Konten dari Pengguna

Ihwal Batik Sundhul Langit

Pliplo Supriyadi
Freelancer
12 Mei 2024 14:51 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pliplo Supriyadi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi motif batik. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi motif batik. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Setiap orang adalah penanda dan penggubah sejarah. Di mana pun orang itu tinggal. Di gunung, laut, atau bahkan di atas tanah gersang dan tandus sekalipun.
ADVERTISEMENT
Kali ini saya melihat seorang bernama Ali Subkhan. Sebagai pengguna tiktok, saya melihat Ali Subkhan tak memakai namanya di akun itu,-selama live atau di video tiktoknya. Ia menggunakan nama Batik Sundhul Langit.
Ali Subkhan yang tak lama saya kenali di media sosial TikTok itu. Kemudian kami saling bertatap muka. Tempatnya di Pedukuhan Segajih Kalurahan Hargotirto Kapanewon Kokap Kabupaten Kulon Progo Daerah Istimewa Jogyakarta.
Di Pegunungan Menoreh itulah Subkhan tinggal. Bersama dua orang anaknya, -putra putri, dan istri. Perjumpaan yang hangat. Pelayanan yang tak pernah saya jumpai dan tak boleh saya lupakan. Semua tersaji dalam hidangan; khas dan penuh cerita.
Sesuatu yang belum pernah saya kecap di mulut pun, terhidang. Nasi tiplek, bothok sarang tawon dan jamblong. Penganan khas di pedukuhan itu.
ADVERTISEMENT
Ayam ingkung, bahkan. Menurut saya kudapannya pas. Telah membawa suasana rancak. Meski daging ayam ingkung sempat menyelip pada gigi lubang saya.
Ternyata saya tak keliru menilai dia. Kalau dia benar-benar seorang penggubah sejarah. Sebagaimana dilakukan penggubah sejarah di sana. Kala membangun sesuatu struktur. Pastinya dari bahan yang gampang melayang.
Bahan itu hanyalah kain.
Kenapa saya tak memilih kertas atau kapas? Yang sebenarnya dua benda itu juga mudah melayang ketika diterpa angin.
Saya menyebutkan kain. Sebab pada saat itu Ali Subkhan sedang bergelut dengan kain. Selembar kain, tepatnya. Berwarna putih (mori). Berukuran panjang 200 cm x 115 cm. Dan kain itu berjenis katun primisima.
Kain itu ia gelar di atas gawangan. Kemudian ia tarik agar persisi di antara sudut. Dan memudahkan dia untuk membatik.
ADVERTISEMENT
Entah berapa menit ia berkata-kata. Sebelum mendesain di atas kain itu. Sebagaimana dimulainya tahapan awal membatik. Saya tak menangkap betul kalimat yang dia ucap. Hanya kata “kontemporer” yang mampir di telinga saya.
Saya melihat kuas; yang jelas-jelas menunjukkan kekuatan ekspresi seni, sebagai karya handmade dari tangan kreatif.
Juga saya melihat canting; yang dengan pasti menunjukkan kekuatan khas, sebagai kreatif handmade bukan printing.
Dan saya melihat cap/stempel; juga menunjukkan kekuatan kombinasi, bahwa kreatif handmade sebuah keunggulan.
Dari mematai itu saya beranikan diri menyebut, Ali Subkhan adalah pencetus batik kontemporer, yang kemudian ia sematkan nama Batik Sundhul Langit.
Ali Subkhan telah meretas jalan dalam berkarya di seni. Ia abaikan definisi-definisi yang melekat dalam berkesenian. Kemauannya bebas dalam berkarya adalah suatu pilihan.
ADVERTISEMENT
Kain putih yang ia gelar di atas gawangan itu. Bukti pijakan, bahwa kain itu mengandung dan mengundang perubahan di Segajih; pedukuhan yang dikenal dengan desa wisatanya. Dalam warsa sedang terus berdandan
Perubahan yang bisa jadi tak boleh dilupakan, -sebagai dimulainya kembali penanda ingatan sejarah di antara sejarah-sejarah yang pernah ada di perbukitan Menoreh.
Pada kain putih pula, sebagai penstabilan ingatan. Sebab bila kertas atau kapas akan mudah melayang dan hilang saat angin bertiup. Bersama ingatan yang tak pernah solid. Bisa jadi seketika pula, ide besar (Batik Sundhul Langit) yang tertoreh di atas bayang-bayang bukit Menoreh akan terlupakan. ***