Kisah Louis Vuitton, Gembel Pengembara yang Sukses Bangun Brand Fashion Elit

Konten dari Pengguna
11 Agustus 2021 14:01 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Profil Orang Sukses tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: biography.com
zoom-in-whitePerbesar
Foto: biography.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Jika mendengar kata Louis Vuitton, sudah pasti kita akan merujuk kepada brand fashion elit, high end, yang hanya digunakan oleh kaum ekonomi kelas menengah ke atas.
ADVERTISEMENT
Melansir Forbes, brand yang bermarkas di Paris, Perancis itu punya nilai brand sebesar 47,2 miliar dolar AS atau setara Rp 680 triliun (kurs: Rp 14.407).
Dikutip dari laman yang sama, per 27 Juli 2020, Louis Vuitton telah menyentuh angka penjualan sebesar Rp 15 miliar dolar AS atau senilai Rp 216 triliun.
Brand fashion luxury yang kini dinahkodai oleh Michael Burke itu memproduksi berbagai barang mewah macam barang-barang berbahan kulit, tas tangan, koper, sepatu, jam tangan, perhiasan, dan aksesoris.
Louis Vuitton benar-benar merupakan brand yang namanya saja sudah lebih mahal dari kualitas produk yang mereka produksi. Hanya dengan memasang monogram LV, Louis Vuittoh sudah berhasil meraih untung besar.
LV sendiri merupakan inisial dari brand Louis Vuitton. Tak main-main, monogram khas berwarna emas itu jika terpasang pada suatu benda, maka margin keuntungan yang didapat bisa menyentuh angka 30 persen.
ADVERTISEMENT
Saking elit dan mewah, brand LV menjadi langganan diburu oleh para selebritis, pejabat, hingga para konglomerat di seluruh dunia. Dengan mengenakan barang-barang keluaran LV, bisa dijamin kelas sosial seseorang akan menanjak.
Namun, tahukah kamu, di balik status elit dan mewah yang tersemat di punggung brand Louis Vuitton, terdapat kisah inspiratif sang pendiri yang penuh dengan jalan terjal dan susah payah.
Nama brand Louis Vuitton sendiri diambil dari nama sang pendiri, yakni Louis Vuitton Malletier. Ia merupakan seorang karyawan pabrik koper asal Paris yang lahir pada 4 Agustus 1821.
Ayah Louis merupakan seorang petani bernama Xavier Vuitton dan ibundanya bernama Corinne Galliard. Masa kecil Louis tak begitu spesial. Wajar, Louis menjalani hidup sebagai seorang anak kelas pekerja yang tak punya banyak harta.
ADVERTISEMENT
Petualangannya dimulai ketika sang ibu meninggal dunia saat Louis masih berusia 10 tahun. Hal yang menyedihkan kemudian tiba kembali dengan cepat. Tak lama setelah sang ibu meninggal, ayahanda Louis juga menghembuskan nafas terakhir.
Ia akhirnya mau tak mau mesti hidup sendirian, tanpa ada yang merawat, tanpa banyak didikan orang tua, dan sudah kehilangan betapa besarnya bantuan kedua orang tuanya semasa hidup kepada Louis.
Dengan kegalauan tersebut, Louis akhirnya memutuskan untuk mengembara ke pusat kota Paris ketika usianya baru menginjak 13 tahun. Ia ingin mengubah nasibnya menjadi lebih baik.
Karena tak punya cukup uang, ia akhirnya memutuskan untuk berjalan kaki dari Anchay, tempat tinggalnya, ke Paris. Perlu diketahui, jarak antara Anchay ke Paris adalah sejauh 470 kilometer.
ADVERTISEMENT
Namun, demi tekad kuat untuk mengubah nasib, Louis rela melakukan hal segila itu. Ia bahkan mesti menghabiskan waktu selama 2 tahun hingga akhirnya sampai di Paris.
Di Paris lah Louis mulai mencoba-coba berbagai usaha, hingga akhirnya ia merasa nyaman di sebuah bengkel koper. Karena nyaman, ia mulai bkerja sebagai teknisi di bengkel tersebut sejak saat itu.
Dari bekerja ke orang lain, Louis mengumpulkan modal dan membuka bengkel koper sendiri. Karena pengalamannya, ia kerap diminta oleh Eugenie de Montijo, istri dari Napoleon III, untuk membuatkannya koper.
Dari sang permaisuri-lah, Louis menerima pesanan dari para kalangan elit kerajaan lainnya. Akhirnya, produk koper yang ia miliki menjadi produk yang hanya bisa dibeli oleh kaum kelas atas hingga hari ini.
ADVERTISEMENT