Kisah Konglomerat Eka Tjipta Widjaja Pendiri Sinar Mas yang Dulunya Hidup Miskin

Konten dari Pengguna
24 April 2021 12:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Profil Orang Sukses tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Eka Tjipta Widjaja/Instagram/mancode.id
zoom-in-whitePerbesar
Eka Tjipta Widjaja/Instagram/mancode.id
ADVERTISEMENT
Sinar Mas merupakan sebuah perusahaan yang dikenal bergerak dalam bidang layanan keuangan, real estate, telekomunikasi, agribisnis dan pangan, pulp dan kertas, dan infrastruktur.
ADVERTISEMENT
Didirikan pada tahun 1938 sebagai Sinar Mas Group, sejak 2003 namanya tak lagi menjadi Sinar Mas Group karena restrukturisasi. Sinar Mas tak lagi memiliki holding melainkan President Office yang memfasilitasi dan membantu pilar-pilar bisnisnya.
Sinar Mas didirikan oleh Eka Tjipta Widjaja. Ia merupakan salah satu konglomerat dan pengusaha sukses pada masa Orde Baru. Bahkan dirinya masuk dalam jajaran orang terkaya versi Forbes.
Siapa sangka, Sinar Mas didirikan dengan jerih payahnya sendiri dengan berbagai lika-liku kehidupannya. Eka Tjipta merupakan seorang imigran asal Tiongkok yang lahir pada tahun 1921 di Fujian, Tiongkok dengan nama asil Oei Ek Tjhong.
Ia merupakan anak seorang pedagang yang berpusat di Sulawesi. Ia masuk ke Indonesia pada usianya yang 9 tahun. Ia sempat mengenyam pendidikan sekolah dasar tapi sayang tidak sampai lulus karena keterbatasan ekonomi keluarganya.
ADVERTISEMENT
Di usianya yang masih sangat muda, ia pun terpaksa untuk bekerja banting tulang untuk membantu orang tuanya yang terlilit hutang rentenir. Pada usia 17 tahun ia mencoba berdagang biskuit tapi tak lama karena ada pajak yang besar.

Karir

Hingga pada tahun 1950, ia memutuskan untuk berdagang kopra. Kopra merupakan daging buah kelapa yang dikeringkan. Kopra merupakan bahan baku utama dalam pembuatan minyak kelapa dan turunannya. Ia menjualnya sampai ke Pulau Selayar.
Hingga pada usia 37 tahun Eka memutuskan untuk hijrah ke Surabaya, Jawa Timur. Karena hasil kerja keras berdagang kopra ia pun dapat membeli kebun kopi dan kebun jeruk di Jember. Hingga pada tahun 1969, ia mendirikan pabrik minyak kelapa bernama CV Bitung Manado Oil Limited (Bimoli).
ADVERTISEMENT
Pada tahun 1976, Eka mendirikan Tjiwi Kimia, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang bahan kimia. 1980-1981 ia membeli sebidang perkebunan kelapa sawit dengan luas 10 ribu hektare, mesin kertas yang memiliki kapasitas 60 irbun ton di Riau dan perkebunan dan pabrik teh dnegan luas 1000 hektare berkapasitas 20 ribu ton.
Tak disangka bisnisnya terus menggurita dan berjaya. Satu tahun kemudia ia membeli Bank Internasional Indonesia (BII). Bank tersbeut juga mengalami perkembangan yang pesat yang bermula memiliki 2 cabang hingg menjadi 40 cabang dan cabang pembantu dnegan total aset Rp9,2 triliun.
Sinar Mas/sinarmas.com
Ia juga berkespansi bisnis di bidang properti dengan membangun ITC Mangga Dua dan Apartemen Green View yang berada di Roxy dan Mall Ambassador di Kuningan, Jakarta. Bisnisnya terus maju dan mempekerjakan lebih dari 70 ribu karyawan. Pada tahun 2007 menurut Globe Asia, asetnya caoau USD 27,9 triliun.
ADVERTISEMENT
Hingga pada puncaknya pada tahun 2013 Eka masuk dalam jajaran orang terkaya di Indonesia versi majalah bisnis Forbes dengan berbagai sektor bisnis di bawah naungan Sinar Mas.
Kehidupan konglomeratnya juga membuat dirinya membangu Eka Tjipta Foundation sebuah organisasi nirlaba yang bertujuan untuk meningkatkan pendidikan dan konservasi lingkungan di Indonesia.
Pendanaan sepenuhnya berasal dari Keluarga Eka Tjipta. Sebanyak 80% dari anggaran ETF dialokasikan untuk berbagai program pendidikan, beasiswa pendidikan sarjana dan fellowship.
Ia juga memiliki program Tjipta Sarjana Bangun Desa (TSBD) berfokus pada membantu mahasiswa berprestasi yang diutamakan dari daerah dan Tjipta Pemuda Bangun Bangsa (TPBB) berfokus pada mereka yang berprestasi di tingkat nasional maupun internasional. Mereka yang berprestasi akan dibiayai untuk berkuliah di 10 universitas ternama di Indonesia dan 15 perguruan terbaik di dunia.
ADVERTISEMENT
Atas berbagai karyanya di bidang filantropi, Maret 2010 Forbes Asia memasukkan namanya sebagai “48 Heroes of Philanthropy” dan meraih rekor dari Musuem Rekor Indonesia sebagai “Pemberi beasiswa S1 terbanyak dalam kurun waktu tertentu” Kini, Eka Tjipta telah tiada, ia meninggal pada 29 Januari 2019 pada usia 97 tahun, di Menteng Jakarta Pusat.