Konten dari Pengguna

Bagaimana Selera Film Porno Orang Indonesia Tahun 2016?

10 Januari 2017 18:58 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:19 WIB
comment
20
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Eddward S Kennedy tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sex (Foto: Pixabay)
Di atas sofa putih di dalam ruang tamu berdinding kayu itu, kedua sejoli tersebut tengah khusyuk berasyik masyuk.
ADVERTISEMENT
Mereka saling memagut bibir diiringi dengan tangan masing-masing yang bergentayangan satu sama lain. Desahannya terdengar intens, menggebu dengan rima yang selang-seling: "Ah... Oh... Ah...Oh..."
Tak lama, si perempuan, dengan payudara yang telah menyembul keluar dari balik bra-nya, berlutut. Si pria, aha, (pura-pura) terkejut. Dalam keterkejutan tadi, si pria tersebut segera membuka resletingnya.
Lihatlah, penis dengan ukuran kurang lebih dua jengkal jari itu muncul dengan sempurna ke peraduan.
Si perempuan tampak kegirangan. Seperti labrador yang kehausan, ia mengkulum habis penis tersebut sampai ke biji-bijinya.
Dan adegan selanjutnya, Anda tahu, hanyalah kebosanan belaka.
Sex (Foto: Pixabay)
Tenang dulu, ini bukan kursus singkat menulis cerbok--cerita bokep--berseri ala Enny Arrow. Deskripsi di atas adalah suatu kelaziman dalam tiap pembukaan film porno.
ADVERTISEMENT
Pornografi, apapun medianya, memang hanya menawarkan itu-itu saja. Maka dari itu, sebuah film porno yang baik mestinya memang menyajikan sesuatu agar berpotensi jadi candu.
Sejak Eugène Pirou and Albert Kirchner membuat Le Coucher de la Mariee sekitar abad 19--film erotis berdurasi 7 menit yang berkisah mengenai seorang penari telanjang-- beragam inovasi untuk memperbaiki kualitas film porno selalu dilakukan, bahkan hingga sekarang.
Jika Anda seorang pengamat film porno, maka tak usah heran ketika menemui segudang aksi pornografi yang bahkan cenderung ekstrem.
Penetrasi yang akrobatik, atletisisme yang imajinatif, birahi yang tak kenal lelah, termasuk parodi yang kocak, ada begitu banyak genre film yang bisa menjadi rujukan birahi pemirsa.
Termasuk pemirsa dari, ehem, Indonesia.
ADVERTISEMENT
Awal tahun ini, Pornhub, salah satu situsweb bokep terkemuka di dunia, merilis berbagai data internal mengenai besaran pengunjung, ragam kategori yang diminati, jumlah video yang dikonsumsi, dsb, dsb.
Nah, berikut sebagian rilisan datanya:
Persebaran kategori film porno versi Pornhub (Foto: Pornhub.com)
Bisa kita lihat dari data di atas, 'lesbian' menjadi kategori paling diminati di Amerika, sementara kategori 'anal' jamak dicari oleh pengunjung dari Rusia, Prancis, dan Spanyol.
Di Afrika dan sebagian Timur Tengah, kategori paling diminati adalah 'ebony' dan 'Arab'. Keunikan terjadi di Somalia karena mereka dominan menyukai kategori 'BBW' (Big, Beautiful Women). Di jazirah Asia Timur dan Tenggara, 'Hentai' menjadi kategori yang diburu. Kategori lain tersebar di berbagai daerah.
Lalu bagaimana dengan Indonesia?
ADVERTISEMENT
Bung dan Nona bisa simak sendiri, kategori 'school' rupanya menjadi incaran yang paling dicari para pemburu film biru. Diikuti dengan kategori 'Hentai' dan 'Arab'.
Uhuk.
Data pengunjung perempuan (Foto: Pornhub)
Gambar di atas, sebagaimana judulnya, merupakan data pengunjung perempuan dari seluruh negara. Secara mengejutkan, Mongolia menjadi penyumbang terbanyak dengan rerata lebih 50%.
Di Indonesia, rupanya para perempuan tak memiliki minat untuk berkunjung ke Pornhub. Hal ini, menurut saya, merupakan indikasi yang positif. Mengapa demikian? Kita bisa beradu argumen soal ini. Tentu jika Anda tertarik.
Lalu berapa total pengunjung, jumlah video, ds.b, dsb., yang didapat Pornhub sepanjang 2016? Data mencengangkan di bawah dapat menjelaskannya.
Data Pornhub (Foto: Pornhub.com)
Silakan telusuri sendiri rilisan data Pornhub yang telah dijelaskanoleh laman Inverse di sini. Kalau mau versi lengkapnya, ya mampir aja ke Pornhub. Hhhhhh...
ADVERTISEMENT
Ya, pornografi memang selalu candu. Sebagaimana Pemerintah kita, Anda bisa saja mengelak dari dirinya. Tetapi pornografi, seperti bayangan, selalu bersemayam.