news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Mengenal Howard Schultz, Eks Bos Starbucks yang Pernah Jadi Tukang Fotokopi

Konten dari Pengguna
31 Agustus 2020 11:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Profil Orang Sukses tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Howard Schultz (Foto: LA Times)
zoom-in-whitePerbesar
Howard Schultz (Foto: LA Times)
ADVERTISEMENT
Buat para pecinta kopi, pasti sudah tidak asing dengan Starbucks. Ya, merk kopi tersebut sangat terkenal memiliki image yang otentik yaitu logo yang khas dan penamaan ukuran gelas menggunakan bahasa Italia.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya terkenal di kalangan pecinta kopi, Starbucks juga dikenal oleh masyarakat luas karena varian kopinya bermacam-macam dan suasana cafe yang memiliki nuansa khas. Pastinya, membeli kopi di Starbucks sama dengan memasok stok untuk konten di Instagram.
Namun, siapa sangka bahwa Howard Schultz, eks CEO Starbucks, pernah bekerja menjadi pegawai fotokopi. Schultz yang lahir dari keluarga miskin itu tumbuh di lingkungan public housing.
Schultz lahir di Brooklyn, New York, tahun 1953. Anak dari lulusan SMA itu memiliki seorang ayah yang bekerja serabutan. Ayahnya yang merupakan veteran tentara itu bekerja sebagai sopir truk tanpa kompensasi pekerja, tidak ada pesangon, dan tanpa asuransi kesehatan.
Suatu hari, ia melihat kaki ayahnya digips akibat terluka saat bekerja. Saat itu, Schultz hanya melihat keputusasaan. Inilah yang menjadi momen besar yang menentukan hidupnya.
ADVERTISEMENT
Namun, ibu Schultz mendorongnya untuk kuliah agar bisa membuka jalan baginya di masa depan. Akhirnya, ia memperoleh beasiswa atletik untuk Northern Michigan University. Namun, setelah diterima, Schultz tidak ingin bermain olahraga tapi malah mencari pekerjaan sambilan.
Schultz pernah bekerja sebagai bartender dan bahkan pernah menjual darahnya. Setelah lulus, Schultz bekerja di sebuah penginapan ski di Michigan. Ia juga pernah bekerja di bisnis peralatan rumah tangga bernama Hammarplast.
Pada tahun 1982, Schultz bertemu dengan pendiri Starbucks dan membujuk mereka untuk memperkerjakan dia. Akhirnya, ia diterima dan bekerja sebagai penanggung jawab ritel dan marketing.
Namun, perjalanan bisnis ke Milan menginspirasi Schultz untuk membawa tradisi kedai kopi Italia ke Amerika. Akhirnya, dia meninggalkan Starbucks pada 1983 untuk memulai perusahaannya sendiri, kedai kopi Il Giornale.
Logo Starbucks terinspirasi dari logo Il Giornale, kedai kopi bikinan Schultz (Foto: maxmanroe.com)
Akan tetapi, pada tahun 1987, pendiri Starbucks, Jerry Baldwin, berusaha menjual perusahaan yang memiliki enam kedai itu seharga 3,8 juta dolar. Ia kemudian menawari Schultz mengumpulkan uang selama 90 hari.
ADVERTISEMENT
Singkat cerita, setelah Schultz mengumpulkan setengah dari jumlah uang itu, Baldwin mengatakan kalau ada kompetitor yang menawari 4 juta dolar cash. Schultz tidak bisa berkutik karena dia belum mengumpulkan uang sesuai target.
Suatu hari, rekan pengacara Schultz menawarkan bantuan. Siapa sangka bahwa yang akan memberikan bantuan itu adalah ayah seorang Bill Gates, William H. Gates yang berprofesi sebagai pengacara. Gates senior kemudian menemui kompetitor yang ingin membeli Starbucks dan menyelesaikan perkara masalah dalam 10 menit.
Akhirnya, atas bantuan itu, pada Agustus 1987, Schultz membeli Starbucks seharga 3,8 juta dolar. Ia menjabat sebagai CEO dari tahun 1987 hingga 2000, mengundurkan diri sebentar dan kemudian kembali memimpin pada tahun 2008.
Sampai tahun 2018, Starbucks yang memiliki 46 kedai di tahun 1989, kini memiliki 29.865 kedai. Tahun 2017, Starbucks bernilai seharga 84 miliar dolar. Nilai ini kemudian mengantarkan Schultz menjadi miliarder yang memiliki kekayaan 3 miliar dolar atau setara dengan 42 triliun rupiah. Namun, pada tahun 2017, Schultz mengundurkan diri dan digantikan oleh Kevin Johnson.
ADVERTISEMENT