Digitalisasi Bela Negara

Puji Alphatehah Adiwijaya
Kadet Mahasiswa Program Studi Permesinan Kapal Fakultas Logistik Militer Universitas Pertahanan RI.
Konten dari Pengguna
22 Desember 2022 16:46 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Puji Alphatehah Adiwijaya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sejumlah peserta membentangkan bendera merah putih di kawasan Jalan Brigjend Katamso, Medan, Sumatera Utara, Selasa (13/9/2022). Foto: Fransisco Carolio/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah peserta membentangkan bendera merah putih di kawasan Jalan Brigjend Katamso, Medan, Sumatera Utara, Selasa (13/9/2022). Foto: Fransisco Carolio/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Di sini saya tidak akan Panjang lebar lagi menerangkan tentang apa itu bela negara, definisi, makna, dan hal-hal tekstual lainnya yang tentunya sudah banyak tercantum dalam artikel-artikel lain di berbagai media daring.
ADVERTISEMENT
Manusia saat ini sangat akrab dengan hal-hal yang digital. Berbagai kebutuhan juga seringkali dipenuhi melalui metode digital. Sebut saja e-commerce tempat kita membeli sepatu, aplikasi ojek daring untuk kita beli makan siang, hingga aplikasi kencan untuk mencari pasangan ataupun teman kencan.
Hampir semua lini kehidupan masyarakat kini sudah menggunakan teknologi digital. Tapi, ada satu hal yang seringkali selalu kita lakukan secara "old school" kita seringkali lupa untuk melakukan digitalisasi hal-hal berbau nasionalisme terutama bela negara.
Memberikan materi bela negara dan wawasan kebangsaan terhadap orang lain merupakan contoh implementasi bela negara (Sumber : Pribadi)
(Sumber : Pribadi)
Mengikuti Upacara merupakan contoh implementasi bela negara (Sumber : Pribadi)
Lantas, bagaimana kita melakukan digitalisasi bela negara? Di era digital ini, salah satu hal yang mengancam negara ialah hoaks atau berita bohong. Kemajuan teknologi memudahkan semua orang mengakses, membuat, atau menyebarkan informasi yang belum jelas kebenarannya.
ADVERTISEMENT
Parahnya, penyebaran berita bohong ini bagaikan bola salju yang efeknya semakin lama semakin besar dan berpotensi menyebabkan perpecahan. Lebih-lebih jika isu yang “digoreng” berkaitan dengan suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA).
Ancaman berita hoaks bukan omong kosong. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mengungkapkan bahwa dalam satu tahun bisa terindikasi 753.000 situs web penyebar berita bohong. Selain itu, Kemenkominfo juga mencatat bahwa dari 40.000 media yang mengeklaim diri sebagai media online, hanya 300 yang sudah terverifikasi oleh Dewan Pers.
Masifnya penyebaran hoaks ini terasa pada Pemilu Presiden 2019 lalu. Efeknya, masyarakat terpolarisasi menjadi dua kubu cebong dan kampret yang bahkan sampai hari ini masih sering "beradu jempol" di media sosial. Selain itu, ribuan hoaks turut memperparah situasi pandemi Covid-19 yang masih melanda Indonesia. Akibatnya, banyak sekali masyarakat yang percaya bahwa Covid-19 adalah hoaks belaka.
ADVERTISEMENT
Dari dua kasus di atas, dapat diketahui bahwa hoaks tidak sekadar kesalahan informasi yang lewat begitu saja. Nyatanya, berita bohong mampu berimbas pada masalah sosial, kesehatan, dan ekonomi di suatu negara.
Oleh karena itu, sebagai generasi yang cakap dalam teknologi, tugas pemuda adalah membantu mengkampanyekan gerakan anti hoaks. Tujuannya agar informasi yang didapatkan oleh seluruh masyarakat adalah faktual.
Sebuah ungkapan mengatakan bahwa kita tidak memiliki cukup tangan untuk menutup mulut semua orang, tetapi kita memiliki cukup tangan untuk menutup telinga kita sendiri. Konteks ini bisa diadaptasi pada kasus penyebaran hoaks.
Kita tidak mampu menghilangkan seluruh hoaks di internet. Namun, kita dapat memproteksi diri dengan memfilter berita yang kita dapatkan. Kondisi ini juga biasa dikenal dengan gerakan “saring sebelum sharing”.
ADVERTISEMENT
Langkah pertama yang dapat dilakukan untuk mencegah hoaks adalah dengan membaca seluruh isi artikel. Tidak dipungkiri dengan beralihnya media cetak ke media online, jumlah kunjungan situs menjadi hal penting agar sebuah media online mampu bertahan. Tidak heran jika kemudian berbagai portal berita menjadi "media cetek" yang memakai jurus judul clickbait untuk menarik perhatian pembaca.
Hasilnya, berbagai berita di internet lahir dengan judul terlalu sensasional bahkan seringkali tidak berhubungan dengan isinya. Inilah mengapa, membaca keseluruhan berita menjadi penting dilakukan oleh pembaca cerdas. Pembaca juga perlu memperhatikan kredibilitas sumber informasi yang dikutip media pada berita.
Yap, dengan langkah sesimpel membaca berita, menyortir dan membedakan berita riil dengan hoaks berarti Anda telah melakukan sebuah upaya untuk mencegah terjadinya penyebaran berita hoaks yang dapat berdampak pada berbagai masalah. Secara singkat, berarti Anda telah melakukan upaya bela negara.
ADVERTISEMENT
Tidak sulit bukan? Tapi tentu tidak mudah juga. Yuk, bela negara!
Selamat Hari Bela Negara ke-74.
Bangkit Bela Negaraku, Jaya Indonesiaku!