Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.1
Konten dari Pengguna
Profil Orang Sukses: Sudono Salim, Konglomerat yang Pernah Menjadi Gembel
1 Maret 2020 15:33 WIB
Tulisan dari Profil Orang Sukses tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Kesuksesannya menjadi konglomerat tidak semata-mata didapat dengan cara mudah atau secara turun temurun. Liem datang dari keluarga petani miskin di Fujian, Tiongkok. di usianya yang ke 15, hak pendidikannya kandas akibat dihantam oleh kerasnya kemiskinan. Hal ini membuatnya harus memikul tanggung jawab untuk kehidupan keluarga dengan cara berjualan mie bersama ayahnya.
Akibat tak hentinya perang antara Tiongkok dengan Jepang, serta harapan untuk mendapatkan harta orang-orang Belanda di Asia Tenggara, Liem merantau dari kampung halamannya menuju Indonesia dengan menggunakan kapal Belanda. Ia berharap bisa menyusul kakak pertamanya, Liem Sioe Hie yang sudah lebih dulu merantau dan memiliki pekerjaan di kota Kudus, Jawa Tengah.
Langkah pertama Liem di Indonesia ternyata tidak berjalan dengan mulus. Ia tidak mendarat di Kudus, melainkan tiba di Surabaya. Tidak memiliki siapapun di Surabaya mengharuskan Liem menjadi gembel selama 4 hari hingga kakaknya tiba untuk menjemputnya.
ADVERTISEMENT
Pandai mencari peluang
Pria kelahiran tahun 1916 ini mengawali karir sebagai karyawan di sebuah pabrik kerupuk. Tapi, Liem tidak hanya berkutat pada pekerjaan utamanya saja. Sebagai kota penghasil cengkeh, Liem melihat terdapat peluang bisnis yang bisa ia ambil di Kudus.
Ia berhasil menjadi pengusaha cengkeh dan tembakau yang ia dapat dari Sumatera, Sulawesi dan Maluku yang ia selundupkan. di usia 25 tahun, ia berhasil menjadi salah satu bandar cengkeh terbesar di kota Kudus.
Usahanya di bidang cengkeh dan tembakau ini tak lepas dari mertuanya. Liem menikah dengan seorang perempuan bernama Lie Kim Nio atau Lilani. Ayah Llilani sendiri adalah Saudagar yang memiliki reputasi di Kudus.
Kedatangan Jepang ke Indonesia pada tahun 1942 memberikan dampak buruk baginya, sebagaimana yang ia alami di kampung halamannya. Bisnisnya harus terhenti akibat hal tersebut. Meskipun begitu, ia masih dapat menemukan peluang untuk menyambung hidupnya kembali.
ADVERTISEMENT
Tahun 1945, Liem menjadi penyedia logistik, senjata dan obat-obatan bagi tantara yang ada di medan perang untuk menghadapi Belanda. Bisnis ini juga yang membawanya ke Jakarta dan mulai membangun bisnis logistik bagi tentara angkatan darat.
Dekade berikutnya juga adalah tahun-tahun yang baik bagi Liem. Bisnisnya semakin besar dengan upayanya untuk merintis jasa pemberian kredit bersama rekannya, Mochtar Riady dengan nama Central Bank Asia. Nama ini pun kemudian berubah menjadi Bank Central Asia atau yang dikenal dengan akronim BCA pada tahun 1960, dan pada Tahun 1970 an, bank ini menjadi bank swasta kedua yang memiliki aset besar.
Liem dan Tumbangnya Orde Baru
Era orde baru adalah era di mana Liem berhasil memiliki banyak perusahaan. Tahun 1968 ia membangun PT. Bogasari Flour Mill bersama Sudwikatmono, Ibrahim Risjad dan Djuhar Sutanto melalui CV Waringin Kentjana. Tahun 1975 kelompok ini juga berhasil memiliki pabrik semen terbesar Indonesia saat itu dengan nama PT Indocement Tunggal Perkasa.
ADVERTISEMENT
Kesuksesannya dalam berbisnis menjadikannya salah satu orang terkaya saat itu, bahkan ia disebut sebagai salah satu orang dari 100 daftar orang terkaya di dunia. Tapi, Besarnya bisnis Liem ini harus tumbang, bersamaan dengan krisis moneter dan juga rezim Soeharto. Tempat tinggalnya mengalami penjarahan, dan ia terpaksa kabur ke singapura. Ia juga harus membayar hutang sebesar Rp 52,7 triliun melalui penyerahan 108 perusahaanya.
Liem menghembuskan nafas terakhirnya di Singapura pada 10 Juni 2012. Semua yang ia torehkan dilanjutkan oleh anaknya Anthony Salim. Keluarga Liem tercatat sebagai salah satu keluarga terkaya di Indonesia. hartanya ditaksir mencapai 74, 8 triliun. Semua itu berawal dari seorang anak yang lahir dari keluarga petani miskin.
ADVERTISEMENT