Konten dari Pengguna

Kisah Naomi Susilowati, Mantan Kernet Bus yang Sukses Jadi Pengusaha Batik

4 Februari 2021 12:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Profil Orang Sukses tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Naomi Susilowati. Foto: Instagram/ renny_ongs
zoom-in-whitePerbesar
Naomi Susilowati. Foto: Instagram/ renny_ongs
ADVERTISEMENT
Tahukah kamu apa itu Batik Lasem? Batik Lasem merupakan salah satu jenis kerajinan batik tulis yang berasal dari daerah Lasem, kabupaten Rembang, Jawa Tengah.
ADVERTISEMENT
Batik Lasem merupakan kebudayaan turun temurun yang terkenal hingga ke mancanegara. Dana yang perlu kamu siapkan untuk memiliki Batik Lasem yang merupakan batik tulis ini sekitar Rp 200 ribu hingga Rp 6 juta. Tinggi rendahnya harga batik tergantung dengan kerumitan polanya.
Batik Lasem pernah mengalami mati suri dalam sejarahnya. Hingga hadirlah sosok ini, Naomi Susilowati Setiono.

Kehidupan Naomi Kecil

Naomi merupakan wanita keturunan Tionghoa yang lahir dan besar di kota kecil Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.
Lahir dari keluarga terpandang tak membuat Naomi lupa diri. Naomi dikenal sebagai pribadi yang ramah dan baik di lingkungan tempat tinggalnya.
Naomi merupakan lulusan dari Sekolah Menengah Apoteker Theresiana Semarang.
Di tahun 1980, terjadilah masalah dalam keluarga kecil tersebut. Permasalahan ini membuat dirinya dikucilkan bahkan diusir dari keluarga yang saat itu terpandang di wilayahnya, waktu itu usianya 20 tahun.
ADVERTISEMENT
Naomi merasa sedih dan sakit hati terhadap sikap keluarganya, namun ia tidak menyerah pada hidup. Ia memutuskan untuk pindah ke Kabupaten Kudus, dan menata kembali hidupnya.
Hidupnya yang semula serba cukup kini berubah 180 derajat. Himpitan ekonomi memaksa dirinya untuk menjadi sosok pekerja keras. Naomi rela melakoni berbagai profesi demi memenuhi kebutuhan hidupnya.
Mulanya Naomi bekerja sebagai buruh cuci, penghasilan yang ia dapat dari pekerjaan ini tak seberapa. Lantas, ia memutuskan untk beralih profesi menjadi buruh pemotong batang rokok di Pabrik Djarum Kudus.
Karena kurang cekatan, ia hanya mendapatkan penghasilan yang sedikit, Rp 375 per hari. Padahal mayoritas temannya mampu memotong rokok berkarung-karung,hingga bisa mendapat uang Rp 2.000.
ADVERTISEMENT
Sadar jika profesi pemotong batang rokok bukanlah keahliannya, Naomi memutuskan untuk berhenti dan beralih menjadi kernet bus Semarang-Lasem.

Pulang Kampung dan Meneruskan Usaha Keluarganya

Beberapa tahun kemudian, Naomi mendapatkan kabar dari orang tuanya. Ia disuruh kembali ke kampung halamannya untuk meneruskan bisnis keluarga yang sudah mati.
Kedatangan Naomi ketak disambut dengan baik. Beberapa keluarganya masih mencemooh dan menghina dia.
“Saya ditempatkan di bawah pembantu. Mau minta air dan makan ke pembantu. Saya juga tidak boleh memasuki rumah besar.” pungkas Naomi.
Luka lama yang belum kering kembali berdarah, namun Naomi tetap sabar dan menerima semuanya dengan lapang dada. Ia percaya, semua yang ia hadapi baik pahit atau manis merupakan kehendak dari Sang Ilahi.
ADVERTISEMENT
Di tahun 1990, Naomi mulai menjalani bisnis keluaraganya ini. Naomi mulai mempelajari berbagai hal mengenai Batik Lasem, mulai dari desain, cara menggoreskan pola dan corak dengan canting, cara melapisi kain dengan malam yang panas, hingga cara pemberian warna.
Naomi memangggil kembali para pengrajin batik terbaik yang pernah bekerja di pabrik milik keluarganya. Ia juga memperbaiki sistem dan skema dalam bekerja.
Perlahan namun pasti, bisnis Batik Tulis Maranatha milik Naomi mulai berkembang dan kembali dikenal masyarakat. Meski masih menggunakan peralatan tradisional, Batik Lasem Naomi memiliki kualitas yang unggul yang menjadikannya terkenal diantara produksi Batik Lasem yang ada.
Naomi memiliki 30 orang perajin guna membantu dan mendukung usahanya. Naomi menganggap 30 perajin tersebut sebagai keluarga dan rekannya, bukan karyawan semata.
ADVERTISEMENT
Kini, penjualan Batik Tulis Maranatha sudah sampai ke beberapa negara bahkan sampai ke benua Eropa. Karyanya digemari oleh para kolektor batik tanah air hingga mancanegara.
Dalam sebulan, ia mampu menghasilkan 150 kain Batik Lasem. Omzet yang dihasilkan kini mencapai ratusan juta dalam sebulan.
Dikutip dari laman resmi Batik Tulis Maranatha, salah satu motif yang paling digemari dan paling terkenaladalah motif 3 negeri. Yang mana 3 negeri itu dahulu berarti dari 3 daerah berbeda yang mempunyai khas warna yang berbeda.
Selain menjadi pengusaha batik, Naomi juga aktif dalam kegiatan gereja. Tak jarang ia juga mengisi seminar dan juga mengajarkan batik ke sekolah-sekolah.
Perjuangan dirinya dalam melestarikan budaya terhenti di bulan Maret 2010. Dirinya berpulang ke pangkuan Ilahi. Bisnis batiknya tersebut diteruskan oleh sang anak.
ADVERTISEMENT
Naomi Susilowati Setiono berhasil mengubah hinaan menjadi pujian. Ia merupakan salah satu profil orang sukses Indonesia. Tak hanya sukses dalam meraup pundi-pundi rupiah, Naomi juga sukses melestarikan budaya Indonesia.
(AAG)