Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Kisah Marissa Mayer, Eks CEO Yahoo yang Pernah Jadi Penjaga Toko
28 Juni 2022 15:48 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Profil Orang Sukses tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Dia sebelumnya menghabiskan 13 tahun di Google yang merupakan insinyur wanita pertama di perusahaan tersebut. Di perusahaan teknologi itu, ia mendesain beranda dan meningkatkan Google Penelusuran. Ia turut berkontribusi di setiap produk yang ditawarkan oleh perusahaan, termasuk Google Maps, Gmail, dan Google News.
Mayer merupakan salah satu wanita sukses di industri teknologi yang masuk dalam jajaran 30 America’s Self-Made Women 2022. Selain cerdas, ia memang sudah tumbuh dalam keluarga yang berpendidikan dan sudah aktif sejak di sekolah dengan memiliki segudang prestasi.
Wanita kelahiran 1975 itu dibesarkan oleh sang ibu Finlandia Margare, seorang guru seni. Ayahnya, Michael Mayer, seorang insinyur lingkungan yang bekerja untuk perusahaan air. Tumbuh dengan adik laki-laki Mason, dia dipengaruhi oleh orang tuanya dalam seni dan sains, dan mengagumi kakaknya yang meskipun menderita polio pada usia 7 tahun, tetapi menjabat sebagai walikota Jackson, Wisconsin, selama 32 tahun.
ADVERTISEMENT
Meskipun sangat pemalu, dia didorong oleh ibunya untuk mempelajari hal yang berbeda dengan belajar balet, ice-skating, piano, berenang, dan debat, serta juga melakukan pekerjaan musim panas sebagai pegawai toko .
Dia unggul dalam mata pelajaran sains di Wausau West High School, di mana dia memenangkan kejuaraan negara bagian Wisconsin sebagai kapten tim debat dan memimpin regu pom-pom ke posisi runner-up negara bagian.
Setelah menyelesaikan kelulusan sekolah pada tahun 1993, ia mewakili Wisconsin di National Youth Science Camp di West Virginia sebagai salah satu dari dua delegasi yang dipilih oleh Gubernur Tommy Thompson.
Dia diterima di 10 institusi, termasuk Harvard, Yale, Duke, dan Northwestern, tetapi memilih Universitas Stanford untuk mengambil kelas pra-kedokteran dengan tujuan menjadi ahli bedah saraf anak.
ADVERTISEMENT
Bersemangat untuk mencari sesuatu yang akan membuatnya berpikir, dia mengambil kelas pengantar ilmu komputer oleh Eric Roberts, dan kemudian beralih jurusan ke sistem simbolik yang menggabungkan filsafat, psikologi kognitif, linguistik, dan ilmu komputer.