Ekonomi Digital Indonesia Diprediksi Naik Tiga Kali Lipat pada 2025

SBM ITB
School of Business and Management ITB
Konten dari Pengguna
12 Agustus 2021 19:24 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari SBM ITB tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Chief Executive Officer BRI Venture, Nicko Widjaja saat paparan di ICMEM 2021, sumber photo: SBM ITB
zoom-in-whitePerbesar
Chief Executive Officer BRI Venture, Nicko Widjaja saat paparan di ICMEM 2021, sumber photo: SBM ITB
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
BANDUNG, Ekonomi digital Indonesia diprediksi akan meningkat tiga kali lipat pada 2025 dari $44 Miliar US dolar pada tahun 2020 menjadi $124 Miliar US dolar pada 2025. Hal itu didukung oleh populasi penduduk Indonesia yang masif dan sudah banyak yang terdigitalisasi.
ADVERTISEMENT
“Indonesia adalah negara dengan pertumbuhan ekonomi dan internet terbesar dan tercepat di Asia Tenggara," kata Chief Executive Officer BRI Venture Nicko Widjaja dalam diskusi "The 6th International Conference on Management in Emerging Market (ICMEM) 2021", Kamis (12/8/2021).
Potensi ekonomi ini akan membawa keuntungan bagi perusahaan rintisan teknologi yang telah memanfaatkan teknologi digital. Misalnya, industri eCommerce yang mendapat manfaat dari kebiasaan belanja daring pelanggan selama pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). Selain itu, kebiasaan untuk pengiriman makanan ke rumah dapat meningkatkan perkembangan perusahaan rintisan aggregator pengiriman makanan.
Prof Suhaiza Zailani dari University of Malaya.
Hal serupa diungkapkan Suhaiza Zailani dari University of Malaya. Perusahaan perlu memanfaatkan teknologi digital untuk beradaptasi dengan keadaan pascapandemi Covid-19 untuk menuju bisnis yang bertahan dan berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Aktivitas masyarakat yang dibatasi selama pandemi mengakibatkan digitalisasi menjadi suatu keharusan bagi perusahaan untuk tetap bertahan. Suhaiza mengungkapkan, di Malaysia, Covid-19 berhasil mengubah pola pikir korporasi ke arah digitalisasi yang sebelumnya gagal. Teknologi digital memungkinkan konektivitas yang lebih baik dan sebagai alat untuk memungkinkan cara kerja baru.
(kiri) N. Nurlaela Arief, dari Sekolah Tinggi Bisnis dan Manajemen (SBM)-ITB dan Suhaiza Hanim saat sesi diskusi ICMEM 2021 (sumber:SBM ITB)
“Perusahaan meningkatkan teknologi dan sistem mereka dan memastikan karyawan dapat terhubung,” ucap Suhaiza.
Dia mengungkapkan, ada beberapa tantangan pasca pandemi yang dihadapi perusahaan yaitu, model bisnis baru, perubahan teknologi, perubahan ekspektasi pelanggan, dan masalah keberlanjutan. Oleh karena itu, perusahaan perlu mereorganisasi proses bisnis, melakukan penghematan biaya, melakukan diversifikasi bisnis, dan menerapkan model bisnis dengan konsep keberlanjutan.
Eric Van Heck dari Erasmus University Rotterdam
Professor Eric Van Heck dari Erasmus University Rotterdam, menyarankan Indonesia untuk meningkatkan kolaborasi dan mengedukasi para pengusaha dan mahasiswa melalui program riset lingkungan yang berbasis digital. Lebih lanjut, dia juga menekankan bahwa Indonesia perlu menstimulasi perubahan dari model tradisional ke sirkular.
ADVERTISEMENT
Eric menambahkan, "Indonesia memiliki kekayaan dan keragaman hayati yang perlu dilindungi, untuk mengembangkan ekonomi sirkular yang tidak hanya membawa manfaat bagi perekonomian tetapi juga masyarakat dan lingkungan".
Diskusi panel ini dimoderatori oleh N. Nurlaela Arief, dari Sekolah Tinggi Bisnis dan Manajemen (SBM)-ITB. Diskusi ini ditutup dengan sesi tanya jawab.*