Profil Herjunot Ali, Pengusaha yang Pernah Jadi Kurir LPG dan Jual Koran Bekas

Konten dari Pengguna
13 Januari 2021 11:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Profil Orang Sukses tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Herjunot Ali. Foto Instagram @herjunotali.studio
zoom-in-whitePerbesar
Herjunot Ali. Foto Instagram @herjunotali.studio
ADVERTISEMENT
Kehidupan dunia hiburan terkesan penuh dengan kesenangan dan juga keglamoran jika melihatnya dari satu sisi. Namun, jika diulas lebih jauh lagi, banyak selebriti papan atas yang punya masa lalu dipenuhi kegetiran hidup.
ADVERTISEMENT
Salah satu selebriti itu ialah Herjunot Ali, pria yang akrab disapa Junot itu kerap membintangi sinetron dan film layar lebar di Tanah Air. Saat umurnya 18 tahun, ia berpikir pekerjaan yang paling cepat untuk menghasilkan uang adalah di bidang entertainment. Dari hal ini, ia mulai mengikuti ajang MTV VJ Hunt di tahun 2004. Walaupun bukan pemenangnya, namanya berhasil mendongkrak ke dunia hiburan.
Setelah mengikuti ajang tersebut, pria berumur 35 tahun itu mulai berkarier sebagai presenter di layar kaca. Ia menjadi pembawa acara di Indonesian Idol Extra Season 4. Tak merasa cukup, Junot mulai mengasah kemampuan aktingnya dan membintangi sinetron “Di Sini Ada Setan”.
Karena kelihaian aktingnya, Junot masuk ke film layar lebar untuk pertama kalinya yang berjudul “Lovely Luna”. Namanya terus melejit untuk membintangi sederet film, seperti “Realita, Cinta, dan Rock n Roll”, “5 Cm”, “Tenggelamnya Kapal Van der Wijck”, dan masih banyak lagi.
ADVERTISEMENT
Di balik ketenaran Junot saat ini, siapa yang sangka, kehidupan masa kecilnya tidak seindah orang-orang lihat di layar kaca. Ia pernah berada dalam fase hidup yang sulit, Junot menyatakan hal ini melalui kanal Youtube Daniel Mananta Network.
Kehidupan Masa Kecil Junot
Herjunot Ali menceritakan kisah kecilnya kepada Daniel Mananta. Foto: Youtube/Daniel Mananta Network
Semasa kecilnya, pria kelahiran Oktober 1985 itu harus menjajal beberapa pekerjaan karena dirinya tidak memiliki uang. Bahkan, ia pernah direndahkan oleh lingkungannya dan masih teringat momen tersebut hingga saat ini.
Junot harus berjualan koran bekas dan menjadi pengantar gas elpiji untuk mendapatkan uang. Ia mengaku, dari jualan koran bekas itu diberikan upah yang tidak seberapa. Junot mengumpulkan koran bekas bertumpuk-tumpuk, tapi hanya diupahi sebesar Rp 200 perak.
“Koran bekas itu dikiloin, ada 5 kilo. Sekilo-kilo gitu gue gendong, gue geret. Itu cuma dapet sekitar Rp 200 perak. Rp 200 perak tuh zaman dulu mungkin kayak Rp 4.000 kali, ya,” ujar Junot bernostalgia.
ADVERTISEMENT
“Terus, udah kayak gitu, gue nganter gas elpiji segala macam,” lanjut Junot.
Momen pahitnya juga dirasakan saat SMP. Lingkungan sekolahnya memandang dirinya rendah karena Junot tidak memiliki fasilitas yang mumpuni.
Saat itu, Junot tidak punya kendaraan untuk diantar-jemput ke sekolah sehingga ia numpang ke mobil mewah sahabatnya untuk pulang. Bisa dibilang, teman dekat Junot adalah orang-orang yang berada, sementara dirinya tidak demikian.
“Gue masuk ke mobilnya, ditepok tanganin gue (sama anak-anak tongkrongan), Junot naik mobil mewah. Cengar-cengir gue. Nyampe di rumah gue nangis, kayak rendah banget ya,” kenang Junot.
Merambah ke Dunia Bisnis
Walaupun punya kehidupan kelam di masa kecilnya, pemeran Zafran di film “5 Cm” itu berhasil mengubah nasibnya melalui kegigihannya dan membuktikan kepada orang-orang yang dulu meremehkannya.
ADVERTISEMENT
Pengalamannya sebagai aktor di Tanah Air, membawa dirinya menjadi Specialist Film Investment di Jagartha Advisors. Tak hanya itu, Junot juga mulai merambah ke bisnis kuliner.
Ia bersama rekannya mengembangkan start up dan platform kuliner bernama Codafood pada 2019. Platform tersebut punya tujuan utama untuk mempopulerkan makanan Indonesia ke kancah internasional.
Sebagai komisaris di Codafood, start up yang dijalankan Junot ini selaras dengan campaign yang dimilikinya, yaitu Berbagi Kultur (BRBGKLTR), dengan adanya ini, membuka kesempatan para pelaku kuliner khas Nusantara untuk mengenalkan kebudayaan Indonesia melalui makanan.