel, Ramsay praktis dekat dengan dunia masak-memasak. Ia menyelesaikan magangnya bersama Marco Pierre White di Harvey's London, lalu bekerja untuk Albert Roux di Le Gavroche, juga bekerja di bawah koki utama Joel Robuchon dan Guy Savoy di Prancis.
Dilatarbelakangi oleh pengalamannya di dunia masak-memasak itu, kerja keras lalu mengantarkan Ramsay berhasil membuat restoran miliknya sendiri yang ia namai Gordon Ramsay Restaurant, dibuka pertama kali di London, Inggris, pada tahun 1998. Di restoran itu, Ramsay dipuji oleh banyak pecinta kuliner kelas atas hingga berhasil menerima peringkat bintang tiga dari Michelin.
Gordon Ramsay yang sedang belajar soal makanan khas Sumatera Barat, rendang. Foto: kumparan
Tak menyangka restoran itu membuat nasibnya moncer, ambisi Ramsay makin terlihat ketika ia membuka beberapa restoran baru, yakni Petrus, Gordon Ramsay Restaurant kedua di London, juga Verre di Dubai. Di titik ini, pria yang kini berusia 54 tahun itu bukan lagi seorang pemilik restoran biasa.
ADVERTISEMENT
Berawal dari nasib buruk ketika lututnya cedera pada 1985, kini nasib memutarnya menjadi seorang pengusaha restoran berskala besar yang tersebar di beberapa negara di dunia. Dari situ, nama Ramsay praktis makin dikenal publik.
Pada Mei 2005, reality show America Hell’s Kitchen yang ketika itu memulai debutnya di FOX membuat nama Ramsay makin melambung. Di sana, ia berperan sebagai juri yang menilai masakan para peserta. Tak cukup hanya di situ, pada tahun 2010, Ramsay hadir di reality show MasterChef dan tiga tahun setelahnya di MasterChef Junior. Di kedua acara tersebut, ia didapuk sebagai pemimpin juri.
Maka, siapa sangka, di balik petaka yang mengharuskannya berhenti menjadi pemain sepak bola, hidup ternyata menyiapkan Ramsay pada banyak kejutan: sukses chef sekaligus pengusaha restoran terkenal di dunia.
ADVERTISEMENT