Mengubah Esai menjadi Artikel Jurnal Akademik dan Artikel Ilmiah Populer

Media Informasi PPI Australia
Media Informasi PPI Australia
Konten dari Pengguna
15 November 2021 17:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Media Informasi PPI Australia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Mengubah Esai menjadi Artikel Jurnal Akademik dan Artikel Ilmiah Populer
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Menulis esai adalah hal yang rutin dilakukan mahasiswa, khususnya jika mata kuliah yang diambil mensyaratkan penulisan esai yang membutuhkan penelitian yang mendalam. Tidak jarang esai yang telah ditulis dengan baik hanya dibaca oleh dosen mata kuliah atau teman sejawat, meskipun esai tersebut memiliki potensi untuk dinikmati oleh lebih banyak orang.
ADVERTISEMENT
Tidak banyak orang yang tahu bahwa kita memiliki kesempatan mempublikasikan esai kita sebagai tulisan sains populer atau artikel penelitian di suatu jurnal. Oleh karena itu, Departemen Academic Support and Advocacy PPI Australia, pada Minggu, 7 November 2021 lalu menggelar acara sharing session bertajuk “Turning your Research Essays into Academic Journals and Popular Science Articles”.
Acara ini bertujuan untuk berbagi pengalaman sekaligus mengenalkan mahasiswa Indonesia, khususnya yang sedang menempuh studi di Australia, akan potensi mentransformasi esai yang dimiliki menjadi tulisan sains populer atau artikel di jurnal ternama yang bisa dibaca dan memberi manfaat bagi lebih banyak orang.
Mukhamad Najib, Atase Pendidikan dan Kebudayaan Kedubes Australia memberikan sambutan serta motivasi akan pentingnya menulis.
Dalam sambutannya, Atase Pendidikan dan Kebudayaan Kedubes Australia, Mukhamad Najib, mengatakan bahwa mahasiswa merupakan bagian yang melekat dari aktivitas intelektual termasuk aktivitas menulis. Menurut beliau, menulis dapat mengabadikan pikiran, mempengaruhi banyak orang, menjadi lebih ahli di bidang yang ditulis bahkan dapat menjadi sumber penghasilan.
ADVERTISEMENT
Presiden PPI Australia, Ibnurrais Yani, dalam sambutannya juga mengatakan hal serupa. Beliau juga berharap acara sharing session yang diadakan dapat bermanfaat serta dapat diimplementasikan.
Yogi Saputra Mahmud, memaparkan materi terkait bagaimana mentransformasi tugas-tugas kuliah menjadi artikel di jurnal ilmiah
Narasumber pertama, Yogi Saputra Mahmud, menjelaskan alasan mengapa kita perlu mengubah tugas kuliah kita menjadi artikel jurnal. Alasan tersebut antara lain untuk penyebaran pengetahuan, meningkatkan jejak akademik dan penelitian, serta pengembangan keterampilan dan kualitas professional.
Yogi, dalam paparannya menjelaskan perbandingan aspek antara tugas kuliah berbasis esai dan manuskrip jurnal, bagaimana langkah untuk mengubah tugas menjadi artikel jurnal serta bagaimana tindak lanjutnya setelah artikel jurnal diterbitkan.
Menurut Yogi, tugas kuliah berbasis esai maupun tesis master memungkinkan untuk diubah menjadi artikel jurnal dengan berbagai modifikasi baik modifikasi minor maupun mayor.
ADVERTISEMENT
Tugas kuliah berbasis esai, membutuhkan modifikasi pada tinjauan literatur serta metodologi. Sedangkan untuk tesis sebenarnya hanya perlu modifikasi minor pada strukturnya agar sesuai dengan persyaratan jurnal dan memungkinkan untuk diubah menjadi beberapa manuskrip.
Tip dan trik serta langkah-langkah yang jelas dalam mengubah tugas kuliah menjadi artikel jurnal dibagikan oleh Yogi dalam sesi kali ini. Dalam penutupnya, Yogi mengutip quote dari Richard David Bach yang menyatakan bahwa “A professional writer is an amateur who didn’t quit”.
David Firnando Silalahi, memaparkan materi terkait penulisan artikel ilmiah populer.
Panelis kedua, David Firnando Silalahi, menjelaskan langkah-langkah konkrit untuk mengubah tugas kuliah maupun hasil penelitian menjadi artikel ilmiah populer. David menerangkan perlunya membagikan penelitian kepada publik yaitu untuk membuat sains semakin relevan, mempersempit jurang pengetahuan, memperkuat jejaring serta membuka peluang kolaborasi.
ADVERTISEMENT
Pengalaman David menulis dalam berbagai media populer termasuk The Conversation, sebuah platform bagi peneliti untuk memperluas jangkauan risetnya, dibagikan dalam acara ini beserta dengan tips dan trik penulisannya.
Ia memaparkan 3 langkah mudah untuk memulai komunikasi sains: 1) Menentukan dan memahami target audience, 2) Menentukan tujuan komunikasi, dan 3) Titik berat pada relevansi dan manfaat. Ia pun juga menjelaskan tiga jenis tulisan yang diterima oleh The Conversation.
Tulisan-tulisan yang diterima oleh The Conversation merupakan penelitian yang baru yang umumnya berhubungan dengan publikasi jurnal, mengandung analisis yang cepat terhadap isu hangat di media, serta menceritakan sesuatu yang menarik, atau menjawab pertanyaan yang menarik.
Menurut David, menulis bukanlah sebuah bakat melainkan keterampilan yang harus terus menerus diasah. Hal itu pun juga disampaikan oleh Director of Academic Support and Advocacy PPIA 2021/2022, Nisrina Ikbar W, dalam penutupan acara, bahwa tidak ada yang tiba-tiba menjadi pintar atau profesional, yang harus dilakukan adalah terus berlatih, jangan menyerah, dan belajar dengan mempraktekkannya secara langsung.
Sesi foto bersama dengan para narasumber.
***
ADVERTISEMENT
Kontributor berita
Reportase: Nurina Mayasari dan Nisrina Ikbar W.
Editor : Ahmad Amiruddin
Informasi ini diproduksi oleh Department of Academic Support and Advocacy bekerjasama dengan Departemen PR & Alumni Network PPI Australia 2021/2022