Konten dari Pengguna

Kisah Hermanto Tanoko, Crazy Rich Surabaya yang Lahir di Kandang Ayam

31 Desember 2020 13:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Profil Orang Sukses tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Hermanto Tanoko, CEO Tancorp. Foto: Tancorp.id
zoom-in-whitePerbesar
Hermanto Tanoko, CEO Tancorp. Foto: Tancorp.id
ADVERTISEMENT
Hermanto Tanoko, salah satu crazy rich asal Surabaya yang memiliki kerjaan bisnis Tancorp. Tancorp Abadi Nusantara atau yang dikenal sebagai Tancorp merupakan perusahaan besar yang memiliki lebih dari 100 brand aktif di Indonesia yang dikelola oleh 36 business unit.
ADVERTISEMENT
Perjalanan Tancorp dimulai sejak tahun 1979. Hermanto Tanoko merupakan salah satu sosok hebat dibalik berdirinya Tancorp. Berkat pemikiran Inovatifnya, Tancorp berhasil melahirkan beberapa perusahaan yang bergerak di berbagai bidang industri. Seperti, Avian, No Drop, Cleo Pure Water, Tanrise, hingga Vasa Hotel.
Hermanto merupakan anak bungsu dari Soetikno Tanoko, pendiri perusahaan cat Avian. Kehidupan masa kecil Hermanto dilalui dengan kesederhanaan dan kerja keras, dikarenakan hidup dalam keluarga sederhana, bahkan bisa dikatakan kurang mampu.
Keluarga Hermanto pernah mengalami masa sulit di tahun 1960-an. Kala itu, Indonesia sedang mengalami kasus politik bahwa keturunan Tionghoa yang WNA harus dipulangkan ke negara asalnya dan tidak boleh berdagang di Indonesia. Kasus ini berdampak pada keluarga Hermanto yang harus berpindah-pindah tempat tinggal, seperti di emperan dan juga di vihara.
ADVERTISEMENT
Di tahun 1962, sang ayah akhirnya bisa menyewa sebuah rumah kecil. Rumah berukuran 1,5m x 9 m ini merupakan bangunan bekas kandang ayam. Tepat di tahun yang sama juga, Hermanto lahir di kandang ayam itu.
Berkat ketekunan dan kerja keras yang dilakukan keluarganya, sang ayah dapat membuka toko cat pada 1962, sedangkan Ibunya membuka toko kelontong pada 1964. Namun, kehidupan mereka pun masih dalam keadaan susah.

Belajar Bisnis Sejak Dini

Pria kelahiran Malang 1962 ini memulai pengalamannya dalam berbisnis sejak usia lima tahun. Kala itu, setiap perayaan Imlek Hermanto akan diarahkan oleh orang tuanya untuk membelanjakan angpau yang ia dapat untuk membeli beberapa barang yang harganya akan naik, mulai dari terigu, biskuit, telur dan sebagainya. Sejak saat itulah, Hermanto mulai akrab dengan investasi.
ADVERTISEMENT
Hermanto merupakan sosok yang cerdik dalam melihat suatu peluang, hal tersebut dapat dilihat dari cara berpikirnya ketika bermain bersama teman sebayanya.
Di usia sekitar 6 sampai 7 tahun, Hermanto tidak mampu membeli kelereng yang dimainkan oleh teman-teman sekolahnya karena uang saku yang diberikan Ibunya tidak cukup. Lalu, Hermanto berlatih bermain kelereng dengan menggunakan batu-batu kecil di rumahnya, hingga akhirnya Hermanto mahir dalam permainan satu ini.
Melihat peluang itu akhirnya ketika di sekolah, Hermanto meminjam kelereng temannya untuk bermain, ia selalu memenangkan permainan itu dan mendapatkan banyak kelereng. Kelereng yang bagus-bagus ia cuci dan dijual di toko kelontong Ibunya, lalu ia mendapatkan uang dari hasil penjualan kelereng itu.
ADVERTISEMENT
Di usianya yang menginjak 10 tahun, sang ayah mengajak Hermanto pergi ke toko cat miliknya. Hermanto diminta untuk melayani pembeli. Dari menjaga toko cat ini, Hermanto belajar banyak mengenai perdagangan dan kegiatan jual beli.
Ketika Hermanto berusia 14 tahun, kondisi perekonomian keluarganya berangsur membaik. Ayahnya memutuskan untuk membeli apotek di dekat rumahnya, lalu Hermanto diminta untuk membantu menjadi penjaga apotek.
Hermanto memiliki pemikiran yang cerdas. Ia lebih memilih mengorbankan masa mudanya dengan membantu sang ayah untuk menjaga apotek dan belajar berbisnis. Berkat pengalaman ini, Hermanto menjadi mahir dalam mengatur waktu. Ketika pagi sampai siang ia sekolah, siang sampai malam ia bekerja, dan pukul 4 sampai 5 pagi ia belajar dan mengerjakan tugas sekolahnya.
ADVERTISEMENT
Ia juga memiliki impian ingin membuat apotek sang ayah menjadi ramai, Hermanto lalu mempelajari bagaimana cara kerja apotek di kota Malang yang ramai. Dalam waktu setahun, ia behasil membuat apotek milik ayahnya semakin laris.
Pada 1 November 1978, setelah Hermanto menikah di usia 19 tahun, Ayahnya kembali meminta dirinya untuk membantu di pabrik cat Avian, saat itu pegawainya hanya ada 18 orang.
Sebagai anak yang dipercaya untuk meneruskan bisnis keluarga, Hermanto punya mimpi: menjadikan Avian sebagai pabrik cat nasional terbesar di Indonesia. Maka, ia bersama sang ayah dan saudara-saudaranya harus memikirkan strategi untuk melebihi kemampuan kompetitor.
Berkat kegigihan dalam berinovasi dan bekerja keras, Hermanto sukses membangun usaha rumahan menjadi bisnis yang menjanjikan. Hermanto terus berekspansi dan kini ia menjadi pendiri Tancorp, sebuah group yang telah memiliki lebih dari 12 ribu karyawan, menaungi 75 perusahaan, 300 brand, seperti cat Avian, No Drop, Cleo, Tanrise, hingga Vasa Hotel.
ADVERTISEMENT
Bahkan salah satu diantara 300 brand tersebut, yaitu Cleo berhasil meraup omzet lebih dari Rp 1 triliun dalam setahun. Ini semua dapat terjadi karena semangat dalam diri Hermanto yang selalu membara dan kecerdikannya dalam melihat sebuah peluang. Kini perusahaan tersebut telah berhasil mendapat ratusan penghargaan baik nasional maupun internasional.
Dikutip dari laman Forbes, Hermanto berhasil masuk jajaran crazy rich Indonesia dengan total kekayaan mencapai USD 700 juta atau setara dengan Rp 9,7 triliun (kurs Rp 14.200).

Bangun Hotel Rp 1,8 Triliun

Sukses dengan berbagai bisnis yang telah ia jalani, Hermanto melihat peluang pada bisnis hotel di Surabaya.
Hermanto Tanoko bersama Tung Desem Waringin, membangun hotel mewah bintang lima yang diberi nama, Vasa Luxury Hotel di Surabaya. Hotel mewah ini dibuat senilai Rp 1,8 triliun.
ADVERTISEMENT
Ia menyebutkan, salah satu keunggulan yang dimiliki Vasa Hotel adalah adanya fasilitas helipad berstandar internasional yang khusus diperuntukkan tamu hotel yang menginap. Helipad ini menurut Hermanto, bisa membantu para pebisnis dan eksekutif yang membutuhkan mobilitas cepat dari dan menuju hotel.
Di tahun 2019, perusahaan ini membangun apartemen The 100 Residence di kawasan Gubeng Surabaya. Total uang yang di investasikan perusahaan Hermanto di proyek ini mencapai Rp 400 miliar.
Sama seperti Hotel Vasa, apartemen ini juga merupakan apartemen bintang lima. Tentu saja konsumennya adalah warga kelas menengah ke atas.
The 100 Residence ini memiliki konsep privasi dan prestige dengan jumlah unit yang terbatas, yakni 166 unit serta ditunjang dengan fasilitas privat lift. Proyek ini memiliki 3 tipe unit di antaranya 2 bedroom, 3 bedroom dengan luas mulai 122 m2 hingga 164 m2, serta tipe penthouse.
ADVERTISEMENT

Peran Ayah

Perjalanan bisnis Hermanto Tanoko tak terlepas dari peran sang ayah. Hampir setiap hari di tengah kesibukan bisnisnya, Hermanto pasti menyempatkan diri untuk bertemu dengan sang ayah. Saat Hermanto masih kecil, sang ayah sering memberikan berbagai cerita pengantar tidur. Ayahnya pula yang menjadi mentor perjalanan bisnisnya.
Di umur ayahnya yang mencapai 90 tahun, Hermanto kian berusaha dekat kepada sang ayah. Bahkan dalam buku biografinya, Hermanto pernah menulis, “Tuhan, kurangi umurku, berikan pada Papaku."
1 November 2020, merupakan momen haru yang dirasakan oleh Hermanto Tanoko. Sang ayah berpulang di usia 95 tahun.
"Selamat jalan Founding Father PT. Avia Avian, semoga diberikan tempat yang mulia disisiNya. Ucapan tulus terimakasih kami atas jasa yang engkau berikan bagi kami semua keluarga besar Tancorp dan kemajuan Indonesia," demikian ucap Tancorp Group dikutip dari dalam laman resminya di LinkedIn, Rabu (4/11).
ADVERTISEMENT
Kini, Hermanto tengah menyiapkan anak-anaknya untuk meneruskan bisnis keluarga. Empat anaknya, selulus kuliah, langsung bekerja di Tancorp.
Anak pertama, Belinda Natalia Tanoko, membantu di holding Tancorp, juga bertanggung jawab di properti dan ikut terlibat dalam pengelolaan Cleo (air minum dalam kemasan). Anak kedua, Melisa Patricia Tanoko, selain di holding, juga membantu di Cleo dan perusahaan distribusinya. Anak ketiga, Robert Christian Tanoko, fokus di Grup Avian dan anak-anak perusahaannya. Sementara anak keempat, Caroline Novilia Tanoko, beserta suaminya aktif di bisnis herbal dan healthcare.
(AAG)