Konten dari Pengguna

Kisah Zhang Xin, Mantan Buruh Pabrik yang Sukses Berbisnis Properti

10 Januari 2021 13:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Profil Orang Sukses tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Zhang Xin (Foto: World Economic Forum)
zoom-in-whitePerbesar
Zhang Xin (Foto: World Economic Forum)
ADVERTISEMENT
Setiap orang pasti memiliki mimpi, target atau tujuan hidup yang ingin dicapai. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mencapai mimpi tersebut, salah satunya dengan semangat yang tinggi dan kerja keras.
ADVERTISEMENT
Zhang Xin merupakan mantan buruh pabrik yang sukses menjadi pengembang real estate terbesar di China, SOHO. Dikutip dari laman Forbes, total kekayaan yang dimiliki Zhang Xin mencapai USD 3,3 miliar atau setara dengan Rp 48 triliun (Kurs Rp 14.200).
Salah satu profil orang sukses ini berhasil membuktikan bahwa kerja keras akan membuahkan hasil yang indah. Tidak ada usaha yang akan mengkhianati hasil.

Zhang Xin Kecil Miliki Semangat yang Tinggi

Zhang Xin lahir di Beijing pada 24 Agustus 1965 dari pasangan keturunan Burma China, tepat sebelum periode Revolusi Budaya yang diusung tokoh komunis China, Mao Zedong.
Zhang menghabiskan masa kecilnya di sebuah blok lima lantai yang suram di pinggiran kota Beijing. Hidup dalam kemiskinan ditambah terjadinya revolusi membuat Zhang kecil hanya bermimpi menjadi seorang petani. Pada zaman itu profesi sebagai petani merupakan profesi yang sangat “dimuliakan”.
ADVERTISEMENT
Ayah dan Ibu Zhang merupakan lulusan dari universitas. Namun hal itu tidak berguna, revolusi Mao Zedong menganggap orang berpendidikan sebagai musuhnya. Saat itu, semua orang dibayar sama tanpa memandang pendidikan. Itulah mengapa kemiskinan merupakan bagian dari keluarga kecil ini.
Beberapa tahun kemudian, Zhang kecil dan Ibunya akhirnya terpaksa “dibuang” ke pinggiran kota untuk bekerja, sementara Ayah dan saudara laki-lakinya tetap berada di Beijing.
Saat Zhang berusia 8 tahun, keluarganya sedikit mendapat kelonggaran. Ibunya diizinkan kembali ke Beijing untuk bekerja sebagai penerjemah. Namun, memiliki pekerjaan bukan berarti bisa membebaskannya dari kondisi finansial yang melarat.
Bahkan, ibu Zhang tak bisa menyewa tempat tinggal. Mereka berdua terpaksa tidur dengan buku sebagai bantalnya di atas meja kerja sang ibu selama berbulan-bulan.
ADVERTISEMENT
Enam tahun kemudian, Zhang dan keluarga memutuskan untuk pindah ke Hong Kong. Saat itu Zhang sudah memiliki pemikiran untuk membantu perekonomian keluarganya. Akhirnya Zhang memutuskan untuk bekerja sebagai buruh pabrik di sejumlah perusahaan selama lima tahun.
Meski begitu, Zhang tetap bersyukur karena ia dapat merasakan kebebasan di negara barunya. ”Saya benar-benar merasa bebas di Hong Kong. Saya bisa membeli apapun yang ingin saya beli. Saya bisa makan apapun yang ingin saya makan,” katanya.
Memiliki penghasilan tak membuat Zhang lupa diri. Zhang rajin menabung sebagian dari upahnya guna melepaskan diri dari lubang kemiskinan.

Perjalanan Karier Zhang Xin

Saat itu Hong Kong masih menjadi koloni Inggris. Itu artinya Zhang memiliki kesempatan pindah ke Inggris untuk belajar. Pada 1985 ia nekat pergi ke Inggris, tapi setibanya di sana ia terkejut. Bukan hanya tidak mengenal siapapun, Zhang juga tidak memiliki kemampuan bahasa Inggris yang mempuni.
ADVERTISEMENT
“Saya memiliki impian untuk memperoleh pendidikan dan pergi jauh dari pabrik. Tapi akhirnya saya berakhir di 'planet' baru. Pada malam pertama saya sampai di sana, saya ingat duduk di atas koper dan menangis, karena benar-benar merasa takut,” katanya.
Tak mau berlarut dalam kesedihan, Zhang bertemu dengan pasangan China yang menjalankan toko fish and chips dan memutuskan untuk bekerja di sana. Semangat Zhang semakin membara tatkala ia menyaksikan Perdana Menteri Inggris saat itu, Margaret Thatcher, dalam suatu acara debat parlemen di televisi.
Dari situ, Zhang benar-benar gigih untuk belajar hingga mampu memperoleh beasiswa di University of Sussex pada 1987 sampai menyandang gelar sarjana ekonomi. Kemudian, tahun 1992, Zhang mendapat gelar master di Cambridge University.
ADVERTISEMENT
Singkat cerita, Zhang bertemu dengan suaminya, Pan Shiyi dan membangun bisnis real estate bernama Hongshi pada 1995. Tiga tahun kemudian, usaha mereka semakin berkembang hingga mampu membangun SOHO New Town seluas 480.000 m2.
Dari situlah, nama SOHO menjadi cikal bakal perusahaan besar mereka. SOHO terus berkembang hingga dapat melakukan penawaran umum perdana pada 2007 yang membuat nilai perusahaan naik menjadi Rp 27,9 triliun.
Atas kepiawaiannya itu, Zhang Xin menempati urutan ke-69 dalam daftar “Wanita Paling Berpengaruh di Dunia” menurut Forbes. Kini perusahaan real estate miliknya, berhasil menjadi perusahaan properti terbesar di China.
(AAG)