Mengenal Dahlan Iskan, Eks Menteri BUMN yang Dulunya Tak Mampu Beli Sepatu

Konten dari Pengguna
18 Juni 2020 12:20 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Profil Orang Sukses tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dahlan Iskan. Dok: kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Dahlan Iskan. Dok: kumparan
ADVERTISEMENT
Dahlan Iskan di kenal masyarakat sebagai mantan menteri BUMN. Mantan Direktur PLN ini harus membalikkan nasibnya dengan kerja keras. Pria yang memiliki kekayaan US$797,4 juta ini memiliki perjalanan hidup yang berliku-liku. Ia harus berusaha keras untuk keluar dari jurang kemiskinan.
ADVERTISEMENT
Dahlan dilahirkan dari keluarga yang sangat sederhana di kabupaten Magetan, Jawa TImur. Bahkan keluarganya tak ingat kapan persisnya ia lahir. Lantaran lemari tua yang menyimpan data hidup Dahlan dijual untuk mendapatkan rupiah. Padahal di sisi lemari tersebut terdapat catatan hidup dirinya. Akhirnya Dahlan memilih tanggal 17 Agustus sebagai tanggal lahirnya agar mudah diingat.
Masa kecilnya tak seperti orang lain. Bila masa kecil orang lain dipenuhi dengan mainan yang seabrek, Dahlan justru tak memilikinya. Boro-boro mainan, baju saja dirinya hanya memiliki satu setel kaus dan celana serta sarung. Masa sekolahnya pun tak jauh berbeda. Ayahnya hanya seorang buruh serabutan dan ibunya seorang pengrajin batik, tak mampu membelikan sepatu. Alhasil, Dahlan harus berjalan tanpa alas kaki untuk ke sekolah. Dahlan kecil harus melewati jalanan berkerikil, jalan becek dan akan basah kuyup bila hujan datang.
ADVERTISEMENT
Orang terkaya nomor 90 di Indonesia ini, saat itu memiliki cita-cita sederhana, yakni memiliki sepatu. Cita-cita sederhana yang sangat tinggi buatnya. Sepatu merupakan benda yang memiliki harga mahal. Mengetahui hal tersebut, Lisna Iskan, Ibu Dahlan mengumpulkan uang sedikit-demi sedikit untuk membelikan sepatu sekolah. Ibunya hanya mampu membelikan sepatu bekas di loakan yang telah sobek di bagian depan. Dahlan hanya memakai sepatu tersebut di hari senin saat upacara karena tak ingin sepatu itu tambah rusak.
Untuk membantu keuangan keluarganya, Dahlan kecil harus membantu orangtuanya menyabit rumput, menggembala kambing, dan menjadi kuli seset di kebun tahu sepulang sekolah. Namun, ketika dirinya menginjak kelas 6 SD, Ibunya wafat dan Dahlan harus belajar mengikhlaskan.
ADVERTISEMENT
Dahlan kemudian melanjutkan pendidikan di IAIN Sunan Ampel Surabaya. Ia kemudian hijrah ke Samarinda dan di tahun 1975 merintis karier dengan menjadi reporter di surat kabar harian lokal. Di Tahun 1976 Dahlan kembali ke Surabaya dan menjadi wartawan majalah Tempo. Dirinya kemudian diangkat menjadi kepala biro Tempo Jatim karena tulisan-tulisannya yang diminati masyarakat.
Dahlan Iskan saat mengisi sebuah seminar nasional. Dok: kumparannews
Kariernya berkembang pesat setelah menjadi satu-satunya wartawan yang meliput kecelakaan Kapal Tampomas II. Dirinya kemudian diangkat menjadi pimpinan Jawa Pos tahun 1982 oleh Eric Samola. Saat itu, Jawa Pos tengah sekarat dan hampir mati. Pemilik Jawa Pos, The Chung Shen, merasa tak mampu mengurus usahanya. Jawa Pos kemudian dijual dan dibeli oleh Eric Samola direktur utama penerbit majalah tempo. Eric Samola melihat potensi yang dimiliki Dahlan.
ADVERTISEMENT
Benar saja. Di tangan Dahlan, Jawa Pos dapat bangkit. Saat awal memegang tanggung jawab, Jawa Pos hampir bangkrut. Tak banyak orang yang tahu tentang Jawa Pos. Dahlan kemudian membuat gebrakan. Ia ingin tampil beda dengan mengubah kebiasaan masyarakat. Saat itu masyarakat terbiasa membaca koran sepulang bekerja di sore hari. Tetapi Dahlan memiliki usulan untuk menerbitkan Jawa Pos di pagi hari. Ia mengedukasi masyarakat untuk membaca koran di pagi hari agar masyarakat mengetahui berita lebih cepat.
Perlahan tapi pasti, masyarakat mulai menerima kebiasaan baru. Jawa Pos bahkan tidak memiliki saingan karena koran-koran lain masih memilih terbit sore hari. Dalam waktu 5 tahun Dahlan dapat menaikkan omzet Jawa Pos menjadi 20 kali lipat. Di tahun 1993 Dahlan kemudian mengundurkan diri dari pemimpin umum dan ingin fokus untuk mengembangkan jaringan media Jawa Pos.
ADVERTISEMENT
Dahlan kemudian mendirikan jaringan media Jawa Pos News Network (JPNN). Saat ini, JPNN adalah jaringan media terbesar di Indonesia dengan 190 surat kabar, tabloid, dan majalah. JPNN juga memiliki 40 percetakan yang tersebar di seluruh Indonesia dan stasiun tv sebagai media elektroniknya. Di tahun 1997, Dahlan Iskan membangun gedung pencakar langit untuk menjadi pusat aktivitas JPNN.
Dahlan Iskan juga memiliki usaha di bidang real estate dan hotel. Dirinya memiliki perusahaan yang berkaitan dengan listrik yakni PT Cahaya Fajar Kaltim dan PT Prima. Usahanya ini juga terus berkembang.
Keberhasilan Dahlan dalam memimpin Jawa Pos kemudian dilirik oleh SBY. SBY yang saat itu menjadi Presiden, menunjuk Dahlan untuk menjadi Direktur PLN. Kala itu, SBY ingin Dahlan membenahi sistem PLN yang sering diprotes masyarakat akibat sering mati listrik.
ADVERTISEMENT
Selama menjabat sebagai Dirut PLN, Dahlan berhasil membuat PLTS di 100 Pulau pada tahun 2011. Karena melihat banyak kemajuan, Dahlan pun ditunjuk SBY sebagai menteri BUMN setelah 2 tahun memimpin PLN.
Kisah hidup Dahlan Iskan banyak dijadikan inspirasi. Banyak contoh yang dapat diambil dari kerja keras Dahlan keluar dari kemiskinan. Kerja keras menjadi prinsip hidupnya. Tak heran si anak miskin itu kini memiliki memiliki kekayaan yang berlimpah.