Perjalanan Karier Travis Kalanick, Mantan CEO Uber yang Drop Out Kuliah

Konten dari Pengguna
1 Maret 2022 12:46 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Profil Orang Sukses tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Travis Kalanick (Foto: REUTERS/Danish Siddiqui)
zoom-in-whitePerbesar
Travis Kalanick (Foto: REUTERS/Danish Siddiqui)
ADVERTISEMENT
Masih ingat Uber? Startup penyedia layanan transportasi yang menghubungkan penumpang dengan sopir kendaraan itu sempat bersanding dengan Gojek dan Grab di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Namun, karena satu dan lain hal Uber memutuskan merger dengan Grab dan menggabungkan bisnis keduanya di Asia Tenggara.
Meski hengkang dari Asia Tenggara dan ditentang beberapa negara lain, di negara asalnya Amerika Serikat, Uber masih berjaya. Siapakah pendiri Uber dan apa kontroversi yang menimpanya?
Travis Kalanick Dropout dari UCLA
Travis Kalanick dibesarkan di pinggiran kota Los Angeles. Dia tertarik pada komputer sejak usia muda dan telah belajar menulis kode komputer pada saat dia masih di sekolah menengah.
Ia beruntung dapat melanjutkan studinya di jurusan teknik komputer di University of California, Los Angeles (UCLA). Namun, ia justru memilih untuk keluar pada tahun 1998 untuk membantu meluncurkan perusahaan rintisan Scour, Inc., dengan beberapa teman sekelasnya di UCLA.
ADVERTISEMENT
Scour, yang menawarkan mesin pencari Internet dan layanan berbagi file. Ini merupakan salah satu layanan internet pertama yang memungkinkan pengguna berbagi film dan musik secara online.
Meskipun layanannya dengan cepat menjadi populer, perusahaan itu dituntut karena pelanggaran hak cipta oleh industri rekaman dan film. Scour akhirnya mengajukan kebangkrutan pada tahun 2000 dan kemudian menjual semua asetnya.
Awal Mula Berdirinya Uber
Kantor Uber di Queens, New York. (Foto: Brendan McDermid/Reuters)
Pada tahun 2001 Kalanick mendirikan Red Swoosh, perusahaan lain yang mengkhususkan diri dalam teknologi file-sharing. Red Swoosh sukses besar hingga perusahaan itu dijual pada 2007 ke Akamai Technologies dengan harga hampir USD 19 juta.
Kemudian Kalanic aktif menjadi investor untuk mendanai perusahaan rintisan yang menjanjikan. Di tahun 2009, bersama salah satu temannya, Garrett Camp, Kalanick mendirikan Uber dan berkantor pusat di San Francisco.
ADVERTISEMENT
Operasi awal Uber hanya menawarkan tiga mobil untuk disewa, namun perusahaan itu segera berkembang menjadi raksasa, memperluas ke beberapa pasar luar negeri pada tahun 2012. Tiga tahun kemudian Uber beroperasi di 66 negara dan lebih dari 360 kota di seluruh dunia. Saat perusahaan berkembang, Kalanick mengembangkan reputasi secara agresif.
Uber Ditentang Banyak Negara
Sementara Kalanick menggembar-gemborkan efisiensi Uber dan penggunaan inovatifnya atas smartphone, komputasi awan, dan teknologi GPS, perusahaan itu ditentang keras oleh industri taksi yang sudah mapan dan sering kali bertentangan dengan regulator.
Pada tahun 2014 pengemudi taksi di kota-kota besar Eropa, termasuk London, Paris, dan Madrid, mengadakan demonstrasi tingkat tinggi untuk memprotes Uber dan menyerukan pengawasan pemerintah terhadapnya.
ADVERTISEMENT
Di Thailand, Belanda, dan sejumlah negara dan kota lain, Uber menghadapi larangan total atau sebagian, dengan beberapa pengadilan memutuskan bahwa praktik Uber merupakan pelanggaran hukum dan persaingan tidak sehat. Terlepas dari hambatan regulasi, Kalanick tetap berniat ekspansi internasional, khususnya di Asia.
Pada tahun 2013 Uber secara khusus mulai beroperasi di Cina, tetapi di tengah persaingan yang ketat diumumkan pada tahun 2016 bahwa UberChina diakuisisi oleh saingannya Didi Chuxing. Begitu pula yang terjadi di Indonesia hingga akhirnya Uber merger dengan Grab.
Travis Kalanick Didepak Uber
Travis Kalanick (Foto: REUTERS/Shu Zhang)
Di tahun 2017, Travis Kalanick didepak dari perusahaan yang ia dirikan karena berbagai kasus yang menimpa. Ia dinilai tak aktif menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan rawan pelecehan seksual.
ADVERTISEMENT
Lengsernya karier Kalanick di Uber merupakan konsekuensi yang harus ia tanggung, terlebih perusahaan itu sudah dikendalikan oleh Softbank. Meski begitu, ia mendapatkan keuntungan dari saham yang ia miliki di Uber senilai Rp 145,6 triliun
Namun, itu tak menghentikan kariernya, Travis Kalanick diketahui melanjutkan passion-nya di dunia startup dengan bergabung di manajemen bisnis City Storage System, perusahaan yang fokus di bidang properti.
Dilansir Recode, Kalanick bahkan akan menduduki posisi CEO dan membeli seluruh saham dari investor sebelumnya. Salah satu investor dan pendiri City Storage System membenarkan kabar tersebut.
Di samping sederet kontroversi yang menimpanya, Travis Kalanick dinilai sebagai sosok CEO yang cerdas dan andal. Perjuangannya mendirikan Uber dan mengembangkan perusahaan besar itu selama hampir satu dekade tentunya tak bisa dianggap remeh.
ADVERTISEMENT