Citayam Fashion Week dan Jakarta Kota Kolaborasi, Apakah Sejalan?

Puji Alphatehah Adiwijaya
Kadet Mahasiswa Program Studi Permesinan Kapal Fakultas Logistik Militer Universitas Pertahanan RI.
Konten dari Pengguna
31 Juli 2022 8:33 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Puji Alphatehah Adiwijaya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Berbagai kreasi gaya berpakaian di kawasan Dukuh Atas-Sudirman (Sumber : Pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Berbagai kreasi gaya berpakaian di kawasan Dukuh Atas-Sudirman (Sumber : Pribadi)
ADVERTISEMENT
Sudah tidak asing lagi di telinga ketika mendengar istilah Milan Fashion Week, Paris Fashion Week ataupun London Fashion Week. Ketiga istilah ini merupakan ajang—ajang di mana para perancang busana memamerkan hasil rancangannya juga koleksinya yang acap kali diperagakan oleh model profesional. Koleksi dan rancangan tersebut juga seringkali dipamerkan di jalan-jalan kota. Ajang ini menjadi inspirasi disebutnya Citayam Fashion Week yang mana hampir seluruh pesertanya merupakan usia remaja.
ADVERTISEMENT
Masa remaja seringkali dikatakan sebagai masa-masa di mana reputasi, pergaulan dan gaya itu penting. Semua berawal saat para remaja yang berasal dari daerah satelit Ibukota Jakarta seperti Bojong Gede, Citayam dan Depok, berinisiatif untuk menjadikan ruang terbuka di sekitaran Dukuh Atas-Sudirman, Jakarta Pusat, menjadi tempat untuk menghabiskan waktu atau biasa dikatakan ‘nongkrong’. Waktu berlalu, lama kelamaan mulai ramai beredar di video-video aplikasi TikTok tentang para anak muda tersebut menggunakan baju nyentrik di lokasi yang dikatakan sebagai Citayam Fashion Week. Dari pengakuan para remaja tersebut, seringkali mereka berkata bahwa sebenarnya tidak ada niat untuk mencari sensasi ataupun memamerkan outfitnya di Kawasan Dukuh Atas-Sudirman ini. Mereka hanya ke sana untuk tujuan sekadar bersantai, bersosialisasi dan menghabiskan waktu luangnya. Mereka pun menjadi sensasi di internet usai melakukan peragaan busana amatir dengan menjadikan zebra cross sebagai panggung catwalknya. makin hari, kawasan ruang terbuka Dukuh Atas-Sudirman terus dipadati anak-anak muda, yang bukan hanya dari Citayam, Bojong Gede, Depok, tetapi juga Tangerang, Bekasi, dan daerah-daerah penyanggah Jakarta.
ADVERTISEMENT
Fenomena Citayam Fashion Week inipun menimbulkan pro dan kontra, pada satu sisi dinyatakan bahwasanya trotoar, zebra cross dan tempat-tempat yang digunakan oleh para remaja ini merupakan fasilitas umum yang dapat digunakan oleh siapa pun. Namun, di sisi lain, dikatakan bahwa kehadiran para remaja yang seringkali berjumlah sangat banyak ini dirasa mengganggu para pekerja yang berlalu lalang, melintas di jalan sekitaran kawasan tersebut. Konsep Jakarta Kota Kolaborasi yang digagas oleh gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan bahwa Jakarta Kota Kolaborasi, adalah sebuah program yang dikembangkan oleh pemerintah DKI Jakarta sebagai salah satu langkah untuk membuat Jakarta lebih maju.
Dengan cara memadukan seluruh warga tanpa memandang status (menyamaratakan semua warga) sehingga terciptalah suatu ruang ketiga tempat warga dapat dengan leluasa berkreasi, berinovasi dan mengembangkan keahliannya. Program ini dikembangkan kemungkinan karena pemerintah Jakarta melihat berbagai potensi yang dimiliki oleh masyarakat tetapi terkadang terhalang oleh tidak adanya sarana untuk mengembangkan dan berinteraksi. Maka dari itu program ini hadir untuk memberikan sarana berinteraksi antar sesama masyarakat maupun dengan pemerintah demi memajukan Jakarta.
ADVERTISEMENT
Perlu digaris bawahi, salah satu tujuannya adalah tentang “berkreasi”. Penulis melihat bahwasannya dalam ajang Citayam Fashion Week terlihat bahwa adanya potensi yang dimiliki oleh para remaja tersebut. Mulai dari kreativitas untuk memadupadankan pakaian hingga rasa percaya diri yang bisa dibilang tinggi. Kedua hal ini sejatinya bisa dikembangkan ke arah yang baik, bisa menjadi hal yang dapat mendukung kemajuan bidang pariwisata terkhusus dalam aspek fashion dan gaya berbusana. Letak masalah sebenarnya adalah, Citayam fashion Week dilakukan dengan tidak terorganisasi sehingga dapat menimbulkan ketidakteraturan yang pada akhirnya menimbulkan berbagai statement kontra dari lapisan masyarakat sekitaran Sudirman.
Sebenarnya, pemerintah dapat saja mengambil dua opsi untuk menangani serta mengembangkan fenomena ini. Opsi pertama yaitu dengan mengorganisir ajang Citayam Fashion Week tersebut melalui dinas-dinas terkait sehingga nantinya, ajang ini dapat berlangsung dengan waktu teratur (hanya pada saat weekend) atau pada jam-jam tertentu saat tidak banyak pekerja yang berlalu-lalang sehingga meminimalisasi kerumunan dan kemacetan. Opsi kedua yaitu dengan memindahkan ajang Citayam fashion week ke tempat-tempat yang memang diperuntukkan untuk berekspresi seperti taman kota ataupun Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA). Tentunya, perpindahan lokasi ajang Citayam Fashion Week ini nantinya bisa disertai dengan cara organisasi yang baik oleh dinas terkait juga dengan melakukan publikasi sehingga para remaja yang ikut ajang tersebut merasa tetap eksis sama seperti pada saat ajang tersebut dilakukan di Kawasan Dukuh Atas-Sudirman.
ADVERTISEMENT
Kedua opsi ini dilakukan dengan tujuan agar potensi untuk berkreasi bagi para anak muda tidak terkubur. Bisa dikatakan bahwa sebagian besar remaja yang ada dalam ajang Citayam Fashion Week berasal dari kalangan ekonomi menengah ke bawah yang sulit memiliki ruang untuk berekspresi ataupun aktualisasi diri. Maka dari itu, kedua opsi ini menurut penulis merupakan Langkah terbaik yang bisa diambil disbanding hanya sekadar membubarkan ajang tersebut yang berarti sama dengan mengubur ruang ekspresi masyarakat menengah ke bawah. Kedua opsi ini juga merupakan misi mulia dan dapat bermanfaat ke depannya karena dengan dilakukannya salah satu ataupun kedua opsi ini, dapat lahir para pemuda-pemuda yang percaya diri dalam berekspresi, hingga ke depannya dapat saja melahirkan trend seperti Harajuku Style di Jepang.
ADVERTISEMENT
Sekali lagi, kedua opsi ini juga merupakan perwujudan dari konsep Jakarta Kolaborasi yaitu di mana pemerintah menyediakan ruang bagi masyarakat dari kalangan apa pun untuk berekspresi secara leluasa sesuai kehendaknya. Jangan sampai, potensi-potensi dibidang fashion yang dimiliki oleh remaja-remaja tersebut menjadi terkubur akibat dibubarkannya ajang Citayam Fashion Week.
Referensi :
Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik Pemprov DKI Jakarta. 2022. Jakarta Kota Kolaborasi. Diakses pada 30 Juli 2022 pukul 20.52 WITA https://jakarta.go.id/informasi-kolaborasi