Mengenal Michio, Tukang Kayu yang Raup Triliunan dari Dirikan Suzuki

Konten dari Pengguna
1 April 2021 14:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Profil Orang Sukses tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sosok Michio Suzuki, pendiri raksasa otomotif dunia Suzuki Motors. (Foto: globalsuzuki.com).
zoom-in-whitePerbesar
Sosok Michio Suzuki, pendiri raksasa otomotif dunia Suzuki Motors. (Foto: globalsuzuki.com).
ADVERTISEMENT
Siapa tak kenal Suzuki? Di Tanah air, motor Suzuki Satria F 150 hingga mobil Suzuki Karimun sudah lama malang melintang di lalu lintas. Bahkan, Suzuki menjadi bagian dari "The Big Four" Jepang (Yamaha, Honda, Suzuki, Kawasaki) di bidang sepeda motor.
ADVERTISEMENT
Siapa sangka? Perusahaan otomotif Suzuki ternyata lahir dari tangan seorang mantan tukang kayu. Ia adalah Michio Suzuki, pendiri dari Suzuki Motor Corporation. Ia lahir sebagai putra seorang petani kapas yang bersahaja di Shizuoka, Jepang, pada 18 Februari 1887.
Masa kecil Suzuki dihabiskan untuk membantu kedua orang tuanya memetik kapas di kampung halamannya. Ketika menginjak usia remaja, ia bekerja menjadi tukang kayu kepada pemilik perusahaan kayu Kotaro Imamura. Empat tahun bekerja, Perusahaan kayu tersebut banting setir menjadi produsen mesin tenun kayu berpedal.
Suzuki yang saat itu masih menjadi pekerja di sana dituntut untuk bisa merancang mesin tenun. Berbekal pengalaman sebagai tukang kayu, ia berhasil menciptakan mesin tenunnya sendiri. Keberhasilan ini memotivasi Suzuki untuk mulai meningkatkan pendapatannya lewat bisnis.
ADVERTISEMENT
Pada 1908, ia mulai mempromosikan mesin tenun ciptaannya tersebut secara mulut ke mulut. Berkat kejeliannya melihat peluang yang mana saat itu Jepang memang sedang gencarnya meningkatkan produksi tekstil sebagai komoditas ekspor, banyak perusahaan tekstil yang tertarik menggunakan mesin tenun Suzuki.
Tak butuh waktu lama, mesin tenun tersebut disambut baik oleh masyarakat luas. Mesinnya tersebut dinilai inovatif karena mampu membantu menyelesaikan pekerjaan sepuluh kali lebih cepat dibanding mesin tenun pada umumnya saat itu. Pesanan demi pesanan pun datang hingga ia harus membuat sebuah pabrik.
Akhirnya pada 1909, ia mematenkan mesin ciptaannya tersebut. Setelah beberapa waktu bekerja lewat ladang sutera milik orang tuanya, akhirnya Suzuki berhasil mendirikan perusahaannya sendiri, Yakni Suzuki Loom Manufacturing Company. Perusahaan tersebut akhirnya Go Public pada 1920 dan didaftarkan di bursa saham.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, penjualan mesin tenun tersebut menurun saat memasuki dekade 1930-an. Hal ini tak lepas dari peristiwa pemisahaan diri Jepang dari Liga Bangsa Bangsa pada 1933. Suzuki akhirnya banting setir lagi mencoba bereksperimen di ranah otomotif. Hal ini terinspirasi dari pandangannya pada mobil Eropa yang dianggap boros BBM dan mahal.
Berbekal mobil Austin Seven yang ia preteli, ia berencana menciptakan mobil yang murah, hemat BBM, serta sesuai selera masyarakat. Hasilnya, ia berhasil membuat sebuah purwarupa mobil pada 1936. Kelak, mobil inilah yang menjadi cikal bakal Suzuki seperti sekarang ini.
Sempat meredup akibat Perang Dunia II dan gempa bumi Jepang, Suzuki berhasil bangkit lewat inovasi membuat sepeda dengan mesin motor ber-cc kecil bernama Power Free pada 1952 dan Diamond Free pada 1953. Ciptaannya tersebut laris manis, bahkan hingga dapat memproduksi 6 ribu unit per bulan. Perusahaan tersebut kemudian berganti nama menjadi Suzuki Motor Co., Ltd.
ADVERTISEMENT
Perusahaannya semakin besar berkat produk motor sungguhan pertamanya Suzuki Colleda pada 1955. Hingga pada akhir dekade 1950-an, Suzuki akhirnya berhasil menjadi salah satu merk mayor di bidang sepeda motor, Bahkan pada dekade 1960-an, motor dari Suzuki ikut andil pada ajang balap motor dunia dan beberapa kali mengukir prestasi.
Sampai pada 27 Oktober 1982, Michio Suzuki tutup usia. Ia meninggalkan total aset yang pada 2020 sudah mencapai Rp 438 triliun. Pegawainya saat ini sudah mencapai 68 ribu lebih dan menghasilkan omzet Rp 459 triliun per tahun.