news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Perjalanan Rudolf Dassler Dirikan Puma, Berawal di Tempat Cuci Baju Ibunya

Konten dari Pengguna
26 April 2021 12:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Profil Orang Sukses tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Neymar Jr mengenakan perlengkapan olahraga dari Puma. (Foto: Instagram/@pumafootball).
zoom-in-whitePerbesar
Neymar Jr mengenakan perlengkapan olahraga dari Puma. (Foto: Instagram/@pumafootball).
ADVERTISEMENT
Mungkin penonton setia olahraga semacam sepak bola sudah tidak asing lagi dengan brand Puma. Merek pakaian olahraga berlogo seekor puma (singa gunung) yang sedang melompat asal Jerman tersebut sudah dipakai oleh berbagai klub besar maupun pemain besar sejak dulu.
ADVERTISEMENT
Layaknya Nike dan Adidas, Puma juga mendominasi dunia sepak bola. Para pemain legendaris dari Pele, Johan Cruyff, hingga Diego Maradona sudah lebih dulu disponsori Puma. Di masa kini, ada Neymar Jr dan Antoine Griezmann yang jadi salah satu bintang Puma.
Uniknya, perusahaan ini memiliki hubungan khusus dengan brand pesaingnya, Adidas. Semuanya berawal dari dua bersaudara Dassler, Rudolf "Rudi" (1898-1974) dan Adolf "Adi" Dassler (1900-1978). Rudi, sang kakaklah yang menjadi pendiri Puma sementara adiknya mendirikan Adidas.
Lahir dari seorang karyawan di pabrik sepatu, baik Rudi dan Adi kecil sudah akrab dengan sepatu. Pasalnya, Jerman yang saat itu dilanda krisis pasca Perang Dunia I memaksa mereka untuk turut membantu pekerjaan ayahnya di pabrik tersebut.
ADVERTISEMENT
Seiring waktu, Rudi yang dikenal memiliki jiwa bisnis yang tinggi memutuskan untuk berhenti bekerja di pabrik tersebut untuk mendirikan bisnis sendiri. Sang adik Adi yang dikenal terampil sebagai pengrajin sepatu akhirnya mengikuti jejak sang kakak.
Mereka berdua pun akhirnya memutuskan untuk membuat perusahaan sepatu mereka sendiri bernama Gebruder Dassler Schuhfabrik (GDS) atau dalam bahasa Inggris "Dassler Brothers Shoe Factory." Mereka menggunakan tempat cuci pakaian milik ibunya untuk dijadikan tempat produksi.
Awalnya, usaha mereka sangat terhambat dengan penjualan yang sedikit. Hingga pada periode 1930-an, usaha mereka akhirnya bisa terdukung berkat kebangkitan Adolf Hitler dan Partainya Nazi pada 1933. Dengan berkoalisi dengan Nazi, bisnis sepatu Rudi dan Adi pun mulai bangkit.
ADVERTISEMENT
Langkah awal mereka yang paling diingat adalah saat mereka menjadi sponsor perlengkapan olahraga pelari legendaris Jesse Owens pada Olimpiade Musim Panas 1936 di Berlin. Saat itu, Owens memenangi 4 medali emas yang mana turut membuat GDS menjadi popular.
Selain hal tersebut, dukungan penuh yang diberikan Nazi terus dimanfaatkan keduanya. Hanya saja, Rudi terkesan lebih 'loyal' pada Nazi dibanding Adi yang lebih banyak memanfaatkan perhatian partai tersebut. Ide memasok produksi sepatu ke klub-klub dengan memanfaatkan gerakan pemuda Hitler untuk memperluas produksi adalah ide dari Adi.
Namun suksesnya GDS terpaksa berakhir saat Perang Dunia II meletus. Nazi yang awalnya partai politik seketika berubah menjadi mesin tempur saat itu. Pabrik GDS saat itupun diizinkan beroperasi namun produksinya dibatasi. Mereka juga harus menjalani wajib militer.
ADVERTISEMENT
Bedanya, Adi hanya sebentar menjalani wajib militer karena dianggap sudah cukup berjasa. Lain halnya dengan Rudi yang kemudian dipanggil ke garis depan di Front Timur pada 1943. Hal ini menjadi awal keretakan hubungan Rudi dan Adi. Pasalnya, kabarnya Adi lah yang jadi penyebab Rudi dibawa ke garis depan peperangan agar terbunuh.
Selanjutnya, Rudi yang sempat beberapa kali kabur dari tugas militernya sempat ditangkap oleh Gestapo (Polisi Rahasia Jerman saat itu) dan dibawa ke kamp konsentrasi Nazi, meski akhirnya berhasil bebas dan dipindahkan ke penjara Tahanan Perang biasa oleh sekutu.
Berbagai teori menganggap hal ini sebagai rencana Adi untuk mengeluarkan kakaknya dari GDS agar Adi menjadi pemimpin tunggal perusahaan yang mereka rintis bersama tersebut. Belum lagi masalah keluarga mereka yang lainnya seperti perseteruan Rudi dengan Kathe Dassler, istri adi yang dianggapnya acap mencampuri urusan bisnis.
ADVERTISEMENT
Puncaknya adalah pada 1948 ketika Rudi dan Adi memutuskan untuk berpisah. Masing-masing mendirikan perusahaannya sendiri, yakni Adi dengan Adidas-nya, dan Rudi dengan Puma. Hingga kini, keduanya menjadi rival dalam produksi perlengkapan olahraga.
Sejak saat itu, Puma aktif menjadi sponsor berbagai atlet dari berbagai bidang olahraga, khususnya sepak bola. Sepatu sepak bola Puma dianggap sebagai yang paling klasik sejak dekade 1950-an. Puma dan Adidas terus bersaing hingga saat ini meskipun Rudi telah meninggal pada 1974, disusul Adi pada 1978.
Meski begitu, persaingan keduanya saat ini lebih sehat dibandingkan saat keduanya masih hidup yang penuh kebencian satu sama lain. Puma akhirnya diteruskan oleh putra Rudi, Armin Dassler dan semakin berkembang hingga seperti saat ini.
ADVERTISEMENT
Puma kini sudah sangat terkenal dengan menjadi sponsor perlengkapan olahraga dari berbagai tim terkenal seperti Ferrari di F1, Manchester City, AC Milan, Borussia Dortmund, serta Timnas Italia dan Uruguay di sepak bola, dan lain-lain. Belum lagi kerja sama dengan para selebriti seperti Rihanna, Jay-Z, dan Selena Gomez.
Kini, Puma membawahi lebih dari 14 ribu pegawai dengan omzet mencapai sekitar USD 6,66 miliar atau setara Rp 96,4 triliun per tahun. Total aset Puma saat ini memiliki valuasi mencapai sekitar USD 5,29 miliar atau setara Rp 76,6 triliun.