Perjalanan Dyota Marsudi hingga Sukses Jadi Bos di Bank Aladin

Dyota Marsudi resmi jadi Presiden Direktur Bank Aladin. Foto: Bank Aladin

Dyota Marsudi adalah Presiden Direktur dan Chief Executive Officer (CEO) dari PT Bank Aladin Syariah Tbk. Memiliki latar belakang konsultan keuangan menjadi salah satu alasan Dyota menduduki posisi tertinggi di bank tersebut sejak 2021 hingga sekarang.

Dyota merupakan lulusan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) dengan jurusan Akuntansi. Pria kelahiran 8 Februari 1989 tersebut melanjutkan studinya di Institut Européen d'Administration des Affaires (INSEAD) Perancis dengan gelar Master of Business Administration (MBA).

Awal kariernya dimulai pada 2011, saat Dyota bekerja sebagai konsultan di Boston Consulting Group (BCG) selama 6 tahun. Di tahun 2016, ia menjadi Co-Founder serta COO di sebuah perusahaan startup, Happy5.co.

Happy5.co merupakan perusahaan yang bergerak di bidang software-as-a-service dan fokus pada sistem human capital management. Dirinya juga sempat menduduki jabatan sebagai Senior Executive Director of Investments di Vertex Ventures, Singapura pada 2018.

Berkecimpung di dunia konsultan, startup dan modal ventura, kini Dyota memutuskan untuk masuk ke sektor perbankan dengan bergabung bersama PT Bank Aladin Syariah, sebuah perusahaan bank digital syariah pertama di Indonesia. Dyota meyakini bahwa potensi industri keuangan syariah di Indonesia masih sangat besar dan belum terjamah dengan baik.

Dyota ditunjuk sebagai Presiden Direktur Bank Aladin pada 11 November 2021. Selama kepemimpinannya, ia menghadirkan inovasi baru di industri perbankan tersebut dengan menggandeng Alfamart sebagai mitra penyedia layanan Bank Aladin. Dengan waktu beberapa bulan saja, bank tersebut kini terintegrasi dan tersebar di 15 ribu gerai Alfamart di Indonesia.

Dyota Marsudi sendiri merupakan seorang anak dari Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Retno Marsudi. Ia lebih memilih meniti kariernya sendiri ketimbang mengikuti jejak sang ibu. Dyota juga mengakui bahwa lingkungan keluarga mendukung anak-anaknya untuk membuat keputusan sendiri.