Kisah Pendiri Waroeng Bebek Goreng H. Slamet, Berawal dari Dagang Kaki Lima

Konten dari Pengguna
30 Maret 2021 13:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Profil Orang Sukses tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Menu Bebek Goreng Utuh Waroeng Bebek Goreng H. Slamet. (Foto: Instagram/@bebekgorenghslametofficial).
zoom-in-whitePerbesar
Menu Bebek Goreng Utuh Waroeng Bebek Goreng H. Slamet. (Foto: Instagram/@bebekgorenghslametofficial).
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Indonesia memang selalu terkenal akan kekayaan cita rasa kulinernya. Dari Sabang sampai Merauke, selalu ditemukan kuliner yang menjadi ciri khas masing-masing daerah. Salah satunya Kota Solo yang terkenal dengan bebek goreng legendaris milik mendiang H. Slamet Raharjo dan Hj. Baryatin.
ADVERTISEMENT
Waroeng Bebek Goreng H. Slamet begitu terkenal di Indonesia. Cabangnya sudah menyebar di berbagai kota dan selalu ramai didatangi pengunjung. Namun, siapa sangka? Sebelum menjadi sebesar sekarang, restoran tersebut awalnya hanya warung kaki lima.
Berawal pada 1986, kala itu Slamet bersama dengan istrinya secara tak sengaja memulai bisnis bebek goreng hanya dengan modal Rp 10 ribu. Mereka membuka sebuah warung bebek di tepi jalan raya di Kartasura, Jawa Tengah, namun kemudian pindah ke halaman rumahnya di Sedahmoro Lor pada 1992.
Wajar saja, H. Slamet hidup serba kekurangan dan terpaksa harus rela berdagang apapun demi menghidupi keluarga. Beruntung, ia memiliki istri dan anak-anak yang mau membantu perjuangannya. Berbekal kegigihan H. Slamet dan keluarga dalam berbisnis, warung bebeknya tersebut lambat laun semakin sukses.
ADVERTISEMENT
Berkat dagangannya laris, H. Slamet akhirnya memutuskan untuk mendirikan sebuah restoran untuk bisnis bebek gorengnya dengan nama Waroeng Bebek Goreng H. Slamet. Hasilnya, nama warung makan ini meledak di tengah masyarakat Solo. Warung makan tersebut setiap harinya selalu ramai pengunjung.
Hal tersebut bukan tanpa alasan. Pasalnya, H. Slamet begitu gigih dan serius dalam menjalani bisnisnya mulai dari manajemen hingga kualitas bebek. H. Slamet dan istrinya saling berbagi tugas, dimana H. Slamet berfokus di bidang pelayanan sementara istrinya menjadi komando di dapur.
Selain itu, rahasia kelezatan bebek gorengnya terletak pada pemilihan bahan baku. Bebek yang dipakai H. Slamet hanyalah bebek jenis super yang sudah empat kali bertelur dalam rentang waktu dua tahun, yakni bebek apkiran. Jenis bebek ini dagingnya tak mudah hancur layaknya bebek muda.
ADVERTISEMENT
Lalu dalam proses pembuatannya, bebek tersebut terlebih dahulu direbus bersama dengan bumbu khas sebelum kemudian digoreng. Tujuannya agar daging bebek menjadi empuk dan bumbunya meresap dengan baik. Bebek goreng itu nantinya disajikan dengan sambal korek khas yang berbahan cabai rawit, garam, dan bawang yang kemudian diulek dan disiram minyak bekas gorengan.
Sadar akan kesuksesan Warung Bebeknya di Solo, H. Slamet akhirnya mulai untuk melebarkan sayap bisnisnya dengan membuka cabang di berbagai daerah. Hingga kini, terdapat 34 cabang yang tersebar di Jakarta, Yogyakarta, Semarang, Bogor, Gresik, Bekasi, dan lain-lain.
Di Solo sendiri, saking larisnya bebek goreng H. Slamet melahirkan banyak sekali kompetitor. Para kompetitor ini mengadopsi ide bebek goreng H. Slamet sehingga kerap membingungkan pengunjung Solo yang masih awam ketika mencari bebek goreng H. Slamet. Maka dari itu, H. Slamet terpaksa menambahkan kata "asli" di kardus kemasan serta di papan warung makannya.
ADVERTISEMENT
H. Slamet tidak menerapkan sistem franchise melainkan kerja sama dalam mengelola cabang-cabangnya. Beberapa dari cabang tersebut dipegang oleh anak-anaknya, dan sisanya oleh pihak lain yang harus melalui masa bimbingan terlebih dahulu bersama H. Slamet langsung.
Sistem tersebut sukses besar, bahkan berhasil menghasilkan omzet mencapai miliaran per bulannya. H. Slamet dan keluarga yang awalnya hidup sulit kini dapat menikmati kenyamanan hasil jerih payah mereka.
Meskipun sudah sukses, H. Slamet tidak pernah berubah sejak masih hidup sulit. Ia selalu tampil sederhana dan lebih memilih mengalokasikan kekayaannya untuk hal yang bermanfaat. Ia bahkan mendirikan pesantren gratis Tahfidz Darussalam yang berlokasi 100 meter dari kediamannya.
Selain itu, H. Slamet tetap memilih tinggal di rumah lamanya di Sedahmoro Lor alih-alih membangun rumah mewah di perkotaan. Ia juga masih memanfaatkan mobil Kijang Innova lamanya dibanding membeli mobil mewah ala crazy rich. Meskipun sebenarnya, ia sangat mampu untuk membeli itu semua.
ADVERTISEMENT
Hal inilah yang menjadikannya inspirasi bagi masyarakat Kertasura. Meski sudah sangat sukses, ia tetap membumi dan memilih untuk memanfaatkan kekayaannya untuk hal yang bermanfaat. H. Slamet akhirnya meninggal pada 30 September 2019, meninggalkan sang istri dan ketujuh anaknya. Selamat jalan, H. Slamet.