Konten dari Pengguna

Kisah Lulusan Luar Negeri Pulang ke RI Jualan Minuman, Kini Beromzet Miliaran

16 Desember 2020 11:27 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Profil Orang Sukses tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gufron Syarif, pendiri di balik Haus! dengan omzet miliaran. Foto: Instagram @gufronsyarif
zoom-in-whitePerbesar
Gufron Syarif, pendiri di balik Haus! dengan omzet miliaran. Foto: Instagram @gufronsyarif
ADVERTISEMENT
Thai tea dan bubble tea (boba) memang sedang marak di tengah masyarakat dengan menawarkan berbagai rasa dan harga yang berbeda-beda. Pendiri minuman kekinian, Gufron Syarif merupakan pengusaha yang sukses menekuni bisnis ini.
ADVERTISEMENT
Gufron Syarif merupakan salah satu orang di balik kesuksesan minuman kekinian yang bernama Haus! Brand ini digandrungi oleh generasi milenial karena menawarkan minuman berbagai macam dengan harga yang terjangkau. Harga minuman yang ditawarkan mulai dari Rp 5.000 hingga Rp 17.000 dengan variasi rasanya, antara lain Thai Tea, Oreo Cheese, Brown Sugar Boba, dan masih banyak lagi.
Saat ini, Haus! memiliki 113 cabang outlet di Jabodetabek dan Bandung. Dikutip dari YouTube Basuki Surodjo saat mewawancarai Gufron Syarif, pria kelahiran 1981 ini membeberkan omzet yang ia dapatkan dalam setahunnya mencapai ratusan miliar dari seluruh cabang.
Dikutip dari berbagai sumber, sebelum menjadi pengusaha sukses, Gufron sempat ditentang oleh orang tuanya untuk mendirikan bisnis dan pernah mengalami kegagalan.
ADVERTISEMENT
Ia terlahir dari keluarga yang mampu hingga bisa mengambil gelar masternya di RMIT University, Australia. Sepulangnya ke Indonesia, Gufron ingin memulai berbisnis. Tapi, orang tuanya menentang dan meminta sang anak untuk bekerja sebagai pegawai kantor saja.
Menuruti kemauan orang tua, ia akhirnya bekerja di salah satu bank nasional selam 3 tahun. Karena memang sudah berniat ingin menjadi pengusaha, Gufron kembali meminta restu orang tuanya untuk menjadi pengusaha dan meninggalkan kantornya.
Orang tuanya pun merestui dirinya untuk merintis usaha, tapi dengan syarat sang anak harus menjadi dosen. Gufron akhirnya menjadi dosen di almamater sarjananya, yaitu Universitas Padjajaran, mengajar Akuntansi, sama seperti jurusan yang pernah ia pelajari.
Di sela-sela mengajar, ia mencoba usaha pertamanya, yaitu bisnis recycle plastic. Setelah menekuni selama 6 bulan, usahanya gagal karena bukan passion-nya. Ia kembali membuka bisnis lagi menjadi pedagang makanan di food court dekat kampus tempat ia mengajar.
ADVERTISEMENT
Usahanya terbilang laris. Namun, tak berapa lama ia menekuni usaha ini, Gufron diusir oleh pemilik food court lantaran usahanya dari hari ke hari semakin laku, sementara pedagang lain di food court itu sepi pembeli. Para pedagang lain ingin memutus kontrak sewa jika Gufron masih berdagang. Pemilik food court tak mau ambil pusing, si Gufron lah yang diminta untuk pergi agar pedagang lain tetap berjualan. Si pemilik food court justru akan rugi jika mendapat uang sewa hanya dari Gufron.
Pernah menjadi pedagang di food court, Gufron pun mengumpulkan modal bersama teman-temannya untuk menyewa bangunan dan didirikan menjadi food court. Ia sewa selama dua tahun. Dalam setahun, usahanya berhasil, ia mendapat keuntungan. Belum ada dua tahun, di tengah-tengah keuntungan ini, ia harus menerima kisah pahit lagi lantaran tempat yang ia sewa tersebut disita oleh bank. Gufron harus merugi.
ADVERTISEMENT
Di titik yang bersamaan, Gufron juga ingin menikah. Modal pernikahannya ini akhirnya digunakan untuk kebutuhan yang lain dan ia harus menikah dengan modal yang pas-pasan. Bahkan, ia mengaku harus indekos setelah menikah karena penghasilan menjadi dosen tidaklah seberapa. Saat itu pun Gufron tidak mampu memenuhi keinginan istri untuk membeli lemari pakaian.
Gufron adalah sosok pekerja keras. Ia kembali bangkit dan melakukan inovasi lagi untuk usahanya. Ia menjual rendang kemasan dan sempat menyentuh omzet Rp 600 juta per bulan dengan menggaet para reseller. Karena kesuksesan ini, ia kembali lagi untuk berinovasi dan membuka usaha donat dengan brand Dino Donuts dan hasilnya juga laku keras.
Suatu ketika, ia bertemu dengan temannya yang memiliki penghasilan fantastis di bisnis makanan dengan menggaet sasaran untuk kelas mid-low di Indonesia Gufron pun tergiur ingin mengikuti jejak temannya membuka usaha dengan sasaran kelas ini.
ADVERTISEMENT
Gufron akhirnya memikirkan produk yang cocok untuk dijual ke target pasarnya dengan harga jual di kisaran Rp 5.000 hingga Rp 15.000. Ia pun mendapatkan ide untuk menjual minuman dengan harga murah meraih sesuai dengan target pasarnya.
Beberapa produk dari Haus! Foto: Instagram @haus.indonesia
Pada 2018, berangkat dari ide ini, ia mengumpulkan teman-temannya untuk mendirikan bisnis bersama, antara lain Daman, Sigit, dan Ferry. Mereka berempat membuka gerai pertamanya di kawasan Kemanggisan, Jakarta Barat. Bisnis yang mereka miliki ini memang melahirkan peluang yang bagus karena dari hari pertama hingga seterusnya, keuntungan yang dihasilkan semakin meningkat.
Dalam waktu dua tahun didirikan, Haus! Telah memiliki 113 cabang outlet yang tersebar di Jabodetabek dan Bandung. Dengan memiliki cabang sebanyak ini, omzet yang dihasilkan mencapai miliaran per tahunnya dari seluruh cabang.
ADVERTISEMENT