Kisah Sukses Pendiri RM Padang Sederhana Meski Hanya Lulusan SD

Konten dari Pengguna
26 Maret 2020 17:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Profil Orang Sukses tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Bustaman (tengah). Foto: saribundo.biz.
zoom-in-whitePerbesar
Bustaman (tengah). Foto: saribundo.biz.
ADVERTISEMENT
Kesulitan adalah hal yang kerap ditemui ketika kita berjuang untuk keluar dari masalah hidup dan terkadang menyisakan kegagalan. Meski begitu, kegagalan bukan berarti adalah akhir lalu dunia tidak seketika selama-lamanya menjadi kotak kosong. Mencoba untuk bangkit adalah inti dari perjalanan hidup yang ditempuh masing-masing dari kita.
ADVERTISEMENT
Barangkali itulah yang tercermin dari kisah Bustaman, pendiri dari Restoran Sederhana. Restoran ini menyediakan masakan padang mulai dari rendang hingga ayam pop. Tentu saja usaha rintisan Bustaman ini populer di masyarakat mengingat terdapat 160 gerai termasuk yang ada di Malaysia.
Kesuksesan Bustamam sebagai pengusaha tidak lepas dari upayanya untuk bisa melepaskan diri dari hidup yang memberatkan. Hal ini dikarenakan Bustaman mengawali restoran ini sebagai orang kecil yang menghadapi berbagai macam keterbatasan.
Diberondong masalah
Bustaman lahir di Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat pada 11 September 1942. Masa kecil Bustaman terbilang cukup pelik karena ia harus kehilangan kedua orang tuanya. Adapun pendidikan formal yang penting bagi anak-anak seusianya saat itu hanya mampu ia tapaki sampai kelas 2 Sekolah Rakyat saja (setara SD).
ADVERTISEMENT
Selebihnya Bustaman menghidupi dirinya dengan bekerja sebagai apapun. Mencari rezeki di antara perkebunan sawit sebagai buruh dan menjajakan koran. Ia juga mencari sesuap nasi di antara piring kotor yang harus ia cuci,membantu di rumah sakit adalah cara dia untuk bisa hidup dari hari ke hari.
Perjuangan untuk bisa hidup ini ia lakukan hingga ke Jakarta. Dengan Istri dan anaknya, Bustaman merantau dan tinggal bersama kakak iparnya di Matraman pada Tahun 1970.
Bustaman mengarungi jalanan Jakarta untuk bisa mencari pemasukan. Bermodalkan gerobak, ia berjualan rokok dengan jam kerja yang tidak tanggung-tanggung yakni selama 24 jam dalam 1 hari.
Setelah sekian lama menjadi pedagang asongan, Bustaman tidak melihat perkembangan yang baik. Alhasil, ia dan istrinya membuka warung makan di daerah Pejompongan, Jakarta Pusat. Masih menggunakan gerobak, Bustaman mebuka warung makan di sebuah lapak yang berukuran kecil. Makanan yang dihidangkan pun berasal dari tangan istrinya juga pengalaman Bustaman ketika bekerja di sebuah rumah makan.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, bisnis kecil Bustaman ini selalu dihadapkan oleh masalah-masalah besar. Bukan hanya pendapatannya yang tidak seberapa, ia juga harus berhadapan dengan Satpol PP yang berusaha untuk menertibkan warung makannya. Ketika memindahkan warung makannya ke daerah Bendungan Hilir, Jakarta Pusat, ia juga harus menyanggupi permintaan preman setempat untuk membayar “uang sewa” agar bisa berjualan di tempat tersebut.
Masalah seakan tidak berhenti menderu demi Bustaman, tetapi ia tidak pantang menyerah untuk menjadi pengusaha. Ia bahkan sempat dibawa ke polisi oleh tantenya akibat sejumlah hutang yang sebenarnya sudah ia bayarkan ke pamannya setelah sebelumnya dipinjam untuk membuka warung baru.
Menemukan resep
Ilustrasi masakan padang. Foto: Toshiko/kumparan.
Lahirnya Restoran Sederhana bermula kita Bustaman sedang makan di sebuah warung makan di daerah Bendungan Hilir. Ia melihat warung tersebut ramai dan masakannya enak pula.
ADVERTISEMENT
Akhirnya, ia berkenalan dan bertama dengan juru masak dari rumah makan tersebut , kemudian dengan baik hati sang juru masak memberikan resep masakan padang dari masakannya. Resep yang ia dapat ini ia jadikan sebagai landasan untuk membuka warung makannya.
Bustaman mulai membuka warung makannya di daerah Bendungan Hilir hanya saja upayanya untuk bisa membuka rumah makan tetap diikuti oleh masalah yang berat, penggusuran kembali melanda warung makannya dan ia pun harus kehilangan tempat tinggal karena rumahnya yang berada di daerah pejompongan terbakar. Hal ini membuat Bustaman harus bernaung di kediaman pemasok bahan makanan untuk warungnya di daerah Roxy, Jakarta Pusat.
Permasalahan yang dihadapi Bustaman tidak menghentikannya untuk menjadi seorang pengusaha. Ia membuka kembali warung makan sebagaimana yang ia lakukan di daerah Roxy pada tahun 1975.
ADVERTISEMENT
Makanan yang dijual oleh Bustaman masih berdasarkan resep yang diberikan oleh kenalannya, hanya saja Bustaman menyesuaikan rasa masakan dengan lidah-lidah pelangganya. Upayanya ini ternyata membuahkan hasil, warung makannya mengalami peningkatan.
Sebelumnya Bustaman memiliki kios di pasar inpres, Bendungan Hilir dan Roxy yang kemudian diikuti oleh cabang-cabang baru. Diketahui Bustaman kemudian memiliki gerai warung makan yang mencapai 30 gerai.
Asal mula nama “Sederhana”
Bisnis warung makan yang sukses ini diberi nama “Sederhana” oleh Bustaman. Nama ini diambil dari nama sebuah rumah makan yang di mana menjadi tempat Bustaman bekerja sebagai tukang cuci piring. Menurut istrinya, nama itu juga dipilih agar lebih mudah diingat.
Nama ini juga pernah diambil oleh saudaranya yang membuka usaha restoran padang dengan nama yang sama. Hanya saja Bustaman sudah menetapkannya terlebih dahulu ke dalam Hak Kekayaan Intelektual (HAKI). Setelah kalah di Mahkamah Agung, restoran padang milik saudaranya haruslah diberi nama lain sehingga ia mengubah Namanya menjadi “Sederhana Bintaro”.
ADVERTISEMENT
Meski dihantam masalah bertubi-tubi, Bustaman berhasil menjadikan sebuah warung makan sederhana menjadi sebuah bisnis yang besar. Ia akhirnya membuat badan hukum bernama PT Sederhana Citra Mandiri yang bertujuan untuk menjadi kerangka atas gerai-gerai dari restoran masakan padang miliknya agar tetap bersinergi dan sesuai dengan keinginan perusahaan.
Menjadi seseorang dengan riwayat hidup yang tercantum di dalam profil orang sukses tentulah bukan suatu hal yang mudah. Banyak tokoh-tokoh sukses yang dijatuhkan sekian kali oleh nasib untuk mencapai yang ia inginkan, tetapi mereka tetap bangkit dan membuktikan walau mereka tidak bisa dikalahkan, begitu juga Bustaman.