Pentingnya Literasi Keuangan untuk Pegawai Start-up

SBM ITB
School of Business and Management ITB
Konten dari Pengguna
6 April 2021 10:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari SBM ITB tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Beberapa startup binaan Inkubator SBM ITB saat mengikuti pameran ITB, Sumber: SBM ITB
zoom-in-whitePerbesar
Beberapa startup binaan Inkubator SBM ITB saat mengikuti pameran ITB, Sumber: SBM ITB
ADVERTISEMENT
Bandung, 6 April 2021. Dalam beberapa tahun terakhir, industri startup telah menjadi salah satu industri yang paling banyak dibicarakan di dunia bisnis karena perkembangannya yang pesat. Sudah menjadi rahasia umum bahwa gaji di sebagian startup lebih besar daripada perusahaan konvensional. Tapi, gaya hidup yang dinamis dan kurangnya pemahaman tentang manajemen keuangan membuat pegawai startup merasa kesulitan dalam mengelola keuangan mereka.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan Survei OJK pada tahun 2019 menunjukkan indeks literasi keuangan mencapai 38,03 persen sementara indeks inklusi keuangan mencapai 76,19 persen.
Kesenjangan literasi keuangan ini menunjukkan bahwa masyarakat cenderung untuk siap berinvestasi namun belum dilengkapi dengan literasi keuangan yang dibutuhkan. Hal inilah yang mungkin menjadi penyebab terus meningkatnya kasus investasi bodong di Indonesia.
Alvi Faidaturrosyida, alumni program MBA SBM ITB (Angkatan 60) melakukan penelitian dengan bimbingan Dosen SBM ITB, Dr. Sylviana Maya Damayanti, CFP® terhadap 400 pegawai startup di Indonesia.
Menurut Dr Sylviana Maya, riset ini merujuk pada beberapa riset sebelumnya, "berdasarkan survei yang dilakukan oleh PricewaterhouseCoopers tahun 2021 terhadap pegawai di Amerika, menyebutkan bahwa tingkat stres keuangan dari 63% pegawai meningkat sejak sejak dimulainya pandemi Covid-19".
ADVERTISEMENT
Maya menambahkan "Survei yang sama juga menyebutkan bahwa mayoritas dari generasi milenial dan Gen Z (72% dan 68%) mengalami peningkatan stres pada periode pandemic Covid-19, seperti: penurunan pendapatan, kesulitan memenuhi kebutuhan hidup perbulan, keputusan menambah pinjaman, dan mempertimbangkan untuk menunda masa pensiun".
Sementara itu, Data Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia tahun 2020, per tanggal 31 Juli 2020, menyebutkan bahwa pekerja formal dan informal yang terdampak Covid-19 telah mencapai lebih dari 3,5 juta pekerja, dan angka ini terus meningkat setiap bulannya.
Kenyataan ini melatarbelakangi pentingnya literasi keuangan pada pegawai, dimana salah satunya adalah keahlian seseorang mengelola keuangan pribadinya terutama di masa pandemi seperti ini. Minimal dengan memiliki dana darurat, menjadi hal yang mau tidak mau harus dilakukan dalam rangka mengantisipasi kondisi yang tidak diinginkan seperti kehilangan pekerjaan, sakit, dan kejadian darurat lainnya.
Dr. Sylviana Maya Damayanti, CFP® dosen SBM ITB, sumber photo: dokumen sbm itb
Nah, hasil riset dari Alvi Faidaturrosyida menunjukan, berdasarkan analisis data yang dilakukan melalui metode survei, kajian menunjukkan bahwa mayoritas pegawai startup memiliki literasi keuangan dengan kategori ‘cukup melek’. Faktor-faktor demografis seperti tingkat pendidikan dan pendapatan bulanan berpengaruh pada peningkatan indeks literasi keuangan.
ADVERTISEMENT
selain itu, literasi keuangan dan pengalaman investasi juga memengaruhi keputusan investasi. Dari semua faktor, imbal hasil investasi yang tinggi menjadi hal terpenting yang paling memengaruhi keputusan investasi pegawai startup.
Penelitian ini merekomendasikan dan mengusulkan agar, para pegawai startup diberikan tambahan edukasi dalam bentuk Seminar atau workshop agar dapat memahami bahwa tingginya imbal hasil investasi, berarti juga memiliki potensi risiko yang tinggi. *
*Tulisan ini ditulis ulang berdasarkan thesis alumni MBA ITB atas nama Alvi Faidaturrosyida, alumni program MBA SBM ITB (Angkatan 60) dan sudah mendapatkan persetujuan untuk publikasi.