Pelajar Indonesia di Australia Siap Menjadi Pilar Indonesia Emas 2045

Media Informasi PPI Australia
Media Informasi PPI Australia
Konten dari Pengguna
23 Agustus 2021 17:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Media Informasi PPI Australia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sambutan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI pada acara Dialog Kebangsaan Kedubes RI & PPI Australia 21/08/2021
zoom-in-whitePerbesar
Sambutan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI pada acara Dialog Kebangsaan Kedubes RI & PPI Australia 21/08/2021
ADVERTISEMENT
Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Indonesia yang ke-76, Persatuan Pelajar Indonesia di Australia (PPIA) bekerjasama dengan Kedutaan Besar RI untuk Australia mengadakan dialog dengan tajuk “Soliditas Kebangsaan: Jalan Menuju Kemajuan Bangsa”. Acara tersebut dilaksanakan secara daring pada 21 Agustus 2021 dengan mengundang narasumber dari Lembaga Pertahanan Nasional (Lemhanas) RI serta mahasiswa Indonesia dari berbagai pelosok Australia.
ADVERTISEMENT
Acara dibuka oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI Nadiem Makarim dan Duta Besar Indonesia untuk Australia Yohannes Kristiarto S Legowo, dan berfokus pada peran mahasiswa Indonesia di Australia dalam mendukung tercapainya Indonesia Emas 2045 yang terdiri dari empat pilar, yaitu : pemanfaatan sumber daya manusia, pembangunan ekonomi, pengentasan kemiskinan, dan memantapkan ketahanan nasional.
Narasumber pertama dalam kegiatan ini adalah Letjen TNI (Purn.) Agus Widjojo selaku Gubernur Lemhannas RI yang menyampaikan bahwa soliditas dapat dicapai dengan sistem nasional yang berfungsi dengan baik untuk mencapai tujuan kebangsaan, dan setiap individu menjalankan fungsinya masing-masing secara efektif dan optimal.
Soliditas tersebut dapat tercapai jika ditopang oleh sistem pendidikan yang konsisten, sistem budaya yang terpelihara, ekonomi yang produktif dan mampu membiayai pembangunan nasional, serta sistem politik yang efektif.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya Gubernur Lemhanas menyampaikan bahwa bangsa Indonesia sedang berada dalam masa transisi budaya, politik dan teknologi. Dalam masa transisi ini terdapat tantangan yang dapat menghambat kemajuan bangsa yaitu dinamika yang berubah cepat, karakter bangsa, dan revolusi industri 4.0.
Letjen TNI (Purn.) Agus Widjojo juga memaparkan bahwa salah satu tantangan terbesar bangsa Indonesia adalah jebakan kelas menengah atau sering disebut “middle income trap” yang dapat dilihat dari prediksi Gross Domestic Product (GDP) di tahun 2050. Jebakan yang dimaksud adalah tidak bisanya suatu negara meloncat menjadi negara maju dan terjebak dalam kategori negara kelas menengah.
Agar maju, Indonesia harus mengentaskan kemiskinan, mengurangi kesenjangan, dan tetap menjaga dan melindungi lingkungan. Indikator-indikator kemajuan tersebut tercantum dalam Sustainable Development Goal (SDG), dan diharapkan dapat tercapai pada tahun 2030. Sayangnya, akibat pandemi, masyarakat dihadapkan dengan krisis malnutrisi, kesenjangan pendidikan dan juga akses internet yang tidak merata.
ADVERTISEMENT
Untuk mewujudkan manifesto generasi millenial dalam menghadapi tantangan kemajuan bangsa diperlukan perubahan paradigma dalam budaya untuk transformasi dari paradigma normatif menjadi lagkah-langkah yang konkrit dan dapat diukur.
Selain itu, perlu menyesuaikan pembelajaran dalam masyarakat dari sistem konvensional menjadi sistem yang menitikberatkan kepada keahlian berfikir kritis, dan mentransformasikan kecenderungan berpikir egosentris dan sektoral menjadi kolaborasi dalam tujuan bersama. Serta tidak kalah penting adalah pembangunan SDM dan pengetahuan terhadap dinamika global.
Dari pemaparan sebagian besar narasumber, dapat ditarik benang merah bahwa untuk dapat mencapai Indonesia Emas 2045 dibutuhkan pengembangan sumber daya manusia dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Moderator dan Narasumber dalam Dialog Kebangsaan (Moderator : Fikriansyah, Narasumber L Fakhrido Susilo, Faruq Ibnul Haqi dan Ratih Kabinawa)
Fakhridho Susilo, kandidat PhD di Australian National University, menekankan bahwa pelajar Indonesia di Australia harus berpikir dan bermimpi besar, serta menjadi gerbang kepentingan geostrategis nasional Indonesia dan berperan penting dalam percaturan global ‘network society’.
ADVERTISEMENT
Sedangkan Faruq Ibnul Haqi, selaku presiden PPI Dunia 2021-2022, mengatakan bahwa Indonesia harus memiliki strategi ilmu pengetahuan dan teknologi. Strategi tersebut meliputi adopsi dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), pengembangan dana inovasi, kemampuan dan kemandirian iptek, dan kerjasama perguruan tinggi swasta, dan pemerintah.
Selain itu diperlukan strategi pembangunan pendidikan yang dapat mencakup peningkatan kualitas dan layanan pendidikan merata agar masyarakat kecil dapat merasakan pendidikan yang layak hingga sampai ke luar negeri.
Sementara itu narasumber Ratih Kabinawa, kandidat PhD dari University of Western Australia, memberikan perspektif berbeda dari sudut pandang perempuan. Dalam konteks kontemporer, peran perempuan Indonesia sebagai penguat soliditas dari Australia menjadi sangat penting.
Perempuan penguat soliditas dari Australia bisa mencakup perempuan yang melakukan migrasi atas dasar pernikahan dimana mereka dapat merepresentasikan kultur Indonesia di kancah internasional dan juga perempuan Indonesia yang berkarir di Australia, dimana mayoritas adalah tenaga kesehatan dan pekerja sektor domestik.
ADVERTISEMENT
Dalam penutupnya Dubes Australia untuk Indonesia berpesan bahwa kontribusi dapat dilakukan di Indonesia maupun di luar negeri, namun hal utama yang diharapkan dari mahasiswa Indonesia di Australia adalah agar mereka dapat menjadi agent of change di lingkungan mereka yang dapat memberikan perubahan positif bagi kemajuan bangsa Indonesia.
***
Kontributor : Nasywa Kamila dan Dita Augystiana
Editor : Ahmad Amiruddin
Diproduksi oleh Tim Public Relation & Alumni Network PPI Australia 2021-2022