Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Menulis Santai di Berbagai Media
15 September 2021 10:42 WIB
Tulisan dari Media Informasi PPI Australia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pada hari Sabtu (11/09/2021) siang, PPI Australia mengundang Supervising Editor CNN Indonesia, Fauzan Mukrim, dan Co-director PR & Alumni Network PPI Australia, Ahmad Amiruddin untuk hadir sebagai narasumber terkait dasar teknik menulis dan media. Acara dilaksanakan secara daring lewat Zoom Webinar.
ADVERTISEMENT
Di acara ini, berbagai dasar teknik menulis dan saran-saran dibagikan oleh kedua narasumber, dengan harapan untuk meningkatkan kemampuan menulis para anggota PPIA serta masyarakat umum dan meningkatkan pemahaman terhadap media yang dapat menjadi wadah untuk menulis.
Fauzan adalah supervising editor di CNN Indonesia TV. Sarjana Komunikasi dan Jurnalisme dari Universitas Hasanuddin ini telah menulis sejumlah buku seperti “Mencari Tepi Langit” (2010) dan #dearRiver (2018) dan beberapa tulisan esai dia juga telah dimuat di berbagai media ternama seperti CNNIndonesia.com, Detik.com dan Mojok. Fauzan memulai karir jurnalistik sebagai reporter di Trans TV (2003), dan sempat menjadi Produser di Detik TV pada tahun 2012-2015.
Sementara Ahmad adalah Co-Director PR & Alumni Network dan PhD Candidate dari Monash University yang telah memenangkan Juara 1 Penghargaan Wartawan Energi Kementerian ESDM 2020 Kategori Best Blogger. Beberapa karya tulisan Ahmad juga telah dimuat di kolom Detik.com.
ADVERTISEMENT
Acara dibuka dengan sambutan dari Audi, MC dari team PR & Alumni Network PPI Australia, dengan pengenalan kedua narasumber. President PPIA, Ibnurrais dan Vice President Strategic Affairs, David juga menyambut seluruh anggota dan peserta yang telah hadir dalam acara webinar.
Audi melanjutkan sambutan ini dengan menjelaskan latar belakang background yang dipakai di acara ini. Background yang dipakai di acara ini dibuat oleh Victoria Salim, pemenang dari digital graphic competition yang diselenggarakan oleh PPIA pada bulan Agustus 2021.
Menulis adalah aksi menuangkan berbagai gagasan, ide ataupun pendapat dalam tulisan. Team PR & Alumni Network PPIA ingin menggali lebih dalam teknik menulis yang baik dan bermanfaat, khususnya cara menangani kesulitan menuangkan gagasan.
ADVERTISEMENT
Menulis Santai dan Bermanfaat
Acara ini dibagi menjadi dua sesi, dimana sesi pertama akan adalah paparan oleh Fauzan. Menurut Fauzan, menulis bisa berperan penting untuk menjelaskan konflik-konflik di tanah air dan menjadi alat pencegah distorsi omongan.
Dia melanjutkan bahwa tujuan menulis dapat dikategorikan menjadi 3 hal yaitu; Informatif, Afektif dan Attitude. Dalam penulisan, tujuan informatif adalah dimana penulis dapat memberitahu informasi kepada pembaca dengan baik. Dalam penulisan, tujuan afektif adalah tulisan tersebut dapat menyentuh afeksi dan meningkatkan perhatian pembaca kepada informasi yang diberikan.
Tujuan menulis terakhir yang dijelaskan Mas Fauzan adalah attitude, dimana karya tulisan dapat mendorong pembaca untuk menyentuh system motoric para pembaca dan mendorong mereka untuk merubah isu isu atau mengambil tindakan atas informasi yang di persembahkan. Diharapkan setiap karya tulisan apapun, baik yang serius atau hanya caption di socmed, melingkupi 3 tujuan ini.
ADVERTISEMENT
Fauzan melanjutkan pemaparan dengan menceritakan latar belakang dari 2 karya ternama dia, dimulai dengan karya berjudul #dearRiver dan #dearRain. Judul buku tersebut terinspirasi oleh anak sulungnya yang bernama River dan anak keduanya yang merupakan seorang perempuan bernama Rain. Ide ini muncul karena kebingungan dengan banyaknya kejadian yang disaksikan oleh Mas Fauzan saat menjadi jurnalis, disaat meliputi berbagai liputan seperti tsunami di Aceh, gempa di Padang dan lainnya.
Menurut Fauzan, ada banyak sekali masalah di Indonesia mulai dari suku, agama dan ekonomi yang di cukup diliputi oleh dia saat waktu nya di Trans TV. Dia merasa banyak hal yang ingin diceritakan tetapi tidak terwadahi di media ini.
Maka, dia mulai menulis di blog dan saat istrinya mengandung, tercetuslah keinginan untuk bercerita dan berdiskusi dengan anaknya saat sudah besar nanti. Dia menulis beragam tema termasuk diantaranya penyerangan, seks bebas, rokok dan sebagainya.
ADVERTISEMENT
Dia juga menceritakan pengalaman pribadinya untuk membuktikan bahwa tulisan tidak harus dimuat di Tempo atau Kompas saja. Salah satu pengalaman yang diceritakan adalah saat dia menulis mengenai anak perempuan bernama Windi, yang mempunyai disabilitas intelektual dan bangat berbakat di dalam bidang desain dan menggambar.
Tulisan Fauzan yang dikirim lewat Facebook mencantumkan harapan dia untuk orang yang tinggal disekitar Windi untuk dapat setidaknya membelikan buku gambar atau pensil warna.
Untuk menarik perhatian, tulisan dia dimulai dengan penjelasan sindrom savant, kondisi dimana anak – anak yang menyandang autisme mempunyai ingatan fotografis yang bisa mengingat dengan detail apa yang baru saja dilihat secara sekilas. Ia menambahkan beberapa jurnal sebagai riset untuk sindrom ini dan menduga Windi mempunyai sindrom serupa.
ADVERTISEMENT
Tujuan tulisan ini adalah agar Windi dapat dipertemukan dengan orang yang tertarik dengan bakatnya. Tidak disangka, tulisan ini menjadi viral, dibagikan 19 ribu kali dan ratusan komentar yang masuk. Bahkan, beberapa designer ternama ingin memberi beasiswa kepada Windi.
Ivan Gunawan juga mengirimkan alat gambar kepada Windi dan mengundang Windi untuk ikut hadir di panggung untuk memamerkan hasil rancangannya. Fauzan sangat senang dapat membantu Windi berkat postingan tulisan dia.
Selain postingan itu, ada beberapa postingan dia yang juga viral. Salah satu satunya adalah disaat ada anak muda yang ingin menjadi relawan di saat banjir. Ia berinisiasi untuk mengumpulkan warga untuk membantu tetapi ada pejabat yang merasa kewenangannya tertantang dan memarahi pemuda itu.
ADVERTISEMENT
Berkat postingan dia, yang dibagikan oleh 11 ribu orang dan sampai di media massa, Walikota meminta maaf atas perilaku bawahannya. Saat pandemi baru dimulai dan masih adanya ketidakpercayaan terhadap virus corona, dia menulis tentang seorang anak kecil yang diangkut untuk dibawa ke RS sendirian untuk isolasi.
Tulisan ini dibagikan 13 ribu orang dan meramaikan perdebatan. Contoh dimana tulisan dia digunakan sebagai alat klarifikasi adalah disaat Majelis Utama Indonesia (MUI) dituduh mengharamkan BPJS dan katanya ini didapat dari dokumen yang bocor ke publik.
Dengan akses yang dia punya ke dokumen dan bukti bahwa MUI tidak pernah menyebutkan hal serupa, dia menuliskan karya berjudul Fatwa (Monyet) Pujangga untuk mengklarifikasi isu yang tidak benar ini dan tidak ada maksud membela MUI karena tulisan ini dibuat berdasarkan dokumen yang tersedia. Sayangnya isu ini juga dibagikan oleh media yang mengakibatkan viralnya isu yang tidak benar ini.
ADVERTISEMENT
Ada tulisan yang dipakai untuk mengkritik diri sendiri sebagai orang media. Dia membahas ini dalam tulisannya dan menjelaskan aturan dalam pedoman penyiaran dimana kita tidak boleh menyiarkan detik – detik orang menghadapi kematian dan ini tidak boleh dilanggar. Banyak sekali yang melanggar aturan itu dan tetap menyebarkan konten yang tidak pantas untuk disebar.
Mas Fauzan juga menceritakan bahwa tujuan menulis juga dapat digunakan untuk menyebarkan bakat dan memamerkan mural. Contoh nya adalah tulisan berjudul “Harapan Terakhir Kita Hanya Tembok di Kolong Jembatan” dimana dia membandingkan penggambar mural yang dikejar polisi dengan Banksy yang karya muralnya bisa dilelang jutaan dollar.
Tulisan juga dapat digunakan untuk memberi suara kepada penulis, berbagi opini dan dan menawarkan sudut pandang baru terhadap isu tersebut. Fauzan mengakhiri presentasinya dengan menjelaskan arti kata noise atau bias, dimana adanya salah paham dan harus dikurangi kemungkinan terjadinya bias dalam pemahaman.
ADVERTISEMENT
Sesi kedua dimulai dengan paparan oleh Ahmad, seorang blogger yang mempunyai latar belakang studi saintek. Ia memulai dengan penjelasan mengapa kita harus menulis, dimana menurut dia, menulis dapat mempengaruhi pembaca, menjadi media berbagi pengetahuan dan untuk self healing.
Ia menceritakan bahwa menulis dapat dijadikan aktivitas untuk menyembuhkan depresi, menyalurkan curhatan dan bagian dari penyembuhan diri. Mas Ahmad juga merasa menulis itu penting karena tulisan itu menembus ruang dan waktu dan tulisan dapat hidup lebih lama dibandingkan dengan penulisnya.
Ada berbagai macam media untuk menulis yang dia jelaskan. Tetapi di zaman sekarang, kebanyakan orang menulis dan membaca melalui gadget. Maka dari ini, tulisan yang diterbitkan harus menarik karena layar ponsel 5x15 cm. Orang juga hanya mempunyai waktu 3-5 menit untuk membaca tulisan dan akhirnya akan terganggu dengan notifikasi.
ADVERTISEMENT
Maka tulisan juga sebaiknya tidak terlalu panjang karena pembaca ingin mengambil kesimpulan yang cepat dari model membaca dengan gadget ini. Ada beberapa karakteristik media yang dikategorikan oleh dia; Individual/bebas seperti Facebook, User-generated dimoderasi dan tidak dimoderasi, dikurasi actual/santai, dikurasi formal dan dikurasi unik.
Teknik Menulis yang Mudah
Dalam pemaparannya, Mas Ahmad juga memberikan tips untuk menulis. Salah satu nya adalah penulis harus berusaha untuk membuat tulisan dengan format paragraf pendek agar mudah untuk dicerna. Ia juga menyarankan penggunaan titik dan koma dengan benar. Terakhir, ia menjelaskan rule of three, dimana penulis menempatkan menempatkan kata atau frase dalam 3 rangkaian sekaligus sehingga kesannya lebih lucu, satisfying dan persuasif.
Dia juga menjelaskan pembagian tulisan; judul, pendahuluan, pembahasan, opini dan penutup. Struktur ini kerap digunakan untuk setiap tulisan untuk membantu menggambarkan intisari tulisan dengan jelas dan baik.
ADVERTISEMENT
Mas Ahmad mengharapkan untuk orang berilmu untuk bersuara dan bukan hanya mengumpulkan data. Penulis juga harus belajar menyampaikan tulisan kepada masyarakat umum menggunakan bahasa yang umum dan mudah dimengerti. Cara mudah untuk ini adalah berusaha untuk membayangkan apa yang audience baca saat melihat karya tulisan itu.
Untuk menutup, dia memberi tips menulis menurut para suhu. Menurut AS Laksana, tuliskan pengalaman panca indera, perasaan dan ingatan. Sementara Yusran Darmawan menjelaskan bahwa tulisan juga bisa berdasarkan pengalaman sendiri, dimana berkat tip ini, Mas Ahmad memenangkan juara 1 blogger di ESDM.
Terakhir adalah tips dari Iqbal Aji Daryono yang menasihatkan untuk menulis sesuatu yang berbeda dengan yang disetujui oleh audience agar tulisan menarik. Tulislah menggunakan sudut pandang yang berbeda.
ADVERTISEMENT
Di penghujung acara, ada sesi Q&A. Ada pertanyaan mengenai cara menyeimbangkan aturan tertulis agar mudah dibaca. Kita pun tidak boleh tertutup dengan kritik. Penulis juga harus mengetahui celah argumen, dimana pemilihan kata yang lebih santai dapat memperkecil ruang perdebatan dan berharap pembaca setuju dengan tulisan yang ada.
Pertanyaan terakhir adalah cara untuk memastikan risiko tulisan kita hanya maksimum berdampak terserempet, tidak sampai tertabrak. Dia berkata bahwa ia selalu menghindar hal itu dan jika ada yang mau diperdebatkan, dibicarakan secara internal. Ia juga menghindari mengatasnamakan instansi dalam menulis untuk menghindari kesan bahwa tulisan berasal dari instansi tersebut.
Fauzan menambahkan jawaban ini dengan menyampaikan system gatekeeping dimana tulisan dia akan dibaca oleh atasan dahulu untuk membantu kualitas tulisan. Ia menyatakan bahwa penulis harus mengklarifikasi dan mengkonfirmasi tulisan sendiri. Berani bertanya saat ada keraguan dan jangan mudah percaya dengan suatu hal yang tampak terlalu baik atau sebaliknya (terlalu buruk).
ADVERTISEMENT
Sebagai penutup, Adzra mengingatkan peserta untuk mengirimkan tulisan karya untuk diliput di e-magazine yang sedang di proses oleh tim PR & Alumni Networks PPIA. Peserta dapat mengirimkan tulisan dengan deadline pada tanggal 16 Oktober 2021. Ditutuplah acara dengan mengucapkan terima kasih kepada kedua narasumber dan para peserta yang telah hadir.
***
Kontributor Berita
Notulis : Celine Juliyan Putri
Reporter : Michelle Ignacia Lay
Editor : Ahmad Amiruddin
Diproduksi oleh Tim PR & Alumni Network PPI Australia 2021/2022