Mantan Tukang Fotocopy yang Jadi Orang Terkaya ke-7 di Indonesia
Konten dari Pengguna
19 Juni 2020 12:12 WIB
Tulisan dari Profil Orang Sukses tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Lahir dari keluarga pas-pasan, Chairul Tanjung terbiasa mencari pendapatan tambahan. Sejak kuliah dirinya telah memiliki bisnis kecil-kecilan. Ia menawarkan jasa fotokopian, berdagang buku, dan jasa pembuatan kaos. Si Anak Singkong itu berusaha dengan keras untuk memiliki kehidupan yang lebih baik.
Delapan orang anggota keluarganya tinggal di satu losmen sempit yang bahkan tak memiliki kamar mandi. Mereka harus pergi ke kali hanya sekedar untuk mandi. Meski begitu, orangtuanya tetap berusaha sekuat tenaga untuk mampu menyekolahkan anak-anaknya hingga kuliah. Orangtuanya memiliki prinsip bahwa pendidikan adalah hal utama yang mampu mengangkat seseorang dari kemiskinan.
Chairul mampu meneruskan kuliahnya di Fakultas Kedokteran Gigi di Universitas Indonesia. Semasa kuliah ia mencoba mencari uang untuk memenuhi kebutuhannya. Ia tak malu membuka jasa fotokopi di bawah tangga kampus. Selain itu ia juga menjajal berjualan modoul pembelajaran, LKS, dan pembuatan kaos. Selama kuliah, Chairul dianggap sebagai mahasiswa yang baik. Ia bahkan mendapatkan gelar Mahasiswa Teladan Tingkat Nasional periode 1984-1985.
ADVERTISEMENT
Setelah kuliah, dirinya mencoba peruntungannya menjadi seorang pebisnis. Banyak bisnis yang telah ia coba namun kemudian bangkrut. Seperti bisnis peralatan kedokteran, laboraturium dan usaha kontraktor. Bisnisnya sempat sukses ketika dirinya dan teman-teman kuliahnya membangun perusahaan PT Pariarti Shindutama. Chairul beserta temannya mampu mengirm 160 ribu pasang sepatu yang diekspor ke Italia. Meski terbilang sukses, Chairul merasa memiliki perbedaan prinsip dalam berbisnis. Ia kemudian memutuskan untuk mendur dari bisnis itu dan memilih untuk membangun bisnisnya sendiri.
Pria kelahiran 16 Juni 1962 itu tidak pilih-pilih dalam berteman. Ia berteman dengan segala kalangan. Sikapnya inilah yang kemudian membuatnya berhasil mendirikan Para Group sebagai induk perusahaan yang menaungi banyak usaha. Ketika merintis Trans TV Chairul bahkan harus meminjam 400 miliar ke bank. Pada awal mengudara, Chairul pun harus rugi Rp 30 M per bulan. TransTV kemudian meraih kejayaanya di tahun 2008.
ADVERTISEMENT
Ia memiliki prinsip bahwa binsis harus dikembangkan. Hal itulah yang menyebabkan Chairul kemudian mengakuisi TV7 milik Kompas. Di tahun-tahun selanjutnya, bisnisnya kemudian merambah ke berbagai sektor dan menjadikan Chairul sebagai orang terkaya ke-7 di Indonesia.