Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Mengenal Nurhayati Subakat, Bos Wardah yang Sumbang Rp 40 M untuk Tangani Corona
20 Maret 2020 12:08 WIB
Tulisan dari Profil Orang Sukses tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Baru-baru ini Wardah menjadi trending di media sosial terkait sumbangan sebesar Rp 40 miliar untuk penanganan virus corona Covid-19. Hal ini diungkapkan langsung oleh CEO PT Paragon Technology and Innovation, Salman Subakat yang dikutip dari Kumparan News.
ADVERTISEMENT
Mereka menggelontorkan bantuan alat kesehatan ke sejumlah rumah sakit diantaranya RS Persahabatan, RS Pelni, dan RS Sulianto Saroso. Nah buat kamu yang bertanya-tanya siapa sosok sukses di balik perusahaan besar PT Paragon Technology & Innovation (PTI) yang menangani 3 brand kosmetik lokal seperti Wardah, Emina, dan Make Over. Berikut penjelasannya.
Kesuksesan brand Wardah tentunya tidak lepas dari sosok wanita yang mengawali usahanya dari sebuah usaha rumahan. Nurhayati Subakat saat itu mengenalkan produk kosmetiknya hanya lewat rumah ke rumah.
Wanita kelahiran Padang Panjang, Sumatera Barat ini merupakan anak kedua dari delapan bersaudara. Sejak kecil Bu Nurhayati memang sudah dikenal sebagai anak yang cerdas, terbukti saat masuk perguruan tinggi ia berhasil diterima di Institut Teknologi Bandung (ITB) jurusan Farmasi.
ADVERTISEMENT
Setelah menyelesaikan kuliah tepat waktu, Nurhayati kemudian pulang kampung ke Padang dan bekerja di rumah sakit sebagai apoteker. Selanjutnya karena ingin mengembangkan karier, ia pindah ke Jakarta dan bekerja di perusahaan Wella Cosmetic dari tahun 1979 sampai 1985.
Nah bebekal pengalaman inilah Nurhayati memutuskan untuk membuka usaha sendiri, padahal waktu itu ia sudah mempunyai jabatan yang tinggi di perusahaan tersebut. Namanya juga usaha pasti ada risiko yang harus diterima dong?
Pada 1985 ia mencoba untuk produksi shampo yang menargetkan salon-salon pinggiran di daerah Tangerang. Saat itu menurut wanita Padang ini tidak membutuhkan modal yang terlalu besar, ia punya mobil yang bisa digunakan untuk memasarkan dagangan dan rumah untuk tempat produksi sehari-hari juga sudah cukup.
ADVERTISEMENT
'Putri' merek produk yang pertama dijual hanya dipasarkan ke salon-salon pinggiran di wilayah Tangerang. Namun karena harga yang terjangkau tetapi kualitasnya bagus, produk tersebut akhirnya banyak peminat hingga Nurhayati bisa mendirikan sebuah PT Pusaka Tradisi Ibu dalam manajemen usaha shamponya.
Menjalankan usaha pasti tak selamanya berada di atas, begitu juga dengan Nurhayati yang mengalami cobaan beberapa tahun kemudian. Setelah 5 tahun bisnisnya berkembang pesat, pabrik miliknya malah dilalap api dan terbakar.
Kejadian tersebut tentu saja membuat nasib usaha shampo yang telah dirintis dengan kerja keras berada di ujung tanduk, bahkan ia sempat berpikir untuk menutup usaha karena belum terbayarnya utang di bank ditambah lagi dengan gaji karyawan yang belum diberikan haknya.
ADVERTISEMENT
Namun apakah Nur lantas pasrah? Tentu tidak, kalau saat itu ia berhenti untuk usaha mungkin kita tidak akan mengenal brand Wardah seperti saat ini.
Dengan kemauan yang kuat untuk bangkit dari keterpurukan, akhirnya Nurhayati memulai kembali dari nol. Modal usaha ia peroleh dari tabungan suami dan digunakan untuk membayar gaji karyawan serta membangun lagi tempat produksi usahanya.
Awal Wardah Terbentuk
Pabriknya yang baru akhirnya berdiri dan beroperasi lagi, selain itu ia kemudian mencoba untuk melakukan inovasi baru dengan membidik konsumen muslimah. Pada 1995 Wardah tercipta dari tangan Nurhayati Subakat. Nama Wardah yang memiliki arti bunga mawar dipilih karena ia membuka usaha yang bertema islami.
Baiknya, kosmetik ini dengan cepat diterima masyarakat khususnya kaum muslimah, terbukti di tahun 1999-2003 penjualan produk melonjak drastis. Strategi pasar dan promosi yang bagus disertai manajemen yang kuat membuat produk Wardah Nurhayati Subakat ini dengan cepat mengusai pasar kosmetik nasional.
ADVERTISEMENT
Di tahun 2011, PT Pusaka Tradisi Ibu berganti nama menjadi PT Paragon Technology & Innovation yang hingga kini mempunyai lebih dari 7.500 karyawan dan memiliki kapasitas produksi lebih dari 95 juta produk personal care dan makeup.
Dari perjalanan kisah Nurhayati Subakat kita bisa belajar dari sebuah bisnis sekecil apapun jika dilakukan dengan tekun dan inovasi tentunya akan mendatangkan hasil yang maksimal.