Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Dinamika Transisi Pendidikan dari Online menjadi Offline
10 November 2021 10:03 WIB
Diperbarui 17 November 2021 17:37 WIB
Tulisan dari Media Informasi PPI Australia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pandemi COVID-19 telah merubah banyak sektor kehidupan. Salah satu dampaknya adalah berkurangnya mobilitas dan dibatasinya pertemuan tatap muka. Hal ini juga berimbas ke dunia pendidikan dengan peralihan dari sistem pertemuan langsung di kelas menjadi sistem daring.
ADVERTISEMENT
Membahas fenomena ini, PPI Australia bekerjasama dengan UIGM Palembang menyelenggarakan Talkshow dengan tema “Dinamika Transisi Pendidikan dari Online menjadi Offline” pada Sabtu, 30/10/2021 pagi. Acara dihadiri oleh peserta dengan beragam latar belakang termasuk orang tua, pelajar dan mahasiswa.
Acara dibuka dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dilanjutkan dengan Sambutan oleh Director Strategic Studies Hafidz Sjahputra dan President of PPI Australia 2021/22 Ibnurrais Yani dilanjutkan dengan pemaparan dari keynote speaker Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Dr. Ir. Gunawan Budianto.
Rektor UMY menyampaikan pada masa pembelajaran online, teknis pembelajaran menjadi kurang efektif karena kebanyakan dosen/guru hanya memberikan tugas melalui WhatsApps.
Sementara, sistem pembelajaran yang baik adalah sistem pembelajaran berbentuk watak, bukan hanya transfer knowledge namun active learning yang lebih susah didapatkan ketika sistem pembelajaran online, terlebih lagi adanya culture shock menuju online learning.
ADVERTISEMENT
Selain itu, online learning membentuk penghalang bagi para pengajar maupun para pembelajar pada sisis emosi, lingkungan belajar dan juga motivasi.
Sementara itu narasumber kedua Riszkaya Nadia R.P.D menyampaikan dari sudut pandang orang tua. Putri Ibu Riszkya merasa sangat senang secara emosional. Pada saat sekolah online, anak di rumah lebih banyak bersama orang tua, belum merasa di post-pandemic, tapi masa transisi.
Selanjutnya narasumber Satriawan Salim menyampaikan sistem pembelajaran pada masa online didasari oleh kepanikan dan desakan, bukan didasari secara objektif.
Hal ini bisa disebabkan oleh grand design yang tidak memadai oleh pemerintah yang menyebabkan guru, orang tua, maupun sekolah merasa panik dan gagap karena tidak memiliki “standar” yang jelas untuk bagaimana sistem pembelajaran yang efektif.
ADVERTISEMENT
Prof. Dra. Myrtati Dyah Artaria MA., Ph.D. sebagai narasumber ke-3 memaparkan pendidikan daring atau offline yang pada dasarnya belum efektif dan menimbulkan beberapa permasalahan. Banyak pro dan kontra pada sistem pembelajaran daring, offline dan juga hybrid, dimulai dari minimnya mengaplikasikan protokol kesehatan dalam lingkup kampus, tidak mudah mengawasi wajib masker, penyiapan hand-sanitizer dimana-mana maupun pengawasan app peduli lindungi. Adapun dari sisi akademik, adanya kecurigaan pihak kampus terhadap para mahasiswa terutama ketika ujian online.
Lebih lanjut Myrtati menyampaikana, terdapat dua yang di eksplorasi. Pertama dari perspektif orang tua, banyak orang tua memilih untuk anaknya menjalani sekolah offline daripada di rumah, sedangkan ada juga yang lebih memilih untuk tinggal di rumah dengan kekhawatiran terhadap virus corona.
ADVERTISEMENT
Perspektif kedua yaitu dari pelajar, pembelajaran online menyulitkan mereka karena kurangnya motivasi, dan juga ada hambatan-hambatan lain seperti tidak memadainya jaringan internet. Adapun dari sisi lain, mahasiswa merasa penat dan ingin berinteraksi dengan teman sebaya mereka.
Pandangan lainnya dari Psikolog Fransisca, S. Psi, M. Psi. Menurut perspektif Psikolog, situasi transisi dari online menjadi offline membuat munculnya beberapa perubahan yang terjadi pada kondisi anak seperti fisik, sosial, dan emosional. Dari segi fisik anak, seperti dengan adanya perubahan rutinitas anak susahnya untuk beradaptasi.
Pada kondisi sosial, adanya transisi sosial yang harus dilewati anak, seperti berkenalan dengan anak lain yang belum pernah dia lakukan, atau sudah lupa bagaimana caranya berkenalan dengan anak lain.
ADVERTISEMENT
Dari segi emosional, tentu saja motivasi anak akan menurun pada saat belajar dikarenakan perbedaan situasi dan kondisi. Selain itu transisi dari online dari offline dan sebaliknya, anak-anak sudah nyaman dalam sistem offline, berpengaruh dalam kondisi psikologis mereka.
Maka dari itu, diberikannya saran dan rekomendasi untuk anak sebelum kembali ke sekolah seperti dengan diadakannya, diskusi keluarga, peran orang tua yang besar dan juga peran sekolah.
Dari perspektif kesehatan, Dr. Velma Herwanto, Sp.PD memaparkan adanya pihak yang pro terhadap pembelajaran tatap muka adalah karena vaccination rate di Indonesia saat ini sudah terbilang tinggi dan sudah tersedianya vaksin booster untuk mencegah kasus melonjak dan untuk melindungi diri. Ada pula kekebalan tubuh masyarakat sudah meningkat karena sudah melewati 2 peak point pada masa pandemi.
ADVERTISEMENT
Dari segi kesehatan keluarga, kondisi psikologis orang tua mengalami penurunan karena ada pola perubahan mengawasi anak, ini menyebabkan asam lambung, peningkatan berat badan, karena work from home juga tidak sepenuhnya aman namun justru meningkatkan penyakit dari dalam tubuh.
Adapun, kontra dari segi kesehatan untuk transisi dari offline ke online adalah anak-anak yang berada di kelompok usia tertentu belum ada kebijakan vaksin, dan ditakutkan mereka bisa menjadi penular.
Berbicara tentang anak kecil, tidak semua bisa melakukan protokol kesehatan dengan baik, ada juga kondisi kerumunan yang tidak bisa dihindari di lingkup sekolah. Juga, adanya varian virus yang semakin pandai yang bisa membentuk varian baru.
Untuk saat ini, kebijakan yang ada sudah bagus, cuma harus disesuaikan dengan tinggi-kecilnya kasus di sebuah daerah. Dari sisi pemerintah, sepertinya vaksinasi harus diperluas dan harus mempercepat pelaksanaaan vaksinasi.
ADVERTISEMENT
Sebagai kesimpulan dari webinar tersebut, diperlukan evaluasi tentang formasi pembelajaran yang sesuai, melihat tidak semua daerah dan sekolah punya infrastruktur yang memadai juga terbatasnya sumber daya manusia dan tingkat kesiapan yang berbeda.
Untuk hidup bermasyarakat, sudah tugas semua pihak untuk bisa menyelesaikan masalah ini, dan juga untuk mendukung pendidikan generasi muda Indonesia. PPIA berharap dari webinar bisa menginspirasi pihak-pihak terkait untuk bisa menyiapkan dan juga melahirkan sesuatu solusi pendidikan yang lebih baik kedepannya.
***
Kontributor Berita
Notulis : Dania dan Sheila
Reporter : Ahmad Amiruddin
Berita diproduksi oleh Dept. PR & Alumni Network bekerja sama dengan Dept. Startegic Studies PPI Australia 2021/2022