Sara Blakely, Miliarder Termuda yang Raup Rp 14,7 T dari Jualan Pakaian Dalam

Konten dari Pengguna
13 Oktober 2020 12:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Profil Orang Sukses tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sara Blakely (Foto: Earl Kibby/CNBC)
zoom-in-whitePerbesar
Sara Blakely (Foto: Earl Kibby/CNBC)
ADVERTISEMENT
Kisah sukses Sara Blakely membangun brand pakaian dalam mungkin terdengar mustahil. Pasalnya, ia bertubi-tubi dihadapkan pada kegagalan dan kerap diremehkan selama hidupnya.
ADVERTISEMENT
Namun, seperti yang dikatakannya, diremehkan memang menjadi kelemahannya. Tapi di sisi lain, itu justru jadi kekuatan bagi Sara. Ia kini menjadi salah satu pengusaha perempuan yang dijadikan panutan banyak orang.
Semua berawal dari kegagalannya menjadi standup komedian. Setelah lulus dari jurusan komunikasi hukum Florida State University, dia ingin mencoba peruntungan menjadi pengacara seperti ayahnya. Namun, ia gagal dalam tes LSAT, sebuah tes untuk masuk di sekolah hukum, sebanyak dua kali.
Sempat putus asa karena tak mendapat pekerjaan, Sara akhirnya mendaftar ke Disney World untuk menjadi Goofy. Namun, lagi-lagi ia ditolak karena ia terlalu pendek untuk mengenakan kostum. Mereka malah menyuruh Sara menjadi Chipmunk.
Tak lama setelah itu, Sara bosan bekerja di Disney World dan kembali ke rumah untuk tinggal bersama ibunya. Namun, hidup tanpa pekerjaan seperti menggangu ketenangan Sara. Lalu, ia mendapat pekerjaan di sebuah perusahaan lokal yang menjual mesin faks dari pintu ke pintu.
ADVERTISEMENT
Bekerja sebagai sales tidak serta merta membuat Sara nyaman. Pada hari pertama perekrutan saja, ia tidak diberi tahu ke mana harus menjual barang tersebut. Selain itu, ia juga kerap mendapat perlakuan yang tidak mengenakkan dari konsumen.
Banyak konsumen yang membanting pintu di depan Sara. Ia juga sering melihat kartu namanya dirobek setidaknya sekali dalam seminggu. Bahkan, ia pernah digotong keluar oleh polisi dari gedung tempat tinggal konsumen.
Karena tak punya pilihan, Sara terpaksa bertahan dengan pekerjaan tersebut yang membuatnya bekerja dari jam 8 pagi hingga 5 sore selama 7 tahun lamanya. Selama itulah, Sara menggunakan waktu luangnya untuk berpikir sejenak tentang apa yang ingin dia lakukan dalam hidupnya.
Suatu hari, Sara berinisiatif untuk memotong pada bagian kaki dari stoking pantyhose miliknya untuk mempercantik celana pendek putih yang dipakainya saat itu.
ADVERTISEMENT
Seperti yang bisa dibayangkan, momen itulah yang menjadi awal mula munculnya ide untuk membuat pakaian dalam yang tipis, nyaman, dan transparan.
Sara kemudian berani menggunakan tabungan pribadinya sebesar 5.000 dolar AS atau sekitar Rp 73 juta dari berjualan mesin fax untuk memulai bisnis barunya membuat pakaian dalam pada 1998. Namun, Sara lagi-lagi dihadapkan pada kesulitan.
Ia menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk mencari pabrik di North Carolina yang mau memproduksi barangnya tersebut.
Bahkan, ia harus merasakan ulang pengalaman pahitnya saat pabrik-pabrik yang ia datangi membanting pintu di depan Sara. Namun, cerita itu adalah bagian dari satu dari sekian kegagalan yang dialaminya. Sisanya tentu sejarah bagi Sara.
Setelah mendapat pabrik yang setuju untuk memproduksi barangnya, tak butuh waktu lama, untuk membuat penjualan produk Spanx tumbuh pesat karena inovasi Sara yang memukau.
ADVERTISEMENT
Dalam setahun, Spanx mampu meraup keuntungan senilai Rp 59 miliar. Lalu, pada tahun 2000, Oprah menyebut Spanx sebagai produk favoritnya tahun itu.
Hal tersebut membuat lonjakan hingga hamper tiga kali lipat pada pendapatan Spanx yang menyentuh 10 juta dolar AS atau setara dengan Rp 147 miliar.
Pada 2012, Sara dinobatkan sebagai miliarder perempuan termuda yang dihasilkan sendiri menurut Forbes. Pada 2019, kekayaan Sara diperkirakan mencapai Rp 14,7 triliun menurut Forbes.