Konten dari Pengguna

Kisah Pavel Durov yang Jatuh Bangun Kembangkan Telegram

17 Januari 2023 8:39 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Profil Orang Sukses tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
CEO Telegram Pavel Durov Foto:  ANTARA FOTO/Galih Pradipta
zoom-in-whitePerbesar
CEO Telegram Pavel Durov Foto: ANTARA FOTO/Galih Pradipta
ADVERTISEMENT
Telegram sudah menjadi salah satu aplikasi perpesanan yang banyak digunakan masyarakat. Di balik kesuksesan aplikasi tersebut, ada berbagai tantangan yang dilewati pendiri Telegram, Pavel Durov, yang kala itu harus menghadapi pemblokiran dari Pemerintah Rusia.
ADVERTISEMENT
Pavel Durov merupakan pendiri dari Telegram. Pria kelahiran St. Petersburg, Soviet Rusia pada 10 Oktober 1984 tersebut merupakan lulusan dari Saint Petersburg University dan sering dijuluki sebagai 'Mark Zuckerberg'-nya Rusia.
Sebelum mendirikan Telegram, pria dengan nama lengkap Pavel Valeryevich Durov tersebut mendirikan Vkontakte pada 2006. Situs tersebut yang memberikannya ketenaran dan dikenal sebagai pengusaha selebritas terbesar Rusia, menurut The New York Times.
Namun, Durov sempat bermasalah ketika menolak pihak Rusia untuk mengakses data Vkontakte para pelaku protes dari Ukraina. Pada Desember 2013, Durov seolah-olah dipaksa untuk menjual 12 persen saham Vkontakte ke Ivan Tavrin, seorang pemilik utama perusahaan internet asal Rusia, Mail.ru.
Secara bertahap, saham Vkontakte mulai dikuasai oleh Mail.ru. Durov pun kemudian dipecat pada April 2014 dari jabatannya sebagai CEO Vkontakte karena menolak memberikan akses data para pengunjuk rasa Ukraina kepada badan keamanan Rusia.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya, grup Mail.Ru yang dimiliki oleh oligarki Rusia, Alisher Usmanov, membeli jaringan tersebut seharga USD 1,47 miliar. Kini jaringan tersebut dimiliki oleh perusahaan asuransi milik negara, Sogaz.
Durov sendiri memutuskan untuk meninggalkan Moskow setelah tim SWAT bertandang ke rumahnya pada 2014. Ia meninggalkan Rusia dan berkata bahwa Rusia tidak cocok untuk mengembangkan bisnis internet pada saat ini.
Saat berkelana di luar Rusia, ia mulai mengembangkan Telegram. Ia sampai menghabiskan uang sebesar USD 1 juta atau sekitar Rp 15 miliar setiap bulannya untuk menjaga Telegram terus berjalan.
Selama Telegram berjalan, berbagai isu dan masalah juga tidak habis-habisnya menerpa Durov, seperti pemblokiran dari internet Indonesia karena dianggap terkait dalam hal terorisme dan radikalisme, karena adanya fitur end-to-end, sehingga tidak bisa disadap.
ADVERTISEMENT
Pada 2018, Telegram juga dilarang digunakan di Rusia, setelah Durov bersikeras untuk menolak akses data pengguna pengunjuk rasa kepada Kremlin. Durov kini memegang peranan penting terkait persebaran informasi yang terjadi saat perang Rusia-Ukraina terjadi.
Dia bersumpah untuk melindungi data pengguna Ukraina. Apalagi, ia juga merupakan keturunan dari sebagian Ukraina.
Durov kini pindah ke Dubai pada 2017 dan memindahkan operasional Telegram ke kantor Media City Dubai, yang sebelumnya berbasis di Berlin. Durov memiliki empat kewarganegaraan, salah satunya adalah Prancis yang disahkan sebagai naturalisasi warga negara Prancis pada Agustus 2021.
Kini Telegram memiliki lebih dari 600 juta pengguna di seluruh dunia. Dilansir dari Forbes, kekayaan bersih Durov mencapai USD 15,1 miliar dan menempatkannya pada urutan ke-123 dalam daftar miliarder versi Forbes 2022.
ADVERTISEMENT