Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Niluh Djelantik, Pengusaha Sepatu Bali yang Jadi Favorit Selebriti Hollywood
18 Maret 2020 16:10 WIB
Tulisan dari Profil Orang Sukses tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Kamu bisa melihat pencapaian seseorang begitu besar seakan-akan kamu sendiri merasa sulit untuk menggapainya. Tapi, di balik semua itu terdapat tokoh atau sosok yang berasal dari kalangan orang kecil.
ADVERTISEMENT
Bagi yang berkecukupan, mereka bisa memenuhi hampir segala kebutuhan atau keinginan mereka bahkan tanpa harus memikirkannya Panjang lebar. Berbeda dengan orang kecil yang untuk memenuhi kebutuhan pokok saja, mereka harus berjuang dengan keras. Ketidakmampuan tersebut yang membuat orang-orang kecil memiliki mimpi besar.
Niluh Djelantik merupakan seorang perancang sepatu dan juga pengusaha di bidang serupa. Ia merupakan pendiri dari merek sepatu lokal asal Bali yang Namanya sesuai dengan Namanya sendiri, Niluh Djelantik.
Hari ini, alas kaki sudah menjadi gaya hidup dengan berbagai merek yang memiliki popularitasnya masing-masing. Hal itu sudah lebih dulu terjadi pada Niluh Djelantik. Popularitasnya bukan hanya berputar di dalam negeri saja, tetapi juga luar negeri. Produk dari Niluh Djelantik dipakai oleh beberapa artis internasional seperti Paris Hilton, Uma Thurman, dan Tara Reid.
ADVERTISEMENT
Berkat kerja keras Niluh, sepatu buatannya berhasil mendunia dan ia dikenal sebagai sosok yang mampu sukses di bidang fashion dengan produk yang ia buat. Namun, kesuksesan ini diawali oleh ketidakmampuan Niluh untuk memiliki sepatu.
Tidak pernah merasakan sepatu bagus
Niluh lahir di Bangli, Bali, pada 15 Juli 1975 dengan nama lengkap Niluh Putu Ary Pertami Djelantik. Sejak berusia 1 tahun, ia hanya dibesarkan oleh seorang ibu dengan kehidupan yang sederhana.
Kesederhanaan ini yang membuatnya harus membantu keluarga dengan bekerja. Di usianya yang masih kanak-kanak, Niluh sudah bekerja sebagai penjaga toko buku atau mebantu tetangganya berjualan di pasar.
Kehidupan yang terbatas ini tentu saja berimbas kepada kebutuhan Niluh sehari-hari. semasa sekolah, Niluh tidak pernah merasakan sepatu yang nyaman bagi dirinya. Ibunya selalu membelikan sepatu dengan ukuran yang lebih besar dari ukuran kakinya agar kaki Niluh tidak pas lagi ketika sepatu tersebut sudah waktunya rusak.
ADVERTISEMENT
Pengalaman ini membuat Niluh termotivasi untuk bisa merasakan sepasang sepatu yang pas dan nyaman untuk kakinya. Ia ingin bisa membeli sepatu sendiri ketika sudah memiliki uang.
Tahun 1994, Niluh melanjutkan pendidikan di Universitas Gunadarma. Masa kuliah adalah masa di mana Niluh berhasil sepatu pertamanya yang ia beli sendiri.
Bermodalkan Rp 15.000, Niluh pergi ke daerah Blok M untuk membeli sepasang sepatu yang ternyata mengecewakan. Meski sudah membelinya, Niluh merasakan kembali pengalaman yang ia dapat ketika masih kecil. Ia mendapatkan sepasang sepatu yang masih terasa tidak nyaman di kakinya.
Niluh masih menyimpan keinginan untuk mendapatkan sepatu dengan kriteria yang ia inginkan. Sekembalinya dari Jakarta, Niluh kembali ke Bali dan mencoba memulai bisnis sepatu.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, Niluh bekerja di sebuah perusahaan fashion dari Amerika yang dimiliki oleh Paul Ropp. Niluh berhasil mendapatkan posisi yang tinggi di perusahaan tersebut karena performanya yang baik dalam bekerja. Sayangnya, pekerjaan tersebut harus ia tinggalkan karena ia diterpa penyakit yang membuatnya harus berhenti bekerja.
Bisnis sepatu milik Niluh dimulai di sebuah pabrik sepatu milik temannya. Ia mulai merancang mimpinya untuk mendapatkan sebuah sepatu yang ia inginkan. Sepatunya yang ia buat memiliki bahan dasar kulit dengan tinggi 8-12 cm.
Ia menginginkan sepatu rancangnya dibuat dengan tangan, bukan menggunakan mesin. Oleh karena itu, dalam proses pembuatan sepasang sepatu dari nol hingga bisa dipakai, ia hanya mengandalkan satu orang pengerajin saja, tidak seperti di pabrik.
ADVERTISEMENT
Melanglang buana
Dalam profil orang sukses, biasanya usaha yang dijalani tidak selalu dilewati dengan mudah, begitu pun Niluh. Awalnya ia hanya dapat menghasilkan 1 rancangan sepatu dalam waktu dua bulan.
Karirnya menanjak berkat bantuan dari pasangannya, Cedric Cador. Pria tersebut biasa memasarkan produk-produk Indonesia ke Eropa dan dari sinilah produk buatan Niluh menjadi besar dengan nama “Nilou”.
Koleksi pertama dari sepatu keluaran Nilou berhasil mendapatkan perhatian di Perancis yang membuatnya mendapatkan pesanan sepatu dengan jumlah ribuan pasang. Negara Perancis membuka jalannya untuk bisa membawa produknya ke 20 negara.
Bukan hanya itu, berkat bisnis yang ia geluti, pada Tahun 2006, Niluh berhasil bekerjasama dengan perancang-perancang dari luar negeri yang sudah memiliki reputasi. Perjalanan yang ia tempuh dengan nama “Nilou” ini ternyata harus menghadapi masalah.
ADVERTISEMENT
Nama “Nilou” diambil oleh distributor asal Australia dan Perancis yang meminta sepatu buatannya diproduksi secara massal di Cina. Niluh menolak untuk melakukan hal tersebut, sehingga tanpa sepengetahuan dirinya, distributor tersebut tetap mengambil nama dari mereknya.
Hal ini tentu saja membuat Niluh terpukul, tetapi ia tetap bertahan dengan nama baru, yaitu “Niluh Djelantik”. Usaha untuk bangkit tak sia-sia, bisnisnya menjadi semakin besar bahkan saat produk yang mencuri mereknya harus gulung tikar. Produknya sampai ke retail-retail besar yang ada di Eropa.
Hanya saja, pada tahun 2012 ia berhenti umemasarkan produk yang ia rintis di pasar internasional, dan berfokus kepada pasar lokal sembari memberikan pelayanan bagi pelanggan secara individu.