Konten dari Pengguna

Kisah Sunny Kamengmau, Tukang Kebun yang Jadi Juragan Tas

1 September 2020 13:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Profil Orang Sukses tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sunny Kamengmau (Foti: Kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Sunny Kamengmau (Foti: Kumparan)
ADVERTISEMENT
I
Jika kita bekerja keras, mau melewati proses yang amat sangat berat, maka hasilnya sudah pasti akan memuaskan. Karena menurut pepatah, hasil tak akan mengkhianati proses.
ADVERTISEMENT
Itulah yang terjadi pada Sunny Kamengmau, pria kelahiran Nusa Tenggara Timur (NTT) yang dahulu menjadi tukang kebun, kini punya brand tas sendiri bernama Robita.
Semua petualangan Sunny berawal saat ia kabur dari rumah. Entah apa alasannya ia melarikan diri dan meninggalkan SMA nya, yang pasti, ia lari untuk mengejar mimpinya.
Pelariannya dari NTT membawa Sunny singgah di Bali. Di sanalah ia bekerja di sebuah hotel dan menjadi tukang kebun. Ia menjalani hari-hari sebagai tukang kebun dengan konsisten dan sabar.
Karena ketekunannya, Sunny naik pangkat menjadi sekuriti di hotel tersebut. Selama empat tahun ia menjadi sekuriti. Meski lebih melelahkan dan berisiko ketimbang tukang kebun, tetapi tetap ia jalani saja.
Minat belajarnya yang tinggi membuat Sunny tertarik untuk belajar bahasa asing. Saat menjadi tukang kebun pun, Sunny sudah tertarik dengan bahasa Inggris dan bahasa Jepang.
ADVERTISEMENT
Saking semangatnya, Sunny memggunakan honornya yang cuma Rp50 ribu untuk membeli kamus. Ia benar-benar ingin belajar untuk dapat bergaul dengan para tamu.
Bertahun-tahun di hotel tersebut, membawa Sunny berkenalan dengan seorang Jepang bernama Nobuyuki Kakizaki, pada 1995 silam. Berbekal bahasa Jepang yang dipelajari, Sunny menjadi akrab dengan Nobuyuki yang saat itu menjadi tamu di hotel.
Siapa sangka, perkenalan keduanya ternyata bertahan hingga lima tahun. Nobuyuki adalah seorang pengusaha pemilik perusahaan Real Point Inc., perusahaan yang bergerak di bidang tas kulit.
Sunny diberi tawaran yang menjanjikan oleh teman barunya itu. Ia ditawari untuk menjadi pemasok tas kulit. Kemauan belajar yang tinggi membuat Sunny menyanggupinya meski ia belum tahu soal perdagangan.
Ia mencoba dan selalu gagal berkali-kali. Barang pasokannya kerap tidak laku di pasaran. Meski begitu, Sunny tak menyerah. Ia terus tekun dan sabar mengikuti segala proses yang ada.
ADVERTISEMENT
Saking tidak lakunya, ia hampir keluar dari pekerjaan barunya. Namun, ia merasa tertantang untuk terus belajar. Akhirnya, tas buatannya berhasil masuk Jepang dan diterima masyarakat.
Tas Robita buatan Sunny berhasil memasok 100 hingga 200 tas per bulannya ke Jepang. Sampailah pada 2006, 5000 tas buatan Sunny berhasil beredar di pasar Jepang.
Tas mewah milik Sunny di Jepang bukanlah tas abal-abal. Tas Robita menjadi idaman tingkat sosialitas di sana. Harganya saja bisa mencapai Rp2 juta. Maka tak ayal, Sunny bisa meraup Rp2 miliar per bulannya.