Perjalanan Bisnis Arifin Panigoro, Sang Raja Minyak Berharta Rp 9,8 Triliun

Konten dari Pengguna
18 Oktober 2020 12:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Profil Orang Sukses tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Arifin Panigoro (Foto: Dok. Forbes)
zoom-in-whitePerbesar
Arifin Panigoro (Foto: Dok. Forbes)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Nama Arifin Panigoro memang sudah tidak asing lagi di kalangan pengusaha pertambangan dan gas. Ia yang dijuluki sebagai Raja Minyak di negeri ini itu sudah lama memiliki cita-cita untuk menjadi orang sukses dan kaya.
ADVERTISEMENT
Perusahaan yang didirikannya, Meta Epsi Drilling Company atau Medco yang menjadi salah satu perusahaan minyak swasta nasional terbesar negeri ini adalah bukti kesuksesan Arifin. Namun, jerih payah dalam membangun perusahaannya tidaklah mudah.
Arifin tumbuh dari keluarga pengusaha yang sederhana di mana ayahnya punya bisnis kopiah yang berkembang menjadi agen penjualan barang elektronik Philips hingga produk tekstil Retatex. Waktu itu, pria yang kerap disapa Pipin ini sempat kuliah di Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung (ITB).
Semasa kuliah, Pipin menjadi kontraktor instalasi dari pintu ke pintu. Namun, beberapa tahun setelah lulus kuliah, ayahnya meninggal. Sepeninggal ayahnya itu, Pipin terpaksa menjadi tulang punggung keluarga untuk menafkahi sepuluh adiknya.
Awal mula kemunculan ide usaha Pipin sekarang adalah adanya peristiwa oil boom pada 1979-1980 yang menyebabkan minyak bumi menjadi komoditas utama di kegiatan ekspor.
ADVERTISEMENT
Jeli melihat peluang, Pipin mengumpulkan teman-temannya dari sesama alumni ITB untuk membagikan idenya membangun perusahaan minyak. Sebagian dari mereka menyambut ide tersebut. Namun, tak jarang yang meragukan Pipin karena minimnya pengalaman mengebor minyak.
Tapi karena saat itu pemerintah RI sedang gencar melakukan pembinaan terhadap pengusaha migas lokal, Pipin sangatlah beruntung. Pipin dan teman-temannya yang mendapat restu dari Direktur Jenderal Minyak dan Gas kala itu, Wijarso untuk mengembangkan Medco.
Atas izin tersebut, mereka akhirnya menjadi perusahaan mitra Bawden Drilling, perusahaan pengeboran asal Kanada, untuk proyek pilot hole Pupuk Sriwijaya. Namun, karena alasan yang tidak pasti, Bawden menghentikan kerjasama mereka.
Seketika itu pula, Pipin dan teman-teman kelabakan karena mereka tidak mempunyai rig satupun untuk mengebor minyak. Kemudian, Pipin mengirim Hertriono untuk membeli sebuah rig di Amerika dengan pas-pasan. Setelah berkeliling ke beberapa pabrik, akhirnya Medco memiliki rig untuk melanjutkan usaha.
ADVERTISEMENT
Bermodalkan satu rig saja, bisnis Pipin tersebut semakin berkembang. Meski hanya memiliki kantor sempit di Wisma Harapan, nyatanya Medco semakin memenangi tender demi tender. Salah satunya pembelian Stanvac yang namanya diubah menjadi Expan.
Dengan pembelian tersebut, PT. Stanvac yang merupakan perusahaan minyak tertua di Indonesia itu menjadi milik Medco sepenuhnya dan tidak lagi dikuasai asing.
Berkat kepiawaiannya, Pipin tercatat sebagai orang terkaya Indonesia versi majalah Forbes urutan ke-45 pada 2019 lalu dengan total kekayaan mencapai 670 juta dolar AS atau setara dengan Rp 9,8 triliun.
Selain itu, Pipin juga dikenal sebagai sosok yang terlibat dalam politik seperti memberi konsumsi pada demonstran 1998, mendirikan partainya sendiri yang dinamai Partai Demokrasi Pembaruan, hingga dilantik Presiden Jokowi sebagai Anggota Dewan Pertimbangan Presiden periode 2019-2024.
ADVERTISEMENT