Perjalanan Tahir Jadi Orang Terkaya di RI, Berawal Jadi Dropshipper

Konten dari Pengguna
19 April 2021 12:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Profil Orang Sukses tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dato' Sri Tahir/mayapadagroup.com
zoom-in-whitePerbesar
Dato' Sri Tahir/mayapadagroup.com
ADVERTISEMENT
Mungkin sebagian masyarakat mengetahui bank Mayapada. Yah, bank Mayapada merupakan salah satu bagian perusahaan dari Mayapada Group. Mayapada Group merupakan holding company yang tak hanya bergerak dalam bidang perbankan tapi juga pada sektor kesehatan, hotel dan real estate, media, ritel khusus, dan pertambangan serta energi.
ADVERTISEMENT
Mayapada Group merupakan perusahaan yang berawal dari Bank Mayapada serta mitra lokal Duty Free Shopper (DFS) Indonesia, sebuah anak perusahaan multinasional LVMN (Moet Hennesy Loius Vutton) yang bergerak di bidang penyediaan konsumen barang mewah pada akhir era 1980-an.
Pendiri Mayapada Group tak asing lagi yaitu Dato’ Sri Tahir. Seorang pengusaha sekaligus filantropi Indonesia. Bernama asli Ang Tjoen Ming. Siapa sangka Tahir terlahir bukan dari orang kaya. Ia berjuang dalam membangun usahanya dari nol.
Masa kecil Tahir terbilang cukup sederhana. Ia lahir di Surabaya, 26 Maret 1952. Ayahnya dahulu merupakan pembuat becak dan ibunya penjaga toko sederhana. Keluarganya sangat sederhana ia dan keluarganya bahkan tinggal di kontrakan.
Tak hanya itu, semasa kecilnya keluarganya yang sederhana sering mendapatkan perlakuan kurang baik seperti diremehkan atau ditekan orang lain. Pengalama pahit Tahir saat itu membuatnya bertekad untuk menjadi sukses di kemudian hari.
ADVERTISEMENT
Maka dari itu selepas lulus SMA di SMA Kristen Petra Kalianyar, ia bercita-cita sebagai dokter dan memutuskan hijrah ke Taiwan untuk meneruskan pendidikannya. Tapi suatu hari ia ditelepon ibunya untuk kembali karena dikabarkan ayahnya sakit.
Sekembalinya dari Taiwan, ia tak meneruskan pendidikannya dan hijrah ke Singapur ia tinggal di sana dan berdagang. Ia tinggal sendirian di losmen berjuang hingga suatu hari ia mendapatkan beasiswa di Nanyang Technological University.
Sembari kuliah ia juga terus berdagang. Setiap bulannya ia selalu membawa satu sampai dua koper yang diisi berbagai barang dari Singapura untuk dijual lagi di Surabaya. Hasil jualannya inilah diperuntukkan untuk menyambung hidup dan sekolahnya.
Lulus kuliah, ia memutuskan untuk mulai berbisnis di bidang leasing. Tapi sayang bisnisnya saat itu mengalami kebangkrutan. Tahir bahkan bingung membayar utang-utangnya. Kehidupan terus berlanjut ia kemudia menikah dengan salah anak konglomerat di Indonesia yaitu Mochtar Riady pemilik Lippo Group.
ADVERTISEMENT
Walaupun ia menjadi mantu pengusaha konglomerat tapi tentu saja Tahir tidak diberikan keistimewaan khusus dan tidak diijinkan untuk bekerja di Lippo Group. Mertuanya pun memberikan pinjaman dana untuk melunasi utang-utangnya dan Tahir diberika kesempatan untuk mengelola bisnis garmen keluarganya.
Dalam perjalanan bisnisnya tentu saja Tahir seringkali mengalami kegagalan. Hingga suatu saat bisnis bisnis garmennya berkembang di bawah bendera Mayapada Group. Hingga pada tahun 1989, ia mengajukan izin kepada Bank Indonesia untuk mendirikan Bank Mayapada.
Mayapada Group/mayapadagroup.com
Dengan berbagai bantuan bisnis perbankannya mulai resmi berdiri dan bisnis garmennya meredup. Bisnis perbankannya ternayta semakin maju dan berkembang. Bahkan saat Indonesia mengalami krisis, bisnisnya masih terus berjalan.
Bank Mayapada pun semakin maju hingga Mayapada Group mulai mengepakkan ke sektor bisnis lainnya di bawah naungan Mayapada Group seperti bisnis media, properti, kesehatan dan lain sebagainya.
ADVERTISEMENT
Bisnisnya yang mulai maju pesat dan menyasar berbagai lini membuatnya kini menjadi salah satu pengusaha Indonesia yang luar biasa. Ia bahkn menjadi salah satu jajaran orang terkaya di Indonesia nomor 7 yang pada tahun 2019, hartanya mencapau Rp 63 triliun.
Pengalaman kegagalan dan perjuangannya masa lalu membuktikan bahwa segala usaha keras yang dilakukan tak pernah sia-sia. Karena pengalaman hidup masa kecilnya dulu yang kekurangan menjadikannya Tahir tak hanya sebagai pengsuaha tapi juga seorang dermawan yang seringkali memberikan berbagai bantuan kemanusiaan.