Ekosistem Kewirausahaan Bantu Bisnis Bertahan Saat Pandemi

SBM ITB
School of Business and Management ITB
Konten dari Pengguna
16 September 2022 14:37 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari SBM ITB tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Prof. Wawan Dhewanto dalam pengukuhan guru besar kewirausahaan SBM ITB di Bandung, 16/9.
zoom-in-whitePerbesar
Prof. Wawan Dhewanto dalam pengukuhan guru besar kewirausahaan SBM ITB di Bandung, 16/9.
ADVERTISEMENT
BANDUNG, 16/9 - Seorang pengusaha mesti membangun dan terlibat dalam ekosistem kewirausahaan dalam bisnisnya. Ekosistem kewirausahaan memungkinkan adanya interkoneksi antarpemilik perusahaan. Dengan ekosistem tersebut, perusahaan dapat bertahan, bahkan di kala pandemi covid-19.
ADVERTISEMENT
Hal itu dikatakan oleh dosen Kewirausahaan Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung (SBM ITB) Wawan Dhewanto dalam pengukuhan guru besarnya di Bandung, pada Jumat, 16 September 2022. Satu-satunya profesor kewirausahaan di ITB tersebut mengatakan, ekosistem kewirausahaan memudahkan pengusaha untuk melakukan konsolidasi sumber daya strategis dalam mengatasi turbulensi bisnis. Dalam ekosistem kewirausahaan, para pengusaha saling mendukung sehingga tidak sendirian dalam mengatasi permasalahan bisnis.
Menurut Wawan, ekosistem kewirausahaan juga membuka peluang interkoneksi antaraktor dengan berbagi pengetahuan, budaya, menciptakan inovasi dan mengintegrasikan sumber daya. Perusahaan yang terkoneksi dalam ekosistem kewirausahaan akan mampu mengakses sumber daya terbaiknya seperti mencari alternatif dukungan pembiayaan, mencari pemasok terbaik maupun membangun aliansi business to business maupun business to customer.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, menurut Wawan, Indonesia belum memiliki ekosistem kewirausahaan yang mapan. "Keseluruhan permasalahan perusahaan yang kompleks berusaha diatasi masing-masing oleh pemilik perusahaan. Efeknya loss benefit, yakni hilangnya akselerasi pertumbuhan perusahaan," ujar Wawan, Jumat (16/9/2022).
Ekosistem kewirausahaan perlu dihadirkan pada setiap obyek kewirausahaan untuk memastikan terbangunnya perekonomian yang saling menguntungkan dan berkelanjutan. Konteks pengembangan ekosistem kewirausahaan juga perlu didukung oleh quadruple helix, sistem inovasi yang melibatkan kalangan industri, pemerintahan, akademia dan komunitas.
Pemangku kepentingan pada quadruple helix memiliki perannya dalam pilar-pilar ekosistem, dalam menjalankan, mengembangkan, dan menjaga keberlangsungan ekosistem kewirausahaan.
Kelompok ndustri misalnya, berperan dalam membangun aliansi bisnis atau co-creation, sebagai bentuk inovasi layanan dan produk. Industri juga berperan dalam menggerakkan mitra bisnis pada lini depan maupun belakang seperti pemasok.
ADVERTISEMENT
Sementara di sisi pemerintah, mereka berperan dalam mengembangkan kebijakan dan program penciptaan jaringan yang memungkinkan integrasi antar pemangku kepentingan dan memperkuat kapasitas serta kapabilitasnya dalam bekerjasama secara aktif.
Dari kalangan akademia, mereka berperan mendukung industri dalam penelitian dan pengembangan sebagai dasar penciptaan inovasi produk yang memiliki nilai komersialisasi. Adapun komunitas berperan mendukung industri dalam menetapkan standar atas penyelarasan kebutuhan dan keinginan pasar.
Wawan yakin, pemulihan perekonomian bangsa mampu diupayakan melalui pengembangan ekosistem kewirausahaan. Permasalahan kemiskinan dan pengangguran yang menjadi salah satu isu ekonomi nasional dapat dikurangi dengan mengembangkan aktivitas kewirausahaan yang terintegrasi dalam ekosistem kewirausahaan.
Adapun pilar-pilar yang dibangun dalam ekosistem kewirausahaan mengerucut pada delapan aspek, yaitu kebijakan (policy), pasar (market), modal insani (human capital), pembiayaan (finance), jaringan (network), budaya (culture), pendidikan dan pelatihan kewirausahaan (entrepreneurship education and training), dan inkubator serta akselerator bisnis (business accelerator and incubator).*
ADVERTISEMENT