Kisah Sukses CEO Baidu, Robin Li Bangun Perusahaan Internet di Hotel Kecil

Konten dari Pengguna
7 Desember 2021 13:15 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Profil Orang Sukses tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
CEO Baidu, Robin Li. Foto: Sun Yilei/Reuters
zoom-in-whitePerbesar
CEO Baidu, Robin Li. Foto: Sun Yilei/Reuters
ADVERTISEMENT
Kemunculan internet bak membuka jalan bagi manusia untuk memasuki dunia baru yang lebih mutakhir. Banyak peluang dan kesempatan baru untuk berinovasi menciptakan sesuatu yang baru lewat internet.
ADVERTISEMENT
Salah satu yang mengambil kesempatan melihat peluang ini adalah Robin Li. Pria asal China ini memahami kondisi dan potensi kemajuan dari internet hingga mendirikan perusahaan mesin pencari terpopuler di China, yang kini dikenal dengan Baidu.
Baidu merupakan Google versi China yang membuat Robin Li berhasil menjadi miliarder terkemuka. Bahkan namanya masuk ke dalam jajaran orang terkaya di dunia ke 45 saat ini.
Menurut Forbes, kekayaan bersih pribadinya, menurut Forbes, mencapai sekitar USD 10,7 miliar atau setara dengan Rp 151,9 triliun.
Di tahun 2000, ia bekerja sama dengan Eric Xu mendirikan mesin pencari Baidu. Robin Li dipercaya menjadi CEO di tahun 2004 hingga saat ini dan pada tahun 2005 perusahaan tersebut terdaftar di NASDAQ.
ADVERTISEMENT
Sampai sekarang, Baidu menjadi mesin pencari peringkat ke 5 di Alexa dan sekitar 220 juta dikunjungi per hari. Sebelum mencapai kesuksesan ini, Robin Li tentunya harus mengalami berbagai tantangan kehidupan.
Robin Li yang lahir pada 17 November 1968 di Yangquan, Shanxi, China ini berasal dari keluarga buruh. Ia merupakan seorang anak laki-laki tunggal di antara lima anak orang tuanya.
Sebagai informasi, saat itu Provinsi Shanxi adalah daerah terbelakang, dimana tidak ada sumber daya pendidikan yang baik. Tapi berkat semangat dari ibunya, Li mencoba bekerja keras untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik.
Meski tumbuh dalam kekurangan dan ancaman pendidikan rendah, Li berhasil membuktikan bahwa ia bisa mencapai tujuan meski harus berusaha berkali-kali lipat dari anak-anak seusianya.
ADVERTISEMENT
Usahanya membuahkan hasil, ia lulus ujian masuk Universitas Peking, Beijing, di mana ia menerima gelar Bachelor of Science dalam manajemen informasi perpustakaan. Sejak saat itu, ia banyak diliputi keberuntungan.
Setelah menyelesaikan gelar sarjananya, langkah selanjutnya adalah mendapatkan pekerjaan. Dia bekerja di sebuah perusahaan di Beijing selama satu setengah tahun, Li beruntung diterima dalam program Fellowship di State University of New York.
Dia pindah ke New York dan menyelesaikan gelar master di bidang sains dari universitas pada tahun 1994. Dia terdaftar dalam program PhD dalam ilmu komputer tetapi tidak menyelesaikan gelar doktornya.
Meski tak menyelesaikan gelar doktornya, Li sempat bekerja di perusahaan besar sebagai software engineer di New York. Bahkan ia menjadi tim pengembang perangkat lunak di The Wall Street Journal dan berkesempatan mempelajari algoritma mesin pencari.
ADVERTISEMENT
Setelah puas belajar di Amerika, Li kembali ke China untuk mendirikan produk buatannya bersama rekannya, Eric Xu di hotel berbintang tiga. Hingga kini, Li tak hanya fokus pada perusahan internet saja, ia juga merambahi teknologi artificial intelligence/AI.
Meski sempat terjadi hal buruk yang menimpanya saat memperkenalkan produk AI yang dikembangkan, ia mendapat siraman air dari pria tak dikenal di atas panggung. Namun, itu tidak sama sekali memudarkan semangatnya untuk berinovasi.