Mochtar Riady, Eks Penjaga Toko yang Jadi Orang Terkaya Berharta Rp 21 T

Konten dari Pengguna
7 Oktober 2020 12:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Profil Orang Sukses tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Mochtar Riady (Foto: Sam Kang Li/Bloomberg)
zoom-in-whitePerbesar
Mochtar Riady (Foto: Sam Kang Li/Bloomberg)
ADVERTISEMENT
Jika ada dari Anda yang suka berlangganan internet kabel di First Media dan membaca berita Berita Satu, tentu Anda mengenal sosok Mochtar Riady.
ADVERTISEMENT
Atau Anda yang suka berbelanja di Matahari Department Store atau Hypermart yang biasanya berada dalam mal berembel-embel Lippo Mall, tentu sudah tidak asing dengan nama itu.
Ia adalah pendiri Lippo Group yang memiliki nilai Rp 112 triliun menurut Forbes. Usahanya sekarang itu dijalankan oleh putranya, James dan Stephen.
Meski usianya sudah 91 tahun, Mochtar masih aktif berkegiatan. Jangan salah, bisnisnya yang besar itu tentu tidak dicapai semudah yang dibayangkan orang ketika melihat kesuksesannya saat ini.
Keluarga Mochtar merantau dari Fujian, China dan tiba di Malang tahun 1918. Kala itu, ayahnya memutuskan bekerja sebagai pedagang batik. Tak lama setelah itu, Mochtar lahir pada 12 Mei 1929 yang diberi nama Lie Moe Tie.
ADVERTISEMENT
Mochtar kecil sering terpesona dengan gedung-gedung bank yang megah bergaya Eropa setiap kali ke pergi sekolah. Karena itulah, ia ingin sekali bekerja di bank.
Akan tetapi, profesi tersebut dianggap sang ayah sebagai profesi orang-orang kaya dan tidak sesuai dengan kondisi keluarganya saat itu. Saat usia 20-an tahun, ia malah disuruh mertuanya untuk mengelola toko miliknya di Jember, Jawa Timur.
Namun, ia tidak menyerah. Mochtar memilih merantau ke Jakarta untuk meraih mimpinya. Nyatanya, meraih mimpi di ibukota tidak semudah yang Mochtar bayangkan. Ia terpaksa harus memulai semuanya dari berbisnis sepeda.
Terlebih, melakukan kegiatan bisnis di tahun 1950-an bukan hal mudah bagi para keturunan Tionghoa karena tidak semua dapat akses untuk masuk dalam program pemerintah memajukan pengusaha atau yang disebut Program Benteng.
ADVERTISEMENT
Akhirnya, pada 1959, ia berkenalan dengan Andi Gappa, pemilik Bank Kemakmuran pada waktu itu. Andi ternyata mau mengajak Mochtar bergabung sebagai mitra usaha.
Tentu hal itu disambut dengan penuh antusias oleh Mochtar. Momen tersebut juga menjadi titik awal karier Mochtar dalam dunia perbankan.
Kerja keras Mochtar sungguh tidak sia-sia hingga dirinya dipercaya Andi menjadi direktur bank tersebut. Namun, Mochtar mengaku ia belum terlalu paham dengan laporan keuangan. Kemudian, ia belajar dari Gotama, Kepala Akuntan Standart Chartered Bank.
Setelah hampir setahun untuk benar-benar paham caranya mengurus bank, mulai dari kliring, cash, checking account, Mochtar akhirnya mampu membawa Bank Kemakmuran menjadi bank terpandang di Jakarta.
Namun, setelah beberapa tahun menjabat, ia mundur dari jabatan Direktur Bank Kemakmuran karena banyak komisaris yang bermasalah. Singkat cerita, Mochtar mulai mencari pengalaman lain di dunia perbankan.
ADVERTISEMENT
Salah satunya dengan mengakuisisi Bank Buana yang saat itu sedang dalam krisis manajemen. Setelah itu, Mochtar juga mengonsolidasikan Bank Panin hingga Bank BCA.
Berkat kemampuannya, Mochtar sukses membuat aset Bank BCA melonjak dari Rp 12,8 miliar menjadi Rp 5 triliun. Lalu, Mochtar memutuskan meninggalkan BCA pada 1991 lantaran ingin fokus menangani ke bisnis lahan dan properti di bawah Lippo Group yang didirikannya.
Bisnisnya terus melaju ke bidang pendidikan, rumah sakit, supermarket, supermal, telekomunikasi dan lainnya. Kini, Lippo Group memiliki lebih dari 50 anak perusahaan dengan jumlah seluruh karyawan lebih dari 50 ribu orang.
Dilansir dari Forbes, kekayaan yang dimiliki Mochtar mencapai 1,5 miliar dolar AS atau setara dengan Rp 21 triliun. Jumlah itu membuatnya menjadi orang terkaya ke-12 di Indonesia.
ADVERTISEMENT