Konten dari Pengguna

Kisah Jon Oringer, Berkali-kali Gagal hingga Sukses Dirikan Shutterstock

8 Februari 2022 15:49 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Profil Orang Sukses tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Shutterstock. Sumber foto: pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Shutterstock. Sumber foto: pexels.com
ADVERTISEMENT
Jon Oringer merupakan miliarder pertama keluaran Silicon Alley. Kesuksesannya diraih melalui platform yang ia ciptakan yaitu Shutterstock.
ADVERTISEMENT
Jon Oringer menempuh perjalanan yang berliku-liku untuk mencapai kesuksesannya tersebut. Bahkan sebelum Shutterstock akhirnya meledak, ia sempat mengalami kegagalan berkali-kali.
Pria dengan nama asli Jonathan Oringer ini besar di New York. Ia sudah mendalami dunia komputer sejak muda. Setelah lulus dari Colombia University, Oringer mengawali perjalanannya dengan membuat perangkat lunak pop-up blockers. Kini perangkat itu terpasang di beberapa browser besar seperti Firefox dan Chrome.
Ia tak pernah menyangka bahwa perdagangan hasil foto menjadi jalan kesuksesannya. Namun, sejak dulu Oringer selalu bercita-cita untuk memiliki bisnis sendiri.
“Saya selalu tahu bahwa saya ingin menjalankan perusahaan saya sendiri,” ucap Oringer, mengutip Entrepreneur, Selasa (08/02).
Sebelum akhirnya berhasil dengan Shutterstock, Oringer mengalami kegagalan demi kegagalan melalui sepuluh perusahaan yang pernah ia dirikan sebelumnya.
ADVERTISEMENT
“Saya bermain-main dengan ide-ide yang berbeda. Beberapa tampaknya benar-benar berjalan, sampai akhirnya tidak lagi,” katanya.
Pada 2003 Oringer mendirikan Shutterstock. Perusahaan itu berawal dari hobi Oringer dalam dunia fotografi. Menurutnya, sebuah karya foto milik fotografer membutuhkan lisensi dengan biaya terjangkau.
Dengan pemikiran tersebut, ia memulai perusahaannya dengan mengambil 3.000 gambar menggunakan kamera milikinya. Ia kemudian membuat website sederhana hingga nantinya menjadi sebuah market place yang dikenal dengan nama Shutterstock.
“Saya mengkodekan situs itu sendiri, saat itu tidak ada banyak alat di luar sana yang dapat membantu Anda untuk memulai bisnis sendiri,” tutur pria berusia 47 tahun itu.
Awalnya Shutterstock hanya digunakan untuk hasil gambar miliknya sendiri. Namun, akhirnya ia mengizinkan fotografer lain untuk menitipkan hasil fotonya di website milik Oringer tersebut.
ADVERTISEMENT
Ia kemudian akan membayarkan royalty dari setiap foto yang terjual. Ternyata hal tersebut menjadi ladang emas yang mendatangkan banyak keuntungan untuk Oringer.
Tak disangka startup berbasis New York itu berkembang hingga menjadi perusahaan besar yang diminati banyak orang. Pada 2015, Shutterstock bernilai USD 2,5 miliar. Di tahun berikutnya, platform itu telah memiliki 100 ribu kontributor dan menampilkan puluhan juta konten mencakup gambar, video, dan lain-lain.
Kesuksesan tersebut tentu berpengaruh pada pundi-pundi milik Oringer. Dengan memegang saham 38 persen pada Shutterstock, kini kekayaan bersih Oringer menurut Forbes tercatat USD 1,5 miliar atau Rp 25 triliun.
Perjalanan Jon Oringer membuktikan bahwa kegagalan tidak selamanya menutup pintu kesuksesan seseorang. Justru melalui kegagalan itulah Jon Oringer mendapat pelajaran berharga untuk melangkah lagi ke depan.
ADVERTISEMENT
“You can’t be afraid of the problem. Don’t be afraid of failure; don’t be afraid to make mistakes. Make sure you learn from each step; iterate, and stay as efficient as possible without being paralyzed by a difficult situation,” - Jon Oringer.