Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
Pernah Lebih Miskin dari Pengemis, Kini Aburizal Bakrie Jadi Orang Terkaya RI
25 Juni 2020 11:21 WIB
Tulisan dari Profil Orang Sukses tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Siapa yang tak mengenal Aburizal Bakrie ? Selain dikenal sebagai politikus dalam negeri, pria yang merupakan pembesar Partai Golkar itu diketahui banyak orang sebagai seorang konglomerat Indonesia.
ADVERTISEMENT
Hal yang selama ini ia geluti pun bukan hanya dunia politik. Lewat sebuah korporasi raksasa yang ia gawangi sendiri bernama Bakrie Group, Bakrie punya banyak bisnis di berbagai sektor. Di Indonesia, bisnis-bisnisnya itu menjadi perusahaan besar yang dominan di bidangnya masing-masing. Dari situ, kekayaan Bakrie praktis melimpah ruah.
Pada tahun 2018 saja, nama pria yang kerap disapa Ical itu masuk sebagai orang terkaya ke-12 di Indonesia dengan total kekayaan sebanyak Rp 29,5 triliun. Dengan harta sebanyak itu, Bakrie lantas menjadi politisi terkaya negeri ini.
Namun, di balik kondisi itu, tak banyak orang peduli bahwa Bakrie dulunya pernah mendapati hidup yang serba sulit. Menjadi konglomerat, kekayaannya tak datang semudah membalikkan telapak tangan: ada banyak kisah perjuangan Bakrie yang pantang untuk dilewatkan.
Pada 5 April 2010 lalu, Bakrie berkesempatan diundang sebagai pembicara dalam acara bertajuk “Studium Generale Kewirausahaan” yang diadakan Universitas Islam As-Syafiiyah, Jakarta. Di acara itu, ia membagikan pengalamannya hingga akhirnya sampai di kondisi yang ia dapati sekarang.
ADVERTISEMENT
Adapun salah satu pengalaman pahit yang diceritakan Bakrie saat itu ialah ketika ia menghadapi krisis ekonomi pada tahun 1998. Pada masa itu, perusahaan Kaltim Prima Coal (KCP) milik Bakrie sedang dalam masa terpuruk, dan Bakrie pun jatuh miskin. Di masa-masa itu, ia memiliki beban ekonomi yang tak tanggung-tanggung: Bakrie punya utang sebanyak US$ 1 miliar.
Kondisi itu merupakan masa tersulit yang pernah dihadapi Bakrie sepanjang hidupnya. Dengan utang sebanyak itu, ia menyebut dirinya lebih miskin dari pengemis. Banyak kolega bisnis yang sebelumnya selalu mendukung Bakrie lantas melarikan diri.
Namun, di tengah kondisi itu, Bakrie tetap menjaga semangat juangnya untuk mencari cara buat bangkit. Ia mencoba tegar dan menghadapi segalanya.
ADVERTISEMENT
Maka, berbekal ketegaran itu, Bakrie pun memutar otak. Ia banyak mencari pinjaman sana-sini untuk bisa melanjutkan bisnisnya dan melepaskan saham keluarganya di banyak perusahaan yang dulunya 55% hingga tinggal 2,5%. Tak kurang dari 220 bank di seluruh dunia telah Bakrie datangi untuk membantu mengatasi permasalahannya.
Hingga akhirnya, lambat laun, semua perjuangan yang dilakukannya itu pun terbayar.
Di tahun 2001, Bakrie telah bisa melunasi utang dan banyak perusahaan miliknya mulai berangsur-angsur membaik. Tak hanya itu, ia bahkan dengan sigap melebarkan sayap bisnisnya ke banyak sektor lewat Bakrie Group yang bergerak di bidang pertambangan, migas, properti, infrastruktur, media, hingga telekomunikasi.
Akibat kegigihan juga tangan dinginnya dalam menghadapi masalah, Bakrie berhasil mengantarkan bisnisnya meraksasa dari waktu ke waktu. Tak kurang dari 77 tahun Bakrie Group telah bertahan hingga saat ini. Sekarang, Bakrie pun tak lagi seorang melarat dengan utang menumpuk: ia memanglah betul konglomerat sukses dengan bisnis yang menguasai banyak sektor.
ADVERTISEMENT